SMA Cendrawasih dan SMA Pelita adalah dua tempat yang menjadi latar utama dalam novel. Tempat bersekolahnya si Antagonis dan protagonis. Kenapa dua tempat? Karena sang Antagonis pria tidak bersekolah di tempat yang sama dengan para tokoh utama, berbeda dengan si antagonis wanita.
Jika Zefandra dan Zeanetha bersekolah di SMA Cendrawasih, maka Daniel, Amelia dan juga si tokoh antagonis--Reyna bersekolah di SMA Pelita. Di novel diceritakan, bahwa awal pertemuan Amelia dan Zefandra adalah saat pertandingan basket diantara kedua sekolah.
Zefandra yang saat itu ikut bertanding sebagai kapten, terpesona oleh Amelia yang berada di tribun menyoraki nama Daniel.Tak peduli ada status hubungan apa antara Amelia dan Daniel, Zefandra tetap gigih mendekati gadis itu, selalu ada ketika gadis itu perlu bantuan, menghiburnya ketika Daniel lebih sibuk bersama Reyna dan bahkan rela menggantikan Amelia terluka akibat terserempet motor.
"Cih, bulol!" Maki Zeanetha pelan usai mengingat plot cerita di mana betapa Zefandra meratukan Amelia.
"Maksudnya?" Tanya orang yang kini duduk di depan Zeanetha.
Sontak gadis itu menatap ke depan. Sial! Ia lupa bahwa sekarang berada di kantin dan tengah makan bersama adiknya. Bisa-bisanya ia melamun di waktu seperti ini.
Zeanetha menggeleng pelan dan Zefandra pun mengangguk memilih tidak memperpanjang lagi.Suara berbisik terdengar di pendengaran Zeanetha, mungkin karena terlalu sibuk dengan dunianya ia sampai tidak memperhatikan sekitarnya. Matanya mulai mengedar menatap sekitar, banyak pasang mata yang memperhatikan mereka.
Baru kali ini gue lihat kak Zea makan bareng Zefan
Iya-iya, pertama kali!
Auranya sumpah serem!!
Mereka baikan?
Emang mereka marahan?
Ngacuhin satu-sama lain emang bisa disebut harmonis?
Lu bener!
Kurang lebih seperti itulah bisikan yang dapat Zeanetha tangkap, ia kemudian menatap ke depan, tepat wajah pemuda yang berstatus sebagai adiknya. Ia berfikir, apa ini wajah yang pantas disebut antagonis? Wajah selugu ini? Ia kira penulis salah dalam menggambarkan visual, ataukah ia yang salah dalam menilai?
Rasanya, jika oranglain dapat membaca pikiran Zeanetha mungkin mereka akan bergidik ngeri, bagaimana bisa seorang Zefandra Gabriello Abraham dikatakan lugu? Apakah matanya bermasalah?"Bisa gak, gak usah natap kayak gitu?" Sebelah alis Zeanetha terangkat begitu mendengar pernyataan dari Zefandra. Lihat, bahkan adiknya itu terlihat salah tingkah, manis sekali!
"Natap kayak gimana?" Zefandra diam, tidak menjawab, membuat Zeanetha semakin gencar ingin menggodanya.
"Intens maksud lo?" Sambungnya sambil mendekatkan wajahnya pada Zefandra. Beberapa pekikan terdengar yang berasal dari murid-murid yang menyaksikan. Zeanetha terkekeh pelan, lalu beranjak pergi. Sebelum itu, ia berhenti sejenak untuk mengacak rambut sang adik gemas.
"Lucu!" Ujarnya pelan.
"Shit!" Umpat Zefandra pelan begitu Zeanetha benar-benar menghilang dari pandangannya.
Ia menyentuh dadanya pelan, gila! Ini gila!***
"Lo tuh cuman babu gue! Gak usah ngehalu kalo kita deket!" Ujaran kejam itu sontak membuat seorang gadis tertegun, matanya yang sudah berkaca-kaca menatap sosok pemuda jangkung di depannya, bibir yang bergetar itu mulai bergerak akan mengeluarkan suara.
"T-tapi Re--" belum sempat kalimat itu meluncur lepas dari bibirnya, suara gebrakan meja kembali membuat gadis itu terkejut. Ralat, mungkin seisi kantin.
"STOP! Jangan lo sekali-kali panggil nama kecil gue! Mulut kotor lo gak berhak!" Dengan penuh amarah ia beranjak pergi dari sana dengan mendorong si gadis sampai jatuh terduduk sebelumnya.
Tak berselang lama, teman-temannya pun mengikuti, tentunya dengan melempar tatapan mengejek penuh hinaan pada gadis tersebut.
"Gue bilang juga apa, gak usah berlagak sok deket sama Daniel. Kita aja yang udah sahabatan dari lama gak diijinin manggil dia Rean," ujar salah-satu dari mereka.
"Maaf, Geo. Aku gak tau," cicit Amelia lemah. Ya, gadis itu Amelia. Siapa lagi yang berani mengusik Daniel dengan tingkah konyolnya selain Amelia?
"Lo bukannya gak tau, tapi lo berlagak buta sama tuli buat tau. Menjijikan!" Geovano Eriello Arman, usai mengatakan itu, ia pergi begitu saja, meninggalkan Amelia yang menatap punggungnya tajam.
Rooftop. Tempat favorit Daniel dan teman-temannya nokrong untuk sekedar istirahat dari penatnya belajar atau bahkan membolos pelajaran. Selain cukup jauh dari jangkauan guru, rooftop yang satu inipun jarang dimasuki oleh murid lain. SMA Pelita memiliki tiga gedung utama dan juga tiga rooftop dan salah-satunya yang dijadian base camp oleh Daniel dan kawan-kawan.
Circle Daniel itu terdiri dari lima orang termasuk Daniel sendiri. Di antaranya Arsenio malik Herdian, Geovano Eriello Arman, Ariesendra jovandro dan yang terakhir Doseffa Aldeano Glovis.
Daniel berdiri di pembatas rooftop, tangannya mencengkram erat pagar besi tersebut. Terlihat rahangnya mengetat tanda amarah yang amat sangat, bahkan gurat-gurat pembuluh darah dengan jelas terlihat di lengannya. Ketiga temannya hanya diam menyaksikan dari belakang sembari duduk di sofa usang yang memang selalu ada di sana, mereka selalu enggan mendekati Daniel jika sedang marah, karena pasti ujungnya akan berimbas pada mereka sendiri.
Jika kalian bertanya, mengapa mereka hanya bertiga? Maka jawabannya, Doseffa Aldeano Glovis itu adalah tipikal anak yang jarang sekolah, sehingga tak banyak orang yang tahu bahwa ia bagian dari lingkup pertemanan Daniel.
"Kalian kira sekarang alesan si Dean gak sekolah apalagi, ya?" Celetuk Arsen memecah keheningan.
"Iya juga ya, biasanya tuh anak banyak banget alesannya, heran gue," timpal Aries. Memang, setiap enggan sekolah, Doseffa atau biasa dipanggil Dean itu memiliki alasan yang berbeda-beda dan sialnya tak bisa dibantah.
"Paling alesan nungguin oma-nya yang lagi sakit," ujar Geo nimbrung.
"Iya juga ya, tuh anak kalo mau bolos paling sering jadiin oma alesan. Padahal kan oma-nya juga udah berpulang ke yang maha kuasa," Arsen berujar dengan nada sedih diakhir.
"Dan kita juga bego karena gak ngaduin ke orang-orang," Aries menambahi.
"Itulah namanya setia kawan!"
"Gak gitu konsepnya goblok!"
***
"Siapa, lo?!"
"Saya, Victor. Pacar kamu Zea,"

KAMU SEDANG MEMBACA
ZEANETHA
خيال (فانتازيا)Bagi seorang Lyodra artamevia yang sudah merasakan kepahitan hidup tanpa jeda, kematian adalah hal yang dinantikan. Namun, bagaimana jika di saat kematian itu sudah berada di depan mata, ia malah ditakdirkan hidup kembali dengan raga yang berbeda...