Zea 0.4

4.6K 461 13
                                    

Lyodra Artamevia .G. jangan tanya prihal marga, karena bahkan satu huruf saja itu sungguh mengganggu baginya. Harusnya, ia menjadi putri dan anak satu-satunya dari keluarga Geovadi, tetapi itu tidak berlaku setelah ibunya meninggal akibat penyakit kronis dan ayahnya membawa seorang wanita beserta sepasang anaknya.

Dengan bangga ayahnya memperkenalkan mereka sebagai keluarga barunya dan kedua anak dari wanita tersebut adalah anak kandung dari ayahnya. What the fuck?! Bahkan saat itu usia Lyodra masih 11 tahun dan anak laki-laki dari wanita tersebut diperkirakan berusia 12 tahun, apakah Ayahnya gila?! Berselingkuh bahkan sebelum menikah dengan ibunya hingga memiliki dua orang Anak.

Mengetahui hal tersebut tentunya Lyodra tidak tinggal diam, ia mulai berubah menjadi gadis nakal dan sulit diatur, itu adalah bentuk pemberontakan darinya. Tak ada lagi Lyodra yang ceria, Lyodra yang manja dan Lyodra yang selalu tersenyum kepada semua orang. Yang tersisa hanyalah Lyodra yang dingin, tak mudah diusik dan misterius.

Sikap Jonathan pun semakin hari semakin buruk terhadap Lyodra. Ia mulai tanpa ragu menyiksanya, melontarkan kalimat-kalimat kejam hingga beberapa kali Lyodra dilarikan ke rumah sakit.
Jevanna Aurelia dan Jevanno Sebastian, dua anak kandung Jonathan dan wanita yang dulunya adalah seorang kupu-kupu malam—Clarissa. Keduanya bahkan sudah berlaku buruk pada Lyodra semenjak menginjakan kakinya di kediaman Geovadi.
Jevanna atau Anna yang sering memfitnahnya melakukan kekerasan di sekolah, Jevanno atau Vanno yang berani melecehkannya secara verbal dan non-verbal di belakang Ayah mereka. Semua sudah Lyodra rasakan.

Apalagi kepahitan hidup yang harus ia jalani? Ya, tentu saja masalah asmara pun ikut terlibat dalam penghancuran hidup seorang Lyodra. Titik terkecil yang jadi harapannya musnah, ketika ia tahu bahwa Nathaniel Rajendra, laki-laki yang ia cintai bermain api di belakangnya atau mungkin hanya sandiwara?

Menenggak racun, menjatuhkan diri dari jembatan, menyayat nadi, semua sudah ia lakukan, tetapi semuanya dapat digagalkan oleh Nathan, apalagi yang harus ia pertahankan? Tak ada. Tak ada satupun yang membuatnya memiliki harapan untuk terus hidup, hingga suatu masa ia bertemu dengan seseorang yang mengajarkannya banyak hal.

"Jika lo merasa hidup lo hancur, yang harus lo lakuin bukan menyerah dan pergi, tapi musnahin hal yang bikin hidup lo hancur itu--"

"--bikin mereka lebih menderita sampe neraka dengan senang hati nyambut mereka!"

Kalimat yang benar-benar merubah hidup Lyodra 180 derajat, bahkan hingga ajal menjemputnya pun, ia mati dalam keadaan puas.

***

Hah

Terhitung sudah berkali-kali Zeanetha menghela napas malas, kini ia sedang berada di ruang kelas 12 Mipa 1, ia kembali menghela napas malas jika mengingat kini harus menduduki bangku sekolah lagi. Tatapannya mengedar ke seluruh ruangan, semua orang tampak sibuk dengan kertas soal masing-masing berbeda dengannya yang kini berleha-leha. Saat ini memang sedang dilaksanakan ulangan harian matematika, dan ia sudah menyelesaikannya dengan cepat. Selain karena kehidupan sebelumnya, ternyata Zeanetha dianugrahi otak yang cerdas.

Tak berselang lama, ulangan pun selesai bertepatan dengan bel pulang yang berbunyi, semua siswa dan siswi segera bersiap untuk pulang, berbeda dengan Zeanetha yang tetap terlihat santai, ia akan pulang terakhir agar tidak berdesak-desakan.

Dirasa suasana sudah mulai sepi, ia mulai melangkah pergi dengan tas yang disampirkan di bahu sebelah kiri, ia tidak boleh terlambat untuk menghadiri meeting menggantikan kakeknya.
Matanya mengedar disela-sela kaki melangkah, hingga sampailah ia di parkiran. Menuju mobilnya dan segera mengendarainya menuju perusahaan milik keluarga Abraham.

Namun, naas. Di tengah perjalan mobilnya dihadang oleh mobil lain di tempat yang lebih sepi, dengan penuh emosi ia keluar dari mobil sambil membanting pintu, menatap si pelaku yang masih berada di dalam mobilnya.

"Keluar lo anjing!" Makinya, tak berselang lama, seorang pemuda keluar dari mobil tersebut. Melangkah pelan menghampiri Zeanetha dan langsung memeluk gadis itu begitu sampai di hadapannya.

"I miss you, baby." Suara serak dan dalam itu menyapa pendengarannya, memhuat hati Zeanetha bergetar dan ia tahu itu bukan hal yang baik.

Ia segera memberontak melepaskan diri dari pelukan pemuda asing tersebut, menatap nyalang begitu terlepas dan menujuk tepat ke wajah pemuda yang sialnya tampan tersebut.

"Siapa lo?!" Tanyanya tajam. Pemuda tersebut terkekeh pelan, kemudian menggapai jemari yang masing menunjuk kepadanya untuk digenggam.

"Saya, Victor. Kekasih kamu Zea," Zeanetha terkejut bukan main, apa? Kekasih?! Di novel bahkan tidak diceritakan bahwa kakak si Antagonis pria memiliki kekasih, apa-apaan ini?

Zea kembali memberontak untuk melepaskan genggaman di tangannya, namun hasilnya nihil. Pemuda ini menggenggamnya terlalu erat. Memilih menyerah, Zeanetha menatap pemuda bernama Victor tersebut.

"Gue.gak.percaya." ujarnya penuh penekanan.

"Dan saya, Victor Barata Flotan gak butuh itu. Cukup kamu tahu, bahwa saya kekasih kamu itu sudah cukup," timpalnya tak mau kalah.

"Brengsek!" Zea kembali memberontak berusaha melepaskan diri, hingga tak lama kemudian terdengar deru motor bersahutan diikuti pukulan yang mengenai tepat wajah Victor, membuat pemuda tersebut mundur beberapa langkah dan genggamannya pada tangan Zeanetha terlepas.

Pelakunya adalah Zefandra dan teman-temannya, mereka datang di situasi yang tepat. Zefandra memukul Victor dengan membabi buta dan Victor membalasnya tak kalah brutal. Ternyata mereka petarung yang handal.

Sedangkan temannya Zefan memilih tetap duduk di motor mereka dan menonton, begitupun Zeanetha yang sudah duduk di atas kap mobil dengan bersedekap dada.

"Berhenti ganggu kakak gue anjing!" Desis Zefan di sela pertarungan mereka.

"Gak akan! Zea pacar saya!"

"Gila lo!" Maki Zefan dan langsung menendang dad Victor keras hingga laki-laki itu jatuh tersungkur.

"Gue harap abis ini lo mati dan pergi jauh dari hidup kakak gue!" Ujarnya kemudian berbalik meninggalkan Victor yanh hampir tidak sadarkan diri.

"Gak apa-apa?" Tanyanya begitu berhadapan dengan Zea. Gadis itu mengangguk sebagai jawaban, kemudian tangannya terangkat mengusak rambut Zefan pelan.

"Good boy!" Puji-nya. Kemudian menatap satu-persatu teman Zefan yang ada di sana, tersenyum kecil kemudian kembali memasuki mobil.

Zefan berdiri di luar samping pintu kemudi, Zea pun menurunkan jendelanya dan mengucap beberapa kata sebelum pergi.

"Thanks. Gue harus pergi, ada meeting di kantor."

Zefan mengangguk mengerti, ini semua karenanya.

🐑🐑🐑

Sebelumnya sorry, ya kalo aku jarang up, soalnya akhir-akhir ini sibuk banget di sekolah buat banyak acara, apalagi udah maju ke normal jam sekolah makin lama. Sampe badan juga beberapa kali drop, dalem seminggu gk pernah bisa full sekolah.
Btw, thanks banget buat yang udh vote, seneng banget sih begitu dapet notifnya. Kedepannya semoga semakin banyak yg nikmatin karya aku.
Jangan lupa follow juga akun aku, ya. Wkwk


ZEANETHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang