Zea 11

3.1K 278 10
                                    

"Dia abis ngapain?" Serobot Zefan begitu melihat Zea duduk manis di ruang tamu kediaman peninggalan orang tua mereka.

"Maksud Lo?" Tanya Zea pura-pura tidak tahu.

Zefan berdecak, lalu duduk di samping kakaknya. "Dean. Tadi pas gue mau ke sini, gue papasan sama mobil dia dan pas diperhatiin kayaknya dia abis dari sini."

Zea ber-oh ria. "Emang."
Membenahi posisi duduknya, Zefan menatap kakaknya lekat. "Lo gak ngelakuin aneh-aneh kan sama dia?"

Tuk

Zea mengetuk dahi Zefan sedikit keras hingga sang empu mengaduh.

"Emang menurut Lo kayak gimana?"

"Eumm ... kiss or something in bed?" Ujar Zefan ragu.

Zea berdiri, berlalu menuju kamarnya, saat menginjak anak tangga ketiga dia berkata, "We did it."
Lalu melanjutkan langkahnya.

Bola mata Zefan membesar, lalu segera menyusul kakaknya itu. "Gue bener-bener bakal kasih pelajaran ke dia, kak!"

Zea tertawa dari dalam kamar. "Iya, tolong!" Tuturnya bercanda.

***

Beberapa hari setelah acara turnamen, kegiatan pembelajaran berlangsung seperti biasa. Apalagi sebentar lagi mereka akan menghadapi PTS, akibatnya tiada jam kosong karena para siswa harus mengejar materi. Hal itu membuat beberapa dari mereka setres.
Seperti halnya sosok gadis yang kini duduk di sudut perpustakaan di temani beberapa buku di atas mejanya.

Namun, alih-alih setres karena tulisan-tulisan dari buku paket pelajaran yang terbuka, ia malah setres memikirkan alur kehidupannya yang menurutnya tidak sesuai itu.

"Kok jadi gini, sih? Harusnya Daniel mulai tertarik sama gue, terus warga sekolah mulai segan sama gue karena bisa deket-deket sama Daniel. Bukan nyiyirin gue kayak gini!" Amelia mengacak rambutnya kasar. Tatapannya teralih pada buku bersampul hitam dengan corak biru tua yang teronggok begitu saja di ujung meja.

"Apa buku ini bohong, ya?" Gumam Amelia.

"Buku itu gak bohong." Sontak Amelia menoleh ke sumber suara, ternyata ada seorang lelaki yang berdiri di samping tempat duduknya. Mengapa ia tidak menyadari hal itu?

"Maksud Lo?" Tanyanya.

Lelaki itu memperbaiki posisi kacamatanya yang melorot, lalu memandang Amelia dengan tatapan serius. "Buku itu gak bohong, tetapi ada satu hal yang bikin alurnya gak sesuai."

Amelia bingung, siapa lelaki ini dan bagaimana ia tahu mengenai isi buku yang dipegangnya. "Apa itu?"

"Hal yang tidak seharusnya ada sejak awal."  Lelaki itu pergi setelah mengucapkan hal ambigu yang mengundang kernyitan di dahi Amelia. Demi apapun, ia benar-benar tidak mengerti.

Lalu, Amelia kembali membuka buku itu, mulai membaca dari awal, dengan cepat, tetapi juga berusaha mengingat setiap baris kalimat yang tertulis.

Tak lama kemudian, Amelia mengangkat kepalanya, seringai muncul di bibir tipisnya yang berwarna merah muda. "Kakak antagonis pria? Kenapa gue baru sadar kalo Zeanetha ada di tribun kemarin. Sedangkan di cerita aslinya, dia udah mati sejak awal!"

Amelia kembali menunduk, pikirannya berkecamuk. "Kalo misalkan Zeanetha harusnya udah mati, terus yang kemarin siapa?"

"Lia!"

ZEANETHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang