Zea 0.8

3K 298 1
                                    

Go Zefan go Zefan go!!

Cendrawasih Bisa, Cendrawasih Jaya!

Huuuuu~

Pelita! Pelita! Pelita!

Daniel your'e the winner

Sorak sorai para murid dari kedua sekolah saling bersahutan menyerukan jagoannya masing-masing, para cheerleader juga berkerja keras, bagaimana tidak? SMA Pelita dan Cendrawasih yang telah menjadi musuh bebuyutan sejak dulu dipertemukan kembali melalui pertandingan final turnamen basket tahunan. Tahun kemarin, kemenangan diraih oleh SMA Pelita, tetapi jelas kali ini Zefan takkan membiarkannya terulang begitu saja. Ia akan membawa timnya pada kemenangan.

Berbeda dengan Zefan yang berapi-api di tengah lapangan, Zea terlihat memijit pelipisnya pelan. Ia tertekan melihat kericuhan di tribun suporter masing-masing sekolah, ia kira dengan berada di sudut, kericuhan itu tidak terlalu kentara, ternyata sama saja.

"DANIEL SEMANGAT!!"

Suasana tribun sedikit hening usai teriakkan tersebut menggema, Zea pun menatap ke arah sumber suara. Oh, apakah itu Amelia? Zea kira benar dengan melihat respon Daniel yang sedikit terkejut di lapangan sana. Ia ingat, harusnya ini adalah plot di mana Zefan terpesona dengan Amelia yang meneriakkan nama musuhnya, dengan segera ia menoleh ke arah Zefan, dan respon lelaki itu biasa-biasa saja, bahkan menatap Amelia pun tidak.

"Ada yang aneh," gumam Zea pelan, kemudian ia mendengar bisik-bisik yang mencerca sikap Amelia.

Dihh caper!

Iyeww banget dahh

Gosah panggil-panggil Daniel

Sial yang ada kalo disemangatin sama Lo!

Dibully ratu baru tau rasa Lo!

Zea mengerutkan kening, ia tahu bahwa kehidupan sekolah Amelia tidak mudah, tetapi seharusnya dari sini mereka mulai menyukai Amelia, dan lagi ia jelas tahu Ratu yang mereka maksud, ia adalah queen bullying di SMA Pelita, setidaknya itulah yang ia dengar dari gosip yang beredar di sekolahnya.

Terlalu asik dengan lamunannya, Zea sampai tidak sadar jika sedari tadi Zefan sudah berdiri di depannya dan memanggil namanya. "Kak!"
Mengerjap matanya terkejut, Zea segera memfokuskan pandangan, ia merasa seluruh pasang mata terarah padanya.

"Lo ngapain di sini?!" Ujar Zea pelan.

"Pertandingan udah selesai, gue menang!" Zea sedikit linglung, di novel tertulis bila yang akan memenangkan pertandingan kali ini adalah tim basket SMA Pelita yang dipimpin oleh Daniel.

Melihat Zea yang tidak merespon apa-apa, Zefan segera memeluk tubuh ramping kakak perempuan satu-satunya itu.
Seketika suara riuh penonton kembali terdengar, bagi mereka yang tidak mengetahui sosok Zea jelas salah paham dengan kondisinya dengan Zefan, terutama para siswa-siswi dari SMA Pelita yang diam-diam mengidolakan Zefan.

***

"Tunggu di sini, ya. Gue mau ganti baju dulu." Zea hanya diam menanggapi ucapan Zefan, terlihat pemuda itu mulai masuk ke ruang ganti tim-nya yang di sediakan oleh pihak sekolah SMA Pelita.

Gadis itu duduk di salah satu bangku yang ada di koridor. Sebenarnya ia malas jika harus menunggu adiknya itu, lebih baik ia pulang duluan dan bersantai di rumahnya daripada harus mengikuti kemauan adiknya untuk ikut dalam pesta perayaan kemenangan mereka.

Tanpa sadar, Zea kembali melamun, membayangkan alur novel yang tidak sesuai dengan aslinya, itulah tujuan awalnya menonton pertandingan hari ini, yaitu untuk menyaksikan bagaimana alur berjalan secara langsung.

Zea yang masih asik melamun tidak sadar jika dirinya kini tengah diperhatikan oleh beberapa siswi yang berseragam berbeda dengannya, tatapan siswi-siswi itu jelas tidak baik terhadapnya, tatapan sinis seperti orang yang merasa tersaingi.

Tuk

Kaki Zea ditendang pelan, sontak saja membuatnya menatap ke arah pelaku. Tatapan tenang Zea dan tajam salah satu gadis di antara mereka beradu. Terhitung ada empat siswi di depannya, dan jelas mereka memiliki niat buruk.

"Cih, murahan banget ya, Lo!" Alis Zea terangkat sebelah mendengar ucapan penuh cemoohan yang dilayangkan siswi itu padanya. "What do you mean?" timpalnya tenang sembari berdiri menjajarkan tingginya dengan gadis di depannya.

Namun, tinggi Zea yang lebih unggul dari gadis itu membuatnya terlihat lebih mendominasi.

"Lo! Murahan!" Ucap gadis itu penuh penekanan di setiap katanya. Matanya menyoroti Zea tajam.

Zea mendengus pelan, lalu melipat tangan di dada, "Sorry, dibagian mananya gue keliatan murahan?" Desisnya pelan.

Gadis itu berdecih, tatapannya kian menajam, lalu salah satu temannya dari belakang ikut bersuara, "Pura-pura gak tau Lo, dasar gak tau malu!"

"Apa sih anjing, Lo pada dari tadi gak jelas banget ya!" Zea menggeram kesal. Apa-apaan orang-orang ini?

"Zefandra itu pacar gue! Dan Lo dengan gak tau malunya meluk-meluk dia tadi. Oh, sekarang juga apa? Lo berdiri di depan ruangan gantinya dia?! Apalagi kalo bukan murahan?!" Imbuh gadis itu murka.

"Iya, bener! Zefandra itu pacarnya Ilona!" Timpal teman-temannya yang berdiri di belakang layaknya para dayang.

Zea menghela napas tak percaya atas ungkapan tersebut, gadis itu pun terkekeh geli membuat orang-orang di sana menatapnya heran.

"Dasar gila!" Maki gadis bernama Ilona itu.

Bukannya marah, Zea malah mencondongkan tubuhnya ke arah Ilona, dan entah kenapa itu membuat Ilona takut.

"Lo yang gila, apa salahnya kalo gue meluk adik gue sendiri?"

Ilona dibuat gelagapan, ditatapnya Zea yang masih menatapnya tenang.

Pintu ruang ganti terbuka, sosok Zefan dan para anggota timnya muncul. Zefan mengernyitkan alis begitu melihat kakaknya tidak sendiri. "Siapa lo?" tanya Zefan ketus.

Ilona terlihat gelagapan. Zefan acuh, kemudian beralih menatap sang kakak. "Mereka gangguin lo, kak?"

Zea hanya mengedikkan bahu."Emang mereka mampu?" Zea berlalu begitu saja. Kemudian di susul Zefan dan yang lainnya. Saat melewati Ilona, Zefan berbisik pelan kepada gadis yang masih kaku. "Ini peringatan pertama gue, kalo lo berani usik kakak gue, hidup damai lo bakal ilang."

Ilona jatuh duduk begitu rombongan Zefan telah berlalu, sungguh ia takut sekali. Kedua temannya segera mengusap bahunya menenangkan.

"Ngapain lo lesehan di sana?" Ketiganya menoleh menatap empu yang berbicara barusan.

"G–gue abis gangguin kakaknya Zefan. Ratu, gimana dongg? Huaa ...." Ratu menepuk dahinya lelah. "Dasar tolol. Bisa-bisanya lo gak ngenalin Zea. Udah deh, daripada lo nangisin cowok macem Zefan itu, mending sekarang ikut gue, Reyna katanya mau ketemu kita. Kangen."

Ratu mengulurkan tangannya untuk Ilona gapai, begitu Ilona berdiri, ia segera merangkul bahunya dan berjalan beriringan keluar sekolah. Sebelum itu, Ratu sudah memberhentikan dua orang yang selalu di samping Ilona.

"Gue tau kalian temen Ilona, tapi bukan temen Reyna. So, bisa gak jangan ngikutin Ilona buat hari ini?" kedua teman Ilona itu saling pandang, kemudian mengangguk lalu pergi.

Ratu mengehela napas lelah. "Lo bisa gak sih, berhenti temenan sama mereka? Risih gue liatnya."

Ilona menoleh, kemudian menjawab, "Sejak kapan temanan? Lo gak liat gue sama mereka udah kayak dayang sama permaisuri?" Ratu tertawa mendengarnya.

"Sialan lo, ya."

✿✿✿

Zea back, sorry buat hiat lama tanpa katanya.

ZEANETHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang