Zea 0.5

4.3K 399 2
                                    

"Hey!" Seru seorang perempuan yang kini terbaring di ranjang.
Sang pemuda yang duduk di sampingnya pun terperanjat dan segiera menatap si pelaku. Alisnya terangkat, membalas tatapan bingung si perempuan di depannya, ia tidak sadar jika sejak tadi ia mengacuhkan perempuan tersebut.

"Kamu kenapa sih, Rean? Katanya mau suapin aku, kok malah bengong gitu?" Ujarnya kesal.

Si pemuda meringis sedikit kemudian tatapannya beralih ke mangkuk bubur di tangannya. Ah, Ia benar-benar tidak sadar ternyata.

"Maaf, Na. Gue lagi banyak pikiran, Nih!" Ujarnya dan mulai menyendokkan bubur menyuapi perempuan tersebut.

Sepasang remaja itu adalah Daniel dan Reyna, iya, plot cerita sudah lama di mulai, terbukti dengan Reyna yang sudah pulang dan Daniel yang selalu ada di sampingnya.

Tanpa sepengetahuan Reyna, Daniel kembali melamun, akhir-akhir ini ia kepikiran dengan sosok gadis yang selalu mengganggu harinya, dia Amelia. Tidak terlalu cantik memang, tetapi ia manis dan selalu bersemangat, jika dibandingkan dengan Reyna dari segi fisik, tentu saja Reyna lebih unggul.

Daniel menatap lurus, tepat wajah sahabatnya yang kini sedang memainkan ponselnya itu, tunggu! Kenapa ia membandingkan antara gadis biasa itu dengan Reyna yang notabenenya sangat berharga? Ia sudah gila ternyata.

Ting

Refleks Reyna menatap ponsel yang berada di atas nakas samping tempat tidurnya, itu bunyi notif dari ponsel milik Daniel.

Ditatapnya sang sahabat dan ponsel tersebut bergantian, saat tangannya terulur akan meraih ponsel tersebut, tangan Daniel lebih dulu meraihnya.
Ia berdecak sebal dengan wajah tertekuk, sedangkan Daniel menampilkan senyum mengejek padanya, untung saja ia keburu sadar dari lamunannya.

Daniel menatap layar ponselnya dengan seksama, ia membaca pesan bolak-balik takut jika itu adalah pesan salah kirim, tetapi tidak tentu saja, namanya dengan jelas disebut di sana.

Amelia
(Online)

Niel, bisa tolongin aku gak?
Aku abis ke srempet motor
Dan di sini gak ada siapa-siapa

Lo pikir lo siapa gw?

Niel, please, aku gatau harus
minta tolong ke siapa lagi

Ck! Sharelock, buruan!

Makasih, Niel!!
Jln. Kenanga no. 76

Daniel menatap chat terakhir dari Amelia, kemudian dengan cepat menyambar jaketnya yang berada di sofa juga kunci motor di meja, saat satu langkah lagi menuju pintu, sebuah panggilan menghentikan langkahnya.

"Mau ke mana, Rean?!" Reyna memanggilnya begitu sadar dengan Daniel yang terlihat tergesa-gesa.

"Keluar sebentar, disuruh Mama," Reyna mengangguk mengerti, Daniel pun segera pergi. Namun, tak lama kemudian muncul notif pesan di ponsel Reyna berisi hal tak terduga.

Tante Yara❤
(Online)

Na, suruh Rean nginep aja ya
Tante sama Om mau ke jogja
ada urusan bisnis

Senyum sinis terbit di wajah gadis itu, jarinya mulai mengetik.

Iya tante. Aku bakal bilangin
ke Rean kok.

Ia kembali menatap lurus, senyum villains itu terus terpatri di wajahnya.

"Your'e lying, Daniel Andreano Flotan."

****

Brak!!

Meja yang digebrak keras tersebut sempat membuat Sergio terperanjat kaget sebelum kembali ke mode kalem dengan cepat, berbeda dengan Zea sebagai si pelaku yang kini memijat pelipisnya pelan, gurat-gurat emosi tercetak jelas di wajahnya.

Bagaimana tidak, lagi-lagi ia dibuat kesal dengan tingkah para petinggi perusahaan di rapat tadi, suka sekali mereka mengacaukan emosinya, untung ia bisa menahannya selama meeting. Namun, inilah akibatnya, Sergio yang menjadi sekretaris sementara Zea menjadi korbannya. Sejak tadi Zea tidak henti-hentinya menyumpah serapahi mereka dengan kata-kata kasar, bahkan sampai memecahkan guci di sudut ruangan yang tentunya tidak murah harganya.

Sergio hanya bisa mengelus dada, itu adalah guci antik yang didapatkan dari pelelangan dengan sulit.

"Shit! I wanna kill them!" Desis Zea kesal. Akhir-akhir ini ada begitu banyak masalah yang dipikirkannya, dari mulai kemunculan Victor, alur cerita yang sudah di mulai, kedekatan Daniel dan Amelia yang mulai terjalin meski tanpa disengaja dari hasil pengamatannya hingga Zefandra sekarang.

Benar, kuncinya Zefandra, ia belum bergerak hingga sekarang, kenapa? Bukankah harusnya ia mulai mendekati Amelia begitu Reyna kembali ke Indonesia dan perhatian Daniel teralihkan, tetapi hingga kini tidak ada tanda-tanda pergerakan dari Zefandra. Bahkan pemuda itu terlihat semakin menempel padanya.
Seperti tadi, darimana Zefandra tahu posisinya, itu bukanlah jalan yang biasa dilewati oleh pemuda itu dan teman-temannya.

Bunyi getaran ponsel mengalihkan perhatian Zea dari dunianya, dilihat siapa yang menelpon, tertera nama 'Zefan' di sana, lihat? Baru saja dibicarakan, adik manisnya ini sudah menelpon saja. Tanpa menunda lagi, Zea segera mengangkat telpon tersebut.

"Hmm?" Ujarnya

"Pulang," sahut dari sebrang sana, Zea mengernyitkan alis begitu mendengar penuturan dengan nada perintah tersebut, "Why?"

"A bastard is waiting for you!"

"Wait, bastard? Victor?" Hanya nama itu yang terbesit dipikirannya.

"No, is more than Victor!" Zea kembali mengernyit bingung, tunggu, ada berapa bajingan di sekeliling raga ini? Ah, ia lupa, bahkan adik yang ia kira manispun adalah seorang bajingan.

"Sergio!"

"Ya, nona." Sahut Sergio cepat, sedari tadi ia berdiri tegap tepat di belakang Zea, aura gadis itu benar-benar menyeramkan seperti kakeknya itu sehingga membuatnya tak berani banyak bersuara.

"Aku akan pulang, kau juga pulanglah, untuk berkas-berkas akan kukerjaan besok." Ujarnya kemudian pergi.  Senyum Sergio terbit, setidaknya Zea memiliki hati yang baik dengan tidak membuatnya lembur menyelesaikan pekerjaan miliknya berbeda dengan Zergan--sang kakek.

"Baik, terimakasih Nona!"

"Udah gue telpon, puas Lo?!"

"Of course. Thank you calon adik ipar,"

🐑🐑🐑

Thank you buat yg nungguin, sorry juga karena lama bgt up nya dan mungkin kurang memuaskan. Jujurly di sekolah baru selesai kegiatan dan aku salah satu panitia-nya, terus aku juga ngerekap tugas yang kemaren2 terbengkalai akibat sakit hhe. Sama baru dapet hidayah buat ngetik lagi, itusih poin pentingnya dari lama up ini 'males ngetik' hhi. Maapin.

ZEANETHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang