Part 5

1.4K 164 27
                                    

Senyum Shani mengembang saat melihat ketiga anak kembarnya berjalan beriringan menuju ke gerbang sekolah. Waktu terasa begitu cepat. Ketiganya kini sudah dewasa.

"Yang pinter sekolahnya, ya!" Seru Shani sebelum melajukan mobilnya perlahan.

Seperti biasanya. Karena kelas mereka berbeda, Azizi akan berpencar saat ketiganya sampai di koridor utama. Tentunya tanpa mengucapkan apapun layaknya mereka tak saling kenal.

Pagi hari sebelum bel pelajaran pertama berbunyi adalah jadwal rutin bagi Ashel untuk menyempatkan ngerumpi dengan teman-temannya dari kelas lain. Tujuannya sudah pasti, mencari informasi dari gosip yang beredar.

"Marsha, kamu duluan ke kelas, ya. Aku mau ketemu temenku dulu." Setelah itu Ashel melambaikan tangan dan mengubah arah langkah kakinya.

Kini hanya tinggal Marsha. Dengan langkah kecil-kecil ia melangkah menuju ke kelas. Kedua alisnya sedikit menukik ketika baru sampai di kelas. Beberapa teman sekelasnya sedang berdiri mengitari bangkunya.

"Ada apa?" Marsha melangkah lebih cepat menuju ke kursinya.

CEWEK KEGATELAN

SOK CANTIK

CULUN

WIBU

Mata Marsha membulat saat mendapati mejanya penuh dengan tulisan cacian. Bulu kuduknya meremang. Kedua kakinya tak sanggup untuk menumpu tubuhnya. Marsha jatuh bersimpuh di samping mejanya.

Teman-temen sekelasnya menatap Marsha dengan iba. Namun, tak ada satupun dari mereka yang berniat membantu, apalagi memberi tahu siapa pelaku di balik semua itu. Satu persatu dari mereka pergi meninggalkan Marsha.

"S-siapa..." 

Suara Marsha bergetar. Semakin sering dia mengedip, semakin perih matanya. Air matanya mampu menetes kapanpun juga.

"S-siapa..."

"Marsha!" Jessi yang baru saja datang langsung membantu Marsha untuk bangkit. Ia terlihat begitu terkejut dengan apa yang ada di meja Marsha. "Duduk dulu." Jessi membantu Marsha untuk duduk, lalu dia mengeluarkan botol minumnya dari tas, berikut tisu yang dibawanya.

"Siapa yang ngelakuin ini, Sha?" Jessi mencoba membersihkan tulisan cacian itu dari meja Marsha. Beruntung, karena tipe-ex yang belum begitu kering, air dan tisu dapat menghapusnya meskipun meninggalkan bekas.

"A-aku gak tau, Jess. Aku gak tauu..." Tangis Marsha seketika pecah. Wajahnya tertutup rapat dengan kedua telapak tangan. Dari sela-sela jemarinya keluar air mata.

Siapapun yang mendengar tangis Marsha di pagi itu pasti merasakan hal yang sama. Tangisan itu begitu mengiris hati. Perempuan manis dengan tutur kata yang tak pernah menyakiti siapapun itu dibuat menangis dengan cacian yang bahkan sama sekali tidak pantas untuk dilayangkan padanya.

"Kejam." Jessi meremas tisunya kuat. "Siapapun yang ngelakuin ini kejam banget!"

"M-maaf, Jessi. Ma-maaf aku udah ngerepotin kamu pagi-pagi," ucap Marsha masih terisak.

Jessi memeluk kepala Marsha. Diusap kepala anak manis itu dengan lembut. Coba ditenangkan dengan kata-kata yang sekiranya mampu membuat Marsha tenang. Beruntung usaha Jessi membuat tangis Marsha mulai hilang.

"Kamu nggak tahu ini ulah siapa?" Tanya Jessi.

"Enggak." Marsha menggelengkan kepalanya, lalu kembali menangis.

"Jangan nangis lagi. Sebentar lagi bel masuk, Sha." Jessi mulai bingung karena jam di dinding kelas sudah menunjukkan pukul tujuh. Jika Marsha menangis hingga guru mata pelajaran pertama masuk, bisa saja seluruh rencana yang dibuatnya ini akan berantakan.

Triplets Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang