Part 28

915 103 117
                                    

Ashel melirik jam di ponselnya, jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Shani tadi mengabari anak-anaknya bahwa ia akan pulang larut, sementara Azizi dan Marsha masih belum pulang juga. Ashel sendirian menunggu sambil menonton acara gosip yang rasanya tidak semenarik biasanya. Bahkan ia mengabaikan chat Aldo karena sebal. Kenapa bisa-bisanya Aldo begitu santai saat ia menceritakan Azizi dan Marsha yang masih belum pulang? Apa Aldo tahu sesuatu yang tidak ia ketahui tentang Azizi dan Marsha? Kenapa juga Marsha tidak membalas pesannya satupun? Kalau Azizi, ia tidak berharap kakaknya yang satu itu akan merespon pesannya.

Tak berapa lama suara mesin mobil terdengar. Ashel mengintip, itu mobil Christian. Azizi dan Marsha turun dari bagian belakang mobil.

"Thanks buat hari ini ya, Toy."

"Santai aja."

"Makasih ya, Christ." Marsha lalu melirik ke arah Muthe yang tertidur di samping Christian. "Tidur?" Tanyanya pelan sambil menunjuk Muthe.

"Biasa. Gue langsung cabut, ya. Kasian Muthe. Salam buat nyokap kalian, ya."

Keduanya mengangguk lalu melambaikan tangannya. Setelah mobil Christian menghilang, keduanya lalu masuk ke dalam area rumah mereka. Pintu terbuka sebelum bel ditekan Marsha. Ashel berdiri menatapnya dengan sangat khawatir. Sebelum Ashel mengeluarkan kekesalannya, Marsha segera memeluk sang kakak, berharap pelukannya dapat meredakan emosi Ashel dan menenangkannya.

"Maaf, hp ku mati." Ucap Marsha setelah pelukan keduanya terlepas.

"Iya, gak pa-pa." Ashel mengusap lembut puncak kepala Marsha. "Udah makan, 'kan?" Marsha mengangguk. "Ya udah, kamu langsung mandi. Nanti aku bikinin susu buat kamu."

"Makasih ya, Kak." Ashel hanya tersenyum tipis.

Saat Marsha sudah menaiki tangga rumahnya, Ashel menahan tangan Azizi. Tatapannya sangat tajam, senyumannya yang tadi hilang. "Kelar lo mandi, gue mau ngomong empat mata. Cuma berdua. Lo dan gue. Jangan ngehindar. Karena kali ini, gue serius."

"Ya, terserah."

"To love unconditionally requires no contracts, bargains, or agreements. Love exists in the moment-to-moment flux of life."

Pintu kamar Marsha terbuka saat telah dipersilahkan oleh sang pemilik kamar. Ashel masuk ke dalam kamar dengan sebuah gelas berisi susu di tangannya. Marsha tengah memperhatikan kandang Coconut, ada sisa makanan di sana.

"Coconut tadi udah aku kasih makan." Ucap Ashel menjawab kebingungan Marsha. "Maaf masuk kamar kamu seenaknya." Tambahnya lalu menaruh gelas di nakas samping tempat tidur.

Marsha menggeleng. "Gak apa, Kak."

"Duduk sini." Ashel menepuk bagian ranjang yang kosong di sampingnya.

Marsha menurut lalu duduk di samping Ashel. Ia peluk Ashel dari samping. "Maaf ya, Kak. Udah bikin khawatir."

"Gak, kok. Tadi jalan sama siapa aja?"

"Kak Zee, Muthe, Yori sama anak Nge-Band lainnya."

"Rame-rame?"

"Iya, Christ tadi traktir kita."

"Hmm."

"Kenapa, Kak?" Marsha sedikit mendongak untuk dapat melihat wajah Ashel.

"Gak, apa." Ashel lalu melepaskan pelukan mereka, kembali mengambil susu tadi. "Diminum terus langsung bobo, ya."

Marsha mengangguk dan langsung meminum susu tersebut. Ashel bangkit dan berjalan keluar kamar Marsha. Setelah memastikan Marsha sudah selesai meminum susunya dan merebahkan dirinya di ranjang, Ashel mematikan lampu kamar Marsha dan menutup pintu kamar Marsha dengan rapat.

Triplets Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang