Ting-tong!
Bunyi bel rumah Christian terdengar berbunyi. Bi Ijah yang tengah memasak sarapan pagi, mematikan kompor sejenak untuk membukakan pintu rumah.
"Pagi, Bi Ijah." Muthe yang datang bersama Yori menyapa dengan riang.
"Eh, Non Muthe pagi-pagi udah ke sini aja."
"Hehehe. Iya, nih. Mau belajar sama Christ." Keduanya lalu masuk ke dalam rumah saat sudah dipersilahkan. "Christ nya udah bangun?"
"Belum, Non. Masih di atas. Biar Bibi bangunin dulu. Non sama temennya mau minum apa? Biar Bibi ambilin."
"Gak usah, Bi. Aku nanti bisa ambil sendiri. Minta tolong bangunin Christ aja."
"Ya udah kalo begitu. Tunggu sebentar ya, Non." Muthe hanya mengangguk dan membiarkan Bi Ijah pergi untuk membangunkan Christian.
"Ke dapur, yuk, Yor. Ambil minum."
"Eh, emang boleh?"
"Boleh. Ini udah kaya rumahku sendiri, kok." Ajaknya. "Ayo." Mau tidak mau Yori mengikuti Muthe.
Bi Ijah mengetuk pintu kamar Christian dengan pelan. "Den, ada Non Muthe di bawah."
"Iya, Bi. Suruh tunggu bentar." Sahut Christian dari dalam, yang nyatanya sudah bangun atau mungkin bahkan belum tidur.
Derap langkah kaki terdengar menjauh dari balik pintu kamar. Kini, Christian duduk bersila di atas ranjangnya, mengamati sahabatnya yang masih terlelap di sampingnya.
"Gimana bisa dia tidur lelap setelah ini semua?" gumamnya.
Christian pergi ke kamar mandi untuk membasuh muka dan gosok gigi. Di bawah sudah ada kekasihnya yang menunggu dan Christian tidak ingin menemui kekasihnya dengan wajah bangun tidur. Jika itu terjadi, bisa-bisa Muthe akan mencibir dan langsung menyuruhnya mandi. Hanya satu hal yang disuka Muthe dari keadaan bangun tidur Christian: Suaranya yang sedikit lebih berat daripada biasanya.
"Sarapan dulu kalian sebelum naik," ucap Christian saat mendapati kedua temannya tengah duduk di ruang keluarga rumahnya.
"Kamu mandi dulu," sergah Muthe. Melihat rambut berantakan Christian sedikit menyebalkan baginya.
"Iya, iya. Abis ini." Christian berlalu begitu saja menuju ke dapur untuk mengambil minum. Setelah dahaganya tertuntaskan, tanpa mengucapkan apapun, ia kembali ke kamar. Jelas Muthe yang melihatnya sedikit heran. Tidak seperti biasanya.
"Pacar lu kenapa?" Yori menyenggol lengan Muthe dengan pelan. Ia tersadar Christian sedikit berbeda dari biasanya. "Kalian marahan?"
"Enggak. Perasan gue gak ngapa-ngapain, deh."
"Hmmm..."
Ini bukan kali pertama Muthe menyambangi rumah Christian di pagi hari saat libur. Entah sudah kali ke berapa. Jika di sekolah Muthe lah yang sering clingy pada Christian, saat di rumah seperti ini malah jadi kebalikannya. Tapi, hari ini Christian sedikit berbeda. Tentunya hal itu mengundang pertanyaan di kepalanya. Sembari menghabiskan makanan yang disajikan Ijah, Muthe terus mengoreksi dirinya.
"Perasaan gue gak ngapa-ngapain kemaren, Yor."
"Sssssttt... udah, udah. Habisin dulu makan lo. Abis ini kita ke atas buat belajar."
Christian baru saja selesai mandi. Azizi masih tertidur, terlihat sangat lelah. Christian terpaksa harus menyalakan lampu kamarnya, sambil menyenggol lengan Azizi agar terbangun.
"Bangun. Muthe sama Yori udah dateng. Handuknya di kursi."
Azizi mengusap kasar matanya, dengan matanya yang masih mengantuk ia melihat ke arah Christian yang kembali keluar dari kamarnya. Christian kembali menghampiri Muthe dan Yori yang tengah sarapan bersama. Ia ambil sepotong roti tanpa mengucapkan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triplets Love Story
FanfictionBasic idea from "Twins Love Story" by @K3luargaVNSHN Sebuah kolaborasi bersama @indomitelorkornet Cerita yang akan mengisahkan perjalanan hidup dan cinta anak kembar tiga.