Part 14

1K 100 40
                                    

Shani adalah orang yang sangat teratur. Bahkan, saat liburan seperti ini, ia sudah membuat rundown acara untuk ketiga anaknya. Dan ketiga anaknya tak pernah heran dengan ini semua.

"Setelah makan, kalian bebas mau kemana aja, asalkan masih kelihatan dalam jarak pandang Mama," Shani berucap sembari mengeluarkan sebuah kertas kecil dari dalam tas nya. Kertas itu dibagikan kepada ketiga anaknya. "Kalau mau jalan-jalan, jangan lupa pake sunscreen, terutama Azizi."

"Iya, iya, Ma," jawab Azizi dengan malas.

Ashel sedikit mengerutkan keningnya ketika melihat salah satu rundown acara menyebutkan perjamuan di jam 7 malam. Ia memilih untuk menanyakan hal itu kepada Shani. "Ma, ini perjamuan apaan?"

"Loh?" Shani kembali memperhatikan kertas yang ada di tangannya. "Kok ada perjamuan?" seolah bingung dengan acara yang dibuatnya sendiri.

"Lah, kok malah balik nanya?" Azizi menimpali.

"Eh, astagaaaa... Mama lupa nanti malem ada acara kantor juga di sini."

Sontak ketiga anaknya menatap lurus-lurus ke arah Shani.

Selain Shani adalah orang yang sangat teratur, Shani juga pelupa.

"Mama ngajakin kita liburan ke sini biar bisa dateng ke acara kantor ini aja, 'kan?" tanya Azizi dengan sinis, matanya memicing.

"Sambil berenang minum air, lah. Hehehe." Tawa Shani sedikit dipaksakan. "Nanti malem waktu Mama ke acara itu, kalian mau kemana aja bebas deh. Asal jangan jauh-jauh."

"Azizi, kamu jagain adek-adekmu, ya," imbuhnya.

"Iya, Ma."

Perut mereka sudah terisi penuh. Terik matahari yang begitu menyengat membuat ketiga anak kembar itu memilih untuk bersembunyi dalam bayangan. Hanya Ashel yang masih ngotot dan berantusias untuk mengambil gambar di pantai pasir putih. Sayangnya dua kembarannya terlihat enggan. Terkena sedikit pancaran matahari saja ogah. Dengan perasaan penuh kecewa, Ashel pun memutuskan untuk mengurungkan niatnya.

"Ini beneran gak ada yang mau ngefotoin gue?" Ashel bertolak pinggang di depan Azizi dan Marsha yang masih bermalas-malasan di kursi restoran. "Yang mau fotoin gue di pantai, gue traktir di kantin selama tiga hari deh."

"Traktiran di kantin nggak setimpal sama kulit gue yang gosong," sahut Azizi.

"Makanya pake sunscreen, dodol!"

Marsha tiba-tiba saja bangkit membuat Azizi dan Ashel memandang ke arahnya. "Ya udah, ayok, aku fotoin, Kak."

"Nah, gini dong! Ini baru sodara gue!" ucap Ashel diberikan penekanan pada kata 'sodara' sembari melirik ke arah Azizi.

"Tapi traktir di kantin selama seminggu ya, Kak."

"Hahaha!" Azizi terbahak saat Marsha mengucapkan itu. Dengan berat hati Ashel juga menyanggupi permintaan Marsha, lalu mereka berjalan ke pantai di dekat restoran.

"Zee, kamu gak ikut mereka?" tanya Shani setelah Ashel dan Marsha menjauh.

"Nggak, Ma. Panas. Males aja pana-panasan. Lagian Azizi juga gak mau foto-foto, kok."

Rasa gusar Shani saat melihat Marsha di pemakaman suaminya kembali muncul ke permukaan. Ia merasa ini saat yang tepat untuk menanyakan pada Azizi. Tapi, jika menanyakan hal ini apakah nanti akan mempengaruhi mood ketiga anaknya selama liburan?

Shani terus menimang. Dagunya ditopang. Matanya memperhatikan Azizi yang sedang mengamati kedua adiknya dari kejauhan. Saat itu, Shani baru sadar bahwa anak yang paling mirip dengan suaminya adalah Azizi, bukan Marsha. Keduanya benar-benar mirip. Hanya saja, Azizi tidak memiliki rambut lurus dan lebat seperti suaminya.

Triplets Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang