Part 13

1.1K 118 32
                                    

Angin berhembus dengan kencang, menerpa wajah sepasang insan yang sedang jatuh cinta dengan tangan yang saling bertautan memandangi langit dari atas atap sekolah.

Genggaman tangan ini berbeda dari biasanya. Terasa sangat intim dan begitu hangat di hati keduanya. Entah bagaimana mengungkapkan kebahagiaan yang kini dirasakan oleh keduanya. Jadinya keduanya memilih diam dan tenggelam dalam pikiran masing-masing. Terlebih di tengah rasa bahagia itu ada kekhawatiran yang jelas dirasakan oleh mereka di dalam hubungan yang tak seharusnya ini.

"Kak, kalo Kak Ashel sama Mama tau gimana?" Marsha menggigit bibir bawahnya, perasaan takut itu kembali merayap dalam pikirannya.

Bukannya ia menyesali perbuatannya yang telah terjadi karena sudah menerima Azizi untuk menjadi kekasihnya sendiri. Hanya saja ia sangat sadar, hubungan keduanya sangat tabu dan akan sangat sulit nantinya untuk direstui terutama oleh keluarga mereka sendiri.

Azizi menghela nafasnya. Ia sudah siap dengan pertanyaan tersebut. Sedari awal juga ia sudah memikirkan hal itu saat memiliki perasaan pada Marsha. "Jangan sampe mereka tau. Kalo kamu tetap mau hubungan ini lanjut, mereka gak boleh tau sama sekali. Apalagi Mama."

"Backstreet?"

"Mau gimana lagi. Gak mungkin 'kan kita ngomong ke mereka. Aku juga bakal ngomong sama Christ dan Muthe buat gak cerita soal kita ke siapa-siapa. Kamu gak ada masalah 'kan, Sha?"

Marsha menggeleng. "Aku udah mutusin untuk nerima kamu. Aku bakal ikutin apa yang kamu bilang, Kak."

"Ah, iya. Satu lagi." Azizi menatap Marsha yang juga tengah menatapnya. "Kalo lagi berduaan gini. Tolong jangan panggil aku pake 'Kak'. Bisa, 'kan?"

"Iya, Kakak."

"Shaaaaa..."

Marsha hanya tersenyum dan kembali mengejutkan Azizi saat dirinya mencium bibir Azizi secara mendadak. "Iya, Zee sayang." Ucapnya menggoda Azizi. "Kita balik ke kelas?"

Azizi mengaruk tengkuk lehernya yang tak gatal. Menutupi diri bahwa ia jadi salah tingkah karena ulah Marsha barusan. "I-Iya..."

"Love doesn't make the world go 'round. Love is what makes the ride worthwhile."

"Heh, dari mana kamu?!"

Marsha yang tak siap diberi pertanyaan menjurus oleh Ashel langsung terkesiap. Semburat merah yang ada di pipinya mengundang pertanyaan lain dari Ashel.

"Kamu abis diapain Azizi?!"

Marsha menunduk, lalu meletakkan tas nya di samping meja. Beruntung hari ini dia menggerai rambutnya sehingga semburat merah itu dapat sedikit disembunyikan.

"Azizi usilin kamu lagi, ya?"

"Enggak, Kak. Enggaaaakkk..." Marsha membantah. Ia terlihat jengah. "Justru dia..." ucapannya tertahan. Ia tak mau menceritakan apa yang baru saja terjadi di atap sekolah. Selain Marsha sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk menyembunyikan ini, ia juga tak mau Ashel jantungan pagi-pagi.

Suasana kelas pagi ini sedikit berbeda bagi Marsha. Sedari tadi ia merasakan terus dipandangi dari tiap sudut kelas.

'Ah iya aku lupa, di sini aku sebagai pencuri,' katanya dalam hati.

"Apa, Sha? Azizi ngapain kamu?" Ashel masih bertanya, belum puas dengan jawaban Marsha.

Beruntung bel masuk berbunyi. Ashel langsung melupakan hal tersebut dan mulai menyiapkan buku pelajaran di meja.

***

Kebetulan Shani tidak ada jadwal lembur hari ini sehingga ia dapat menjemput ketiga anak kembarnya di sekolah. Ia juga menyiapkan sedikit kejutan untuk jerih payah ketiga anaknya setelah mampu mendapatkan nilai yang memuaskan di Ujian Tengah Semester pertama mereka.

Triplets Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang