Happy reading
***
Tidak lama setelah kedua belah pihak yg bersangkutan setuju, pesta pernikahan secara sederhana pun digelar. Terkesan buru-buru memang. Tapi, itulah yg diinginkan Xiao Jun. Melihat cucu kesayangannya itu menikah adalah hal yg sangat ia impikan oleh pria tua tersebut sebelum ajal menjemputnya nanti.
"Mau kemana?" Tanya Wangji ketika melihat Xiao zhan yg malam ini sudah sah menjadi istrinya hendak keluar dari ruangan tersebut.
"Ke kamar kakek. Aku akan tidur dengannya." Jawab Xiao zhan yg sudah selesai berganti baju tidur.
Wangji menggeleng, "apa kau lupa? Kita kan baru saja menjadi sepasang pengantin, dan malam ini adalah malam pertama kita."
"Lalu?" Xiao zhan memiringkan kepalanya menatap Wangji, pemuda itu terlihat sangat polos saat menanyakannya.
"Apa yg akan dipikirkan kakek nantinya kalo sekarang kau memilih tidur dikamarnya, nanti kakek pikir aku justru menggertakmu, ato dia pikir kau mau menikah hanya karena merasa terpaksa." Jelas Wangji. Meski pernikahan mereka dilakukan karena terpaksa oleh situasi dan kondisi tapi baik Wangji dan Xiao zhan tidak ingin membuat itu terlihat begitu jelas. Mereka berdua harus melakukan sandiwara ini senyata mungkin agar tidak sampai memancing kecurigaan dari pria tua itu.
"Emm... kalo begitu aku akan tidur disana, kau bisa tidur dikasur seperti biasanya." Xiao zhan lantas membuka lemari untuk mengambil selimut, dan tikar untuk ia jadikan alas tempat tidur. Xiao zhan langsung menggelarnya dengan cepat.
Wangji mengamati apa yg dilakukan pemuda itu, ia menggernyit bingung setelahnya. "Kau serius akan tidur disana?"
"Mn."
"Sebaiknya kau tidur disini, ranjangnya masih cukup untuk ditiduri kita berdua?" Tawar Wangji.
"Tidak, badanmu terlalu besar, nanti tidurmu jadi tidak nyaman kalo aku tidur disitu." Xiao zhan menolak.
"Tapi kalo kau tidur dibawah nanti badanmu jadi pegal."
"Tidak akan." Jawabnya santai. Entah mengapa Wangji justru tidak menyukai apa yg dikatakan oleh Xiao zhan.
"Apa susahnya sih tidur satu kasur denganku, lagipula aku tidak akan melakukan apa-apa." Benak Wangji menggerutu.
"Ya sudah, aku tidur." Ucap Wangji yg kini menaiki kasur.
"Mn. Selamat malam, jangan lupa matikan lampunya." Ucap Xiao zhan setengah malas. Sepertinya, pemuda itu sudah sangat mengantuk.
"Selamat malam juga." Balasnya setelah mematikan lampu. Kini penerangan diruangan tersebut hanya mengandalkan sinar rembulan yg menelusup masuk melalui jendela kaca disamping Wangji, dimana bias cahaya mengenai tepat pada Wajah Xiao zhan yg kini berbaring dibawahnya.
Tidak butuh waktu lama bagi Xiao zhan untuk memasuki dunia mimpi yg indah, setelah lampu dimatikan dengkuran halus pun terdengar dari hidung pemuda itu, Xiao zhan telah terlelap seutuhnya. Dari tempatnya Wangji yg tidak bisa tidur tidak sengaja mulai memperhatikannya. Wajah tidur Xiao zhan entah mengapa terlihat bagitu indah dimatanya, bulu mata pemuda itu tidak begitu lentik, tapi tidak juga menjuntai lurus kebawah, hidung Xiao zhan juga mancung tapi itu tidak berlebihan, dan bibirnya begitu tipis, pantas saja suara pemuda itu agak sedikit cempreng yg kalo sedang mengomel persis sekali dengan para istri kebanyakan, rupanya pemuda itu memang ditakdirkan menjadi seorang istri toh. Eh, tunggu dulu! Sepertinya ada yg terlewatkan dari pengamatannya. Titik hitam dibawah bibir Xiao zhan kenapa Wangji baru menyadarinya, ternyata Xiao zhan memiliki tahi lalat disana, sentuhan kecil yg begitu samar itu menambah manis fitur wajah Xiao zhan yg aslinya memang sudah rupawan. Tapi jangan lupakan dengan mitosnya, katanya orang yg memiliki tahi lalat tepat dibawah ato diatas bibirnya itu pastilah sangat cerewet, dan Xiao zhan nyatanya memang seperti itu. Ternyata mole tersebut ada plus minusnya.
.
.
."Mana Xiao zhan?" Tanya kakek Xiao ketika tidak melihat keberadaan sang cucu dimanapun, biasanya pemuda itu sudah bangun pagi-pagi untuk menyiapkan sarapan, ato setidaknya sekedar menyeduhkan teh untuk dirinya.
"Dia tidur lagi, dia mengeluhkan semua anggota badannya yg mendadak sakit apalagi pinggangnya." Jawab Wangji dengan acuh tak acuh yg kemudian segera menuju kamar mandi untuk sekedar mencuci wajahnya sebelum bersiap pergi ke ladang. Kalimat ambigu tersebut membuat wajah tua Xiao Jun dipenuhi semburat merah, dengan pikiran yg mengarah pada hal yg tak senonoh.
"Anak muda zaman sekarang sungguh sangat terbuka, mereka bahkan tidak perlu repot repot menutupinya." Cibir Xiao Jun menatap pada punggung Wangji yg kini menghilang dibalik pintu. Setelah menggumamkan itu, kakek Xiao yg kepo lantas segera pergi menuju kamar cucunya itu. Dia hanya ingin sedikit memastikan apa benar yg dikatakan oleh cucu menantunya itu barusan, "aku tidak menyangka mereka akan melakukannya secepat ini. Kalo benih pria itu unggul bukankah nantinya Xiao zhan akan lekas hamil." Membayangkan hal tersebut bibir Xiao jun langsung tersenyum lebar, tapi sebentar kemudian lengkungan yg menadakan kebahagiaan tersebut berubah menjadi raut kesedihan, karena Xiao Jun sadar hidupnya tidak akan lama lagi, dan itu berarti ia tidak akan dapat melihat bagaimana rupa cicitnya nanti.
Jika Xiao Jun berpikir seperti itu, berbeda lagi dengan apa yg dipikirkan oleh Wangji. Wajah pria itu terlihat begitu rumit. Jika kebanyakan wajah pengantin baru dipagi harinya terlihat begitu cerah yg terkesan penuh kebahagiaan, Wangji justru kebalikannya, bibir pria itu ditekuk yg menandakan dirinya sedang kesal. Bagaimana tidak kesal, semalam ketika pria itu tidak bisa tidur lalu menatap fitur wajah Xiao zhan yg berada dibawahnya sekelumit perasaan yg tak bisa ia mengerti mulai muncul dibenaknya, dan itu membuat bagian bawahnya entah mengapa bereaksi diluar kendalinya. Gelenyar aneh itu muncul begitu saja padahal otaknya tidak memikirkan hal-hal kotor. Wangji berbalik menghindari wajah orang dibawahnya, tapi semakin ia berusaha untuk mengenyahkannya, bayangan wajah pemuda itu terus tergiang dikepalanya dari mulai bagaimana Xiao zhan tersenyum, tertawa, lalu cemberut, bayangan tersebut seakan menghantuinya dan mengubah akal sehatnya menjadi tak waras karena Wangji justru mulai membayangkan hal-hal yg tak senonoh dan begitu ingin melecehkan Xiao zhan, hingga pemuda itu menangis dan meminta ampun dibawah kungkungannya.
Hal tersebut membuatnya begitu frustasi dan menjadikan tidurnya tidak damai. Akibatnya pagi-pagi begini moodnya sudah begitu buruk.
"Aish, aku jadi menyesal menyetujui ajakan menikah darinya. Kakek dan cucu itu benar-benar sudah memanfaatkan diriku." Mulut Wangji kini sibuk menggerutu.
"Tapi bukan salah mereka juga, mereka kan juga tidak memaksaku. Lalu, ini salah siapa?" Gumamnya kemudian.
"Aish, kenapa aku malah jadi baperan begini. Semua ini salah Xiao zhan. Ya, anak itu yg salah. Suruh siapa wajahnya masuk ke ke kepalaku, suruh siapa wajahnya begitu begitu manis dan membuatku tak bisa tidur. Ya, semua ini salahnya. Pokoknya dia yg salah." Runtuk Wangji.
Hatccih...
Xiao zhan yg sedang memasak didapur mendadak bersin. Ia menggaruk hidungnya yg tidak gatal itu, "sepertinya ada yg sedang membicarakanku." Gumamnya sambil terus mengaduk kuah sup didalam panci.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak jadi Suami (Completed In Pdf)
Fiksi Penggemarkakek Xiao divonis mengidap kanker stadium akhir, pria tua itu sedih, tapi yg lebih membuatnya sedih ialah karena ia akan mati dan meninggalkan sang cucu yg masih remaja seorang diri. kesedihannya itu langsung terobati tatkala ia tak sengaja menemu...