Chapter 1-2 : The First Case

101 5 0
                                    

# Chapter 1-2 : The First Case #
-14 Januari 2013-
Hari ini adalah hari ulang tahunku, dan aku harus mengantarkan makanan ke beberapa rumah temanku, sial. Aku baru saja kembali dari rumah Pras untuk mengantarkan makanan, dan aku masih akan mengantarkan yang terakhir, rumah Sandy. Sebelum aku mengantarkannya, aku merebahkan tubuhku sebentar di sofa dan menyalakan tv.
"Ah..Siaran berita ya.. Benar-benar membosankan."
Ya, aku memang tidak terlalu suka dengan acara berita, tapi tiba-tiba ada berita menarik yang dibacakan oleh si penyiar,
"Ledakan bom terjadi di lapangan basket alun-alun kota, pelaku masih belum diketahui, dan terdapat tulisan dari spray paint yang berbunyi **MGM**, diduga pesan tersebut ditinggalkan oleh pelaku, dan masih belum diketahui apa tujuan dan arti tulisan itu."
Ya, seperti itu kira-kira berita yang aku ingat. Menarik sekali, seperti pada serial-serial detektif.
Kumatikan tv-nya lalu kulanjutkan mengantar makanannya, ke rumah Sandy. Aku belum pernah ke rumahnya, jadi aku mencatat alamatnya di ponselku. 'Jln. Rocky 2 no 11'. Kunyalakan motorku dan pergi ke rumahnya.
15 menit kemudian, aku sampai di rumahnya. Rumah yang besar dan luas, aku tidak menyangka Sandy adalah anak orang kaya. Kemudian kuketuk pintu rumahnya sambil memanggil namanya. Lalu dia keluar sambil berkata:
"Kalau kau mengetuk pintu dan memanggil-manggil namaku, untuk apa aku membeli bel eletrik?."
Aku menjawabnya:
"Hehe.. Maaf kawan.. Aku tidak menyadarinya tadi."
"Oke tidak masalah, um ngomong-ngomong ada apa kau kemari?"
"Oh..ini, aku mengantarkan makanan, hari ini adalah hari ulang tahunku"
"Wah terima kasih kawanku, selamat ulang tahun.. Maaf aku tidak mengetahui bahwa kau hari ini ulang tahun."
"Tidak papa. Ngomong-ngomong, mengapa kau menggunakan jaket motor? Kau mau kemana?"
"Aku akan ke Lapangan basket Mellington, Lapangan basket Gundertuft, dan Lapangan basket Moreanti."
"Untuk apa kau mengunjungi tiga lapangan basket berbeda?"
"MGM."
"Oh iya, aku baru menyadari berita itu. Petunjuknya tidak terlalu sulit ya ternyata, ledakan bom pertama terjadi di lapangan basket Central Park, jadi kau menyimpulkan pesan **MGM** menjadi singkatan dari 3 lapangan basket ya.. Brilliant"
"Ya..begitulah, kuharap hipotesaku benar, aku akan memeriksanya, ambilkan helmku, aku tunggu di Mellington ya.."
Setelah itu dia menyalakan mesin motornya dan pergi begitu saja
"Sial, apakah aku harus mengantarkan ini padanya? Benar-benar sial.. Tidak ada pilihan lagi."
Aku mengambilkan helmnya dan menyalakan motorku, lalu kujalankan dan pergi menyusulnya di Mellington.
Sesampainya disana aku hanya melihat motornya yang sudah diparkir. Kalau dia sudah sampai disini dengan selamat mengapa dia menyuruhku mengantarkan helmnya? Sial.
Tiba-tiba aku mendengar suaranya
"Hei disini!" dia memanggilku
"Wah kau lewat sana rupanya, jendela yang tingginya 2,5 meter dari tanah, aku akan kesana.."
Ya, Mellington adalah lapangan basket indoor, sedang dikunci karena sekarang hari tutupnya lapangan itu.
Dia menaruh sebuah box yang tingginya kira-kira setengah meter di bawah jendela itu sebagai alat bantu menaikinya. Kemudian aku menaiki box itu dan melompat ke jendela itu, kedua tanganku berpegangan pada mulut jendela,lalu dia menarik tanganku supaya masuk ke lapangan itu.Brakk
"Aduh,lain kali pelan-pelan jika mau menolongku,ya"
"Ayo cepat kita cari bomnya!" katanya sambil berlari ke tengah lapangan.
Kita terus mencari hingga pada akhirnya aku melihat cahaya merah yang berkedip di belakang ring basket. Kemudian aku berkata :
"Disana!" sambil menunjuk ring basket itu.
"Ayo kita kesana!" dan berlari ke ring itu..
Dia berkata lagi
"Sial, mengapa kita tidak melihatnya tadi? Padahal tempat itu mudah sekali ditebak."
Kita memeriksanya dan menemukannya, bom itu ditempelkan pada bagian belakang ring itu,terdapat beberapa angka dan dilapisi kantong plastik berwarna hitam supaya sama dengan warna latarnya(Ring). Jadi, karena itulah kita baru bisa melihatnya setelah bom itu diaktifkan.
"San, apakah kau tahu cara menjinakkan bom ?"
"Tentu saja tidak! Aku bukan petugas penjinak bom!"
"Lalu bagaimana ini?"
"Akan kucoba.."
Kemudian dia memanjat ring itu sambil melihat waktu yang tersisa
"7 menit 14 detik,dan aku belum menemukan cara menjinakkannya." katanya
"Lalu bagaimana?" kataku
"Telpon polisi! Beritahu mereka lokasi-lokasi bomnya!"
"Tapi perjalanan dari kantor polisi ke tempat ini membutuhkan waktu sekitar 15 menit! Sedangkan waktu kita hanya tinggal 6 menit-an!"
"Beritahu saja! Suruh mereka untuk menjinakkan bom di dua lokasi lainnya! Kebetulan dua tempat itu tidak terlalu jauh dari kantor polisi!"
"Baiklah. Tapi sepertinya tetap saja tidak cukup waktunya!"
"Telepon sajalah!"
Aku menelepon polisi dan memberitahu semua tentang bom itu.
"Tolong percaya pada saya pak.. Waktu penjinakan tinggal 5 menit!"
"Dengan waktu yang sesebentar itu kita tidak akan mampu! Tapi tenang, kami akan meng-evakuasi orang-orang disekitarnya."
"Terima kasih,pak."
Sandy terus mencoba untuk menjinakkannya, waktu tinggal 60 detik,kemudian seorang polisi meneleponku kembali
"Nak,cepat tinggalkan tempat itu! Kami dalam perjalanan ke sana untuk meng-evakuasinya! Cepat keluar! Kami juga menemukan seorang anak yang tertinggal di kamar mandi Gundertuft saat proses evakuasi! Mungkin kami akan terlambat datang ke sana! Keluarlah nak!"
"B..baik pak!" aku menjawabnya.
"Ayo kita keluar dari sini,San! Kita akan mati disini!"
"Yog, kita akan tetap mati jika keluar dari tempat ini. Waktu 15 detik tidak cukup untuk keluar dari sini, apalagi kita masih harus memanjat."
**10 detik**
"San.. Aku minta maaf jika selama ini aku tidak membuatmu nyaman." aku meminta maaf sambil meneteskan air mata.
**6 detik**
"Iya, aku juga,Yog." katanya dengan nada seperti orang putus asa.
**3 detik**
Aku menutup mataku sambil menunggu ajalku tiba. Setelah 5 detik aku memejamkan mata kubuka kembali mataku dan melihat pada layar digital bom itu.
**3 detik**
"Apa? Me..mengapa berhenti?" tanyaku.
Dia tertawa,
"Ha..hahahaha.. Maaf kawanku.. Aku baru saja menemukan semacam saklar yang bisa membuat waktu bom berhenti."
Aku memandangnya dengan penuh amarah,
"Mengapa kau tidak bilang daritadi?! Sial kau!"
"Aku kan sudah bilang, aku baru saja menemukannya!"
Kemudian polisi meneleponku kembali,
"Hei nak! Apa yang terjadi? Mengapa berhenti di detik ke tiga? Apa kau berhasil nak?"
"I..iya pak, kami berhasil!"
"Terima kasih nak! Kau memang pahlawan! Kami akan menjemputmu kesana untuk meminta keterangan!"
"Iya,pak!"
Lalu Sandy berkata padaku,
"Rupanya bom di lapangan ini adalah pusat dari ke-3 bom.. Karena itu ketika waktu di bom ini berhenti, waktu di semua bom ikut berhenti. Alangkah beruntungnya kita memilih tempat ini sebagai tempat awal!"
"Ya, kau memang hebat,San!"
"Ayo kita merebahkan tubuh kita di lapangan ini sejenak,Yog. Sambil menunggu polisi datang."
Setelah beberapa saat kita menunggu, polisi datang dan meminta keterangan pada kita. Mereka menyebut kita sebagai pahlawan! Ya, itulah cerita awal kami memecahkan kasus.
- End of Episode -

The Baker's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang