Bullying

394 36 0
                                    

Kedatangan Barcode yang hanya seorang diri membuatnya jadi bahan ejekan teman-temannya.
  

"Cieee datang sendirian" Ejek Dami sembari memainkan ujung rambutnya dengan jari telunjuk.
  

"Kayaknya dia udah gak disayang para abangnya deh" Tambah Della yang kini menatap remeh ke Barcode yang mati-matian menahan air matanya agar tidak jatuh.
  

"Gimana rasanya dibuang?" Tanya Yuki mengejek sembari mengelilingi tubuh Barcode, mencoba mengintimidasi.

   

Barcode tidak bisa berlama lama disitu atau air matanya akan kembali jatuh dan semakin memperburuk suasana. Para gadis itu akan semakin senang membullynya.
  
 

"Minggir"
  

Barcode berjalan cepat menuju ruang kelasnya dengan membelah kerumunan.

     
.
   

Suasana di meja makan masih tidak enak dengan Bible yang terus menatapi mereka satu persatu.
  

"Bib" Panggil lembut Build sambil mencoba menenangkan dengan mengusap pelan paha Bible.
   
 

"Jangan mencoba menenangkanku Biu" Tegas Bible.
  

Mile sudah tak tahan, ayolah ini hanya sekedar perlakuan kecil untuk suprise nantinya, tidak perlu Se-serius itu.

Mile meletakkan sendok dan garpunya sedikit kasar menimbulkan dentingan yang mana mengalihkan semua atensi hingga terfokus padanya.
  
 

"Bisa biarkan aku makan dulu? Aku tidak ingin sakit perut hanya karena masalah sepele seperti ini" Ucap Mile menatap lurus ke dalam netra gelap Bible.
  

"Masalah sepele?" Tanya Bible tak habis pikir.
 
 

Suasana semakin memanas dengan kedua pria dominan itu yang saling menatap sengit. Bible dan Mile terkenal sebagai orang yang jarang bicara sekaligus dua orang yang sulit akur meskipun tinggal seatap.

Kalau Bible adalah serigala, maka Mile adalah singa. Dua aura dominan yang sama sama ingin menjadi teratas.

   
"Hoeyyyyy" Kesal Tong akhirnya angkat suara.
 

"Job, ambilkan pisau didapur dan berikan masing-masung ke mereka" Perintahnya membuat Job langsung bangun dari duduknya dan mengambil pisau sesuai ucapan pria itu, meninggalkan Build, Bass, dan Apo yang secara kompak menepuk jidat bersamaan.

   

"Pisau sudah ada di hadapan kalian, tunggu apa lagi?" Tantang Tong
 

  
Mile maupun Bible kembali memakan makanan mereka masing-masing, berurusan dengan Tong hanya akan membuang energi mereka.
   

.

     

Barcode membatu, kursi dan mejanya saat ini kotor di tambah ada aroma busuk yang tercium pekat dari sampah basah yang tercecer di tempat itu, secara sekilas bahkan ada beberapa tulisan yang menyakitinya terpampang cukup jelas. Ia tak sanggup membaca satu persatu umpatan yang tertuju untuknya itu.

Dami, Della, dan Yuki yang baru saja masuk kedalam kelas lantas menghampiri Barcode yang mematung.

Dami membawa Barcode untuk dia rangkul.

 
 
"Astaga siapa yang tega melakukan ini semua?"

  
 
Della bersikap seolah terkejut dan tak tau apa-apa, manatap Barcode dan sepasang kursi-meja itu secara bergantian dengan puppy eyesnya.

Barcode menelan salifanya kuat, sesuatu dalam dadanya terasa perih, tenggorokannya tercekat. Buru-buru dia pergi meninggalkan gelak tawa dari penghuni kelas juga tatapan heran dari siswa yang berada di koridor.

Kamar mandi adalah tempat paling aman untuk menyembunyikan kesedihannya, sesak, itu yang dirasakannya sekarang.

Barcode memukul dadanya berulangkali berharap sesak didadanya segera pergi, dia tidak suka berada di keadaan seperti sekarang ini.
    

Kenapa Tuhan begitu jahat padanya hari ini?
    

Kruyukkkkk~
  

Suara perutnya memperingati bahwa dirinya butuh makanan.
   

"Diamlah sialan" ketusnya
    

"Kita akan puasa hari ini, lagian mereka tidak lagi menyayangi kita" ucapnya pada perutnya.
    
    

Semakin lama sesak didadanya semakin menyakitkan, Barcode yang semula berdiri kini memilih duduk di closet yang sebelumnya sudah dia tutup dan lapisi dengan beberapa lembar tissu toilet.
   

  
"Akhhhh" Rintihan lolos dari bibirnya.
  
 

Sambil terus memukuli dadanya, Barcode mencoba menenangkan dirinya sendiri. Bulir keringat mulai memenuhi dahi juga pipi bagian belakangnya membuat poni yang menutupi dahinya sedikit lepek sekarang.
     

Byurrrr~
 
 

Seember penuh air disiramkan padanya dari atas bilik toilet, dengan di akhiri kalimat yang bergema dari balik bilik nya. Barcode sama sekali tidak ingin ingat kalimat itu. Sungguh... Itu terlalu menyakitkan.

Suara mereka begitu asing ditelinganya membuatnya sulit mengidentifikasi pelaku.
  

Byurrrr~
   
    

Ember kedua dan Barcode masih belum bisa mengenali suara dari para pelaku.

      
Setelah puas mengerjai Barcode, para pelaku berlalu pergi setelah sempat merekamnya menggunakan ponsel dari atas. Barcode tau tapi dia memilih diam seolah tak tau, dipikirannya sekarang bagaimana menghentikan sesak yang tak kunjung hilang dari dadanya ini.

15 menit berlalu tapi pemuda berumur 18 tahun itu masih juga belum membaik, celah kamar mandi yang begitu lebar juga seragam Barcode yang sudah mulai mengering memperparah keadaannya.

Ditengah tubuh yang bergetar karena menggigil, Barcode masih berusaha menetralkan emosinya juga belum berhenti memukuli dadanya walau dengan tenaga yang kian minim.

Bibirnya pucat dan bergetar, matanya sayu berusaha mempertahankan kesadarannya, dengan dada yang mungkin kini sedikit lebam karena terus dipukuli tanpa henti.

Dengan sekuat tenaga Barcode bangun tapi saat akan membuka pintu, pintu itu terkunci dan membuatnya panik, menggedor berharap seseorang diluar sana mendengarkannya.

 
"To...long seseorang"

  
Barcode merasa dunia seperti berputar kemudian semuanya gelap.
 
  

Tbc.

Bontot (Finish) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang