Deep Heart Talk

136 14 2
                                    

Barcode yang memang belum terlelap, dengan mudah menyadari pergerakan dari sisi  lain tempat tidurnya. Dengan mata yang memandang kosong kearah nakas ia dapat mendengar sayup sayup suara tangisan yang tertahan.

Apo. Itu suara phi nya.

Remaja itu masih sama tak bergerak meski seinci pun, matanya ikut memanas dan tak lama ikut menitikkan air mata dalam diam.

Melihat punggung sang adik bergetar membuat pria berkulit Tan itu langsung menyadari bahwa Barcode belum tidur dan malah menangis diam diam.

"Code? Kau masih bangun?"

"Apa aku memang seharusnya tidak ada saja ya phi?"

"Code?"

"Harusnya ibu mendengarkan kata orang lain. Dengan begitu...

... dengan begitu ibu tidak akan terluka dan phi mungkin akan tetap mendapatkan cinta kasih mereka secara utuh" Lirihnya yang masih dalam posisi membelakangi Apo.

Apo menggeleng ribut meski tau pemuda itu tidak melihatnya, hatinya seolah teriris mendengar penuturan sang adik. "Tidak... Tidak. Kau salah nong. Kau--"

"Aku sudah tau phi" potong Barcode yang akhirnya bangun dan memposisikan diri menghadap ke yang lebih tua. Tatapan matanya kosong namun sarat akan luka.

Barcode memejamkan matanya sesaat sembari menarik nafas dalam kemudian menatap lurus ke Apo, sudah cukup dirinya menjadi anak kecil yang selalu di kesampingkan.

"Aku tau semuanya... "

Flashback

Belum juga masuk kedalam rumah, Barcode tiba-tiba merasakan sakit yang teramat pada kepalanya, kedua telinganya berdengung dengan beberapa momen samar seorang wanita dengan anak kecil dalam gendongannya. Senandung merdu yang akhir akhir ini mengganggunya semakin terdengar jelas.

Menyadari sosok Barcode yang sebelumnya berjalan disampingnya tak lagi terasa, Ping segera menoleh mencari keberadaan lelaki menggemaskan itu dan mendapati Barcode sedang jongkok dengan kedua tangan yang memegang kepalanya seolah tengah menahan sakit.

"Hey, ada apa?" Tanya Ping khawatir sembari ikut berjongkok didepan tubuh Barcode, membuat wanita yang mereka temui dirumah lama itu sadar lalu segera menyuruh pria itu membawa Barcode masuk dengan cara menggendongnya tapi langsung ditolak dengan halus oleh pemuda itu.

"Aku gak apa apa, ayo" bangkit barcode dengan ekspresi yang sulit dijelaskan, menetralisir sebentar segala emosi yang di rasakannya lalu kembali fokus mendengarkan kisah tentang sang ibu.

Kali ini dia tidak boleh melewatkan sekecil apapun itu, dia lelah hidup dalam bayang-bayang kebencian sekaligus bingung karena terkadang ada beberapa potongan memori indah yang kembali dalam ingatannya.

Ping dan wanita itupun tak dapat berbuat banyak karena sorot mata yang diberikan Barcode amat bertekad.

"Baiklah, kalau memang kamu siap untuk mendengarnya" kata wanita itu pasrah.

Ia kembali menceritakan perihal Nampheung yang menyuruh Apo pergi meninggalkan mereka yang beruntungnya bertemu dengan keluarga Mile yang amat menyayangi phinya itu dan bersedia menampung Apo hingga akhirnya sah dipersunting Mile, namun kisah yang sebenarnya malah baru saja dimulai tat kala Apo berhasil bahagia namun tidak dengan putra bungsunya yang kala itu terbilang masih sangat kecil untuk ikut menanggung derita orang dewasa.

Setelah kepergian Apo, Nampheung dan ayahnya kerap kali bertengkar dari masalah kecil hingga akhirnya mereka berpisah disebabkan Nampheung yang memergoki sang suami berselingkuh. Dia hancur, hatinya remuk bukan karena penghianatan yang dilakukan suaminya, namun nasib Barcode kedepannya yang membuatnya takut untuk terbangun pada esok hari.

Beberapa kali wanita paruh baya itu mencoba membunuh dirinya sendiri namun selalu gagal dan berakhir dengan dia yang semakin memeluk erat lukanya. Hal ini membuatnya kerap kali hilang kontrol dan berakhir melukai anak bungsunya tanpa sadar.

Puncaknya saat Barcode mulai memberontak hingga memilih tinggal dengan ayahnya bertepatan dengan Apo yang kala itu berniat memboyong Barcode dan sang ibunda untuk tinggal dengannya dan Mile.

"Nong"

"Akhhhhhhh" Barcode seolah dapat mendengar panggilan Apo kala itu, kepalanya seolah dihantam oleh potongan memori yang mulai pulih bak puzzle yang kian lengkap.

Barcode menjambak rambutnya sendiri, sesekali memukul menghalau rasa sakit yang datang "Akhhhhhhhhhhhhhhhh"

Ping semakin khawatir dan memilih membawa tubuh kecil itu untuk dipeluknya.

"Tenanglah, semuanya baik-baik saja, aku disini"
   
 

.

Apo tertegun, ternyata sebaik apapun dia menyembunyikan masalah itu pasti ada saatnya sang adik mengetahuinya. Satu hal yang disesali pria berkulit Tan itu saat ini, mengapa harus lewat orang lain? Mengapa bukan dari mulutnya?

Seolah tak diberi kesempatan untuk menjelaskan, Barcode kembali mempertanyakan sebesar apa sebenarnya dirinya di hati sang kakak, mengapa Apo tega menyembunyikan kebenaran sebesar ini darinya? Jika saja tidak nekat, mungkin hingga saat ini Barcode akan terus membenci ibu mereka, Apa itu yang diinginkan pria itu?

Apo tentu saja menggeleng pertanda bahwa sangkaan pemuda itu padanya salah. Jika waktu dapat di putar kembali, ia ingin menjadi lebih peka dengan keadaan dengan begitu mungkin hari ini tidak akan datang, hari dimana orang yang sangat di cintainya selain suaminya sendiri Mile, memandangnya seolah dia menginginkan hal ini terjadi.

Kakak mana yang tega memposisikan adiknya dikeadaan yang tidak nyaman? Tapi saat itu wanita yang menyandang status ibu mereka tampak begitu normal membuat Apo dengan tenang meninggalkan Barcode seorang diri dan saat dimana dia tau hal itu sudah terlambat. Adiknya dilecehkan menjadikannya trauma dan melupakan beberapa ingatannya, ibunya menghembuskan nafas tepat didepannya, serta sosok ayah yang lembut dan selalu jadi manusia favorit Barcode adalah dalang dari perbuatan keji itu.

"Seharusnya yang mati itu aku, bukan wanita bodoh sok kuat itu!!" Tekan Barcode, sorot matanya kini marah.

Apo menggeleng, dibawanya yang lebih muda kedalam pelukannya.

"Barcode tidak boleh bilang begitu, kalau Barcode mati, nanti phi sama siapa?" Ucap Apo masih berusaha kuat.

"Seenggaknya ibu tidak akan merasakan sakit jika Barcode tidak ada, phi... Kenapa sih Tuhan nyiptain Barcode?" Dirinya lelah, dia kehilangan dirinya sejak kenyataan menghantamnya telak.

Barcode melepaskan pelukan Apo padanya.

"Phi...

...Barcode ingin tinggal dirumah lama kita saja" Pintanya yang langsung di tolak dengan keras Apo.

Tinggal disana sama saja membunuh adik kecilnya secara perlahan, cukup dia kehilangan ibunya karena kecerobohannya yang terlambat menyadari bahwa wanita yang melahirkannya itu sakit tidak untuk mengulang itu dengan adik kecilnya.

"Tidak! "

"Kenapa tidak boleh? Barcode hanya ingin menenangkan diri saja" Ujar Barcode mencoba meyakinkan bahwa dirinya akan baik baik saja, toh dia juga sudah melewati hal terberat dalam hidupnya.

"Kalau begitu, phi akan ikut tinggal denganmu ya"

Barcode menggeleng pelan menolak, jika dia mengizinkan Apo untuk tinggal bersamanya lantas kapan dirinya bisa berdiri pada kakinya sendiri, dia tidak lagi ingin merepotkan siapapun termasuk phi nya itu.

Sudah cukup dengan Barcode yang manja dan keras kepala, kali ini dia akan mengubur baik dirinya yang dulu dan memulai semuanya kembali SENDIRIAN. Karena tempat terbaik pulang itu yaaa hanya diri sendiri.

Tbc.

Bontot (Finish) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang