Rencana

175 18 0
                                    

Ta kembali menjalani rutinitas biasa nya, mengantar Barcode hingga ke kelas. Ruangan itu masih sepi, hanya ada beberapa orang yang Ta ketahui adalah biang dari pembully an Barcode beberapa hari lalu serta satu lagi orang yang ia ketahui teman sekelas barcode yang jarang berinteraksi dengan pemuda itu.

Ta menghembuskan nafas nya berulang kali. Belum saat nya membalas mereka.
  

"Phi Ta, tidak ke kelas?"

    
"Kau tidak ingin di temani?" Ta balik bertanya.
    

Barcode menggeleng sebagai jawaban. "Phi ke kelas saja sana. Aku ingin bersama teman temanku" Ta mengernyit kan dahi nya tapi tak ayal tetap beranjak dari tempat itu. Dia yakin pemuda itu bisa mengatasi nya dilihat dari seberapa tenang nya pemuda itu.

Setelah memastikan Ta benar menghilang dan tak terlihat, Dami bersama gengnya menghampiri Barcode yang baru saja mendaratkan pantatnya dikursi ingin menikmati suasana sejuk dengan aroma bekas hujan semalam.

"Waw waw waw, masih berani balik ya lu.... Masih punya muka?" Ejek Dami dengan gaya khasnya.

Barcode mengabaikan ejekan Dami, memilih tetap menikmati bau tanah yang lembab juga suara burung yang entah mengapa begitu menenangkannya seperti dirinya saat ini merasa sedang berada dialam bukan didalam ruangan kelas.
  
  
Kesal karena diabaikan, Dami lantas menarik rambut belakang Barcode membuat kepala pemuda itu tertarik kebelakang.
  

"DASAR SIALAN.... LU MAKIN LAMA MAKIN NGESELIN YA!!!!JANGAN BERLAGAK HEBAT DEH LU, CUMA MO..."
   

BRAK

Barcode membalikkan keadaan dengan memelintir tangan gadis itu serta kepala Dami ia tekan diatas meja dengan cukup kuat, sorot mata yang biasanya teduh dan menyenangkan kini berganti dengan sorot mata muak.

Dia lelah diperlakukan seperti ini, walau tanpa para abangnya pun Barcode bisa mengatasinya.

"Lu... "

Barcode menghentikan pergerakan Della yang berniat membantu dengan sorot mata tajam itu, sedang Yuki sudah mundur beberapa langkah menjauh, mengantisipasi jika Barcode menjadikannya mangsa selanjutnya.

Pemuda itu menyibak rambutnya kebelakang hingga jidat yang putih mulus itu terekspose indah.

"Ahhhhh, harus code apakan ya orang seperti kalian ini?" Gumamnya disertai smirk menakutkan.
  
 

"SIALAN!!! LEPAS, ATAU... "
  

"Atau apa?, Mau bully barcode lagi?" Potong barcode seraya menjambak rambut Dami memaksanya bangun untuk berdiri sejajar.
   
 

"B-barcode, k-kami minta maaf"
  
  

"YUKI!!!!"

Dami berteriak tak suka dengan perkataan Yuki barusan, itu sama saja membuat wajahnya sebagai pembully cantik nomer satu disekolah tercoreng.

Barcode tertawa keras, membuat Della yang tak jauh darinya mengambil sebuah sapu untuk dipukulkan ke Barcode, namun pergerakannya terlalu mudah dibaca pemuda itu. Sapu yang masih berasa di udara itu berhasil ia tangkap  menggunakan tangannya yang menganggur, membawanya dalam satu tarikan hingga terlepas dari genggaman Della bersamaan dengan dirinya yang terjerembab menghantam lantai.
    
  

"Akhhhhhhhh" jerit Della mendapati hidungnya mengeluarkan darah sebab terhantuk lantai.

Yuki tak kuat lagi, kini gadis itu berlutut memohon ampunan untuk dirinya dan teman temannya, walau terkesan tak begitu diinginkan, Yuki tetap merasa Dami dan Della sahabatnya yang berharga.

Bontot (Finish) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang