Bad Morning

939 50 0
                                    

Tak sama seperti hari hari sebelumnya, Barcode yang sebelumnya tak pernah absen merecoki dan direcoki abang-abangnya dipagi hari, kini tak mendapat tanggapan. Jangankan sapaan dari JobBass ataupun mendapat elusan lembut di kepalanya yang menjadi rutinitas Tong setiap pagi, Barcode mengetok pintu kamar MileApo saja tidak di sahuti tadi!

Barcode menggaruk kepala belakangnya yang mendadak gatal, heran dengan sikap semua orang.
  
  

"Bang Ta" Sapa Barcode ceria begitu melihat sosok abang nya yang baru bergabung di meja makan.
   

Sial dia lagi-lagi diabaikan!!
       

Huh ada apa dengan para abang nya itu sebenarnya?! Dia tidak bisa menahan ini lagi! Mereka keterlaluan, paginya rusak dan ia jadi tidak berselera makan karnanya.

Barcode mengerucutkan bibirnya lucu dengan kedua alis yang hampir bertaut, menatap semua abangnya secara bergantian termasuk Bible dan Build yang baru saja turun untuk bergabung di meja makan.
 

Bible tersenyum melihat wajah Barcode yang ditekuk, "What's wrong?" Tanyanya kepada adik bungsu kesayangannya itu.

Tangan nya menjulur berniat mengasak surai Barcode seperti biasa yang malah di tepis kasar oleh pemuda itu sambil menatapnya nyalang.
 

  
"ADA APA SIH DENGAN KALIAN?!!"
  
 

Barcode berteriak kencang sambil mengedarkan mata nya ke arah para abang nya yang masih memasang wajah acuh.
  
 

"OKE, TIDAK ADA INGIN BERBICARA DENGANKU KAN?!!! TIDAK USAH! KALIAN MEMANG SUDAH TIDAK PEDULI LAGI DENGANKU. TERUS SAJA ABAIKAN AKU"
 

Masih hening.
 

"AKU BERANGKAT! ! BANG TA TIDAK USAH MENGANTARKU, BYE!!!" Sambungnya cepat kemudian menyambar tas nya yang ada di kursi lalu pergi dengan amarah yang tak kunjung surut meski sudah berteriak.

 

Brakk.
     

Suara pintu yang di banting kuat oleh Barcode membuat Tong, JobBas, dan Build terjengkit kaget.

  

"Ada apa ini?" Sekarang Bible yang bertanya, Barcode bukan tipikal anak yang mudah marah dan kasar seperti itu.
 

Tong bangkit dari acara pura-pura mengabaikan Barcode dan berjalan kearah pintu utama yang 80 persen kaca itu, mengecek dengan khawatir si bungsu yang dalam mode ngambek.
 

"Job" Panggil Tong

  
"Khab phi" Balas Job yang sudah bergabung dengannya mengecek si bungsu

  

"Apa kita tidak keterlaluan mengerjainya?" Tanya Tong kembali tanpa menolehkan pandangannya.

 
 
"KALIAN MENGERJAINYA???" Intonasi Bible berubah tinggi.
  

Bass mengangguk dengan dua piring nasi goreng yang baru saja selesai dimasak berada di setiap sisi tangannya, menuju ke meja makan dan meletakkannya di depan Build yang sudah duduk dan Ta yang sedang memainkan hpnya.
  

"Keterlaluan... aku akan menyusulnya" Nada khawatir tercetak jelas disana.
  
 

"Tidak perlu" Sanggah Ta cepat.
 

"Aku akan menyusulnya" lanjutnya berlalu tanpa sempat di cegah.

 

Bible yang belum dibrifing menghunuskan tatapan membunuh pada setiap orang didalam ruangan itu, menjadikan suasana kian mencekam, seolah saat ini di depan mereka ada hewan buas kelaparan yang siap memangsa mereka kapan saja.

 
 
.
  
 

Sepasang kaki gemoy yang terbalut dalam sepatu sneaker berwarna hitam berjalan sambil menghentak hentakkan kaki nya kesal. Bibir nya terus saja menggerutu dengan lelehan air mata yang tidak mau berhenti membuatnya berkali-kali mengusap pipinya kasar meninggalkan bekas merah disana.

Dia berjanji dalam hatinya untuk mengingat momen menyebalkan ini, para abangnya sangat keterlaluan, mereka memperlakukan dirinya seperti ini di hari spesialnya.
  

"Apa mereka sudah tidak menyayangiku?"
 

Dugaan nya itu malah jadi pemicu air matanya turun semakin deras. Hati kecilnya terluka, dia terisak seperti bocah, tidak mempedulikan tatapan dari pengguna jalan lain yang kini menjadikannya pusat perhatian.
 

Tuk
  

Sebuah saputangan beraroma coklat mint dengan sedikit wangi lembut dari rose menutupi hampir seluruh wajahnya yang dia dongakkan ke atas.

Jemari putih lentiknya menyingkirkan saputangan berbahan satin itu dan beralih melihat sang pelaku.

Matanya sedikit kabur akibat air mata yang tergenang dibawah kelopaknya.
 

"Bodoh" Gumam Ta, ia mengambil alih sapu tangan itu dan mengusapkannya dipipi gembul kemerahan Barcode.

Barcode menepis kasar tangan Ta begitu menyadari pria di depannya adalah satu dari sekian para abangnya.

Kali ini dia tidak ingin menjadi anak yang manis, dia akan buktikan bahwa dirinya juga bisa marah!

   
"Tidak usah sok baik" Ketusnya lalu pergi meninggalkan Ta yang hanya mendengus pelan membiarkan Barcode menjauh hingga hilang dibelokan.
   

Tbc.

Bontot (Finish) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang