Why?

198 19 0
                                    

Seorang pemuda menggeliat dalam tidur nya, leguhan khas orang yang baru bangun keluar dari bibirnya yang tebal. "Eungh?"

Ia mengerjabkan mata nya berulang kali menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina nya.

Dinding putih kusam dengan kardus kardus yang menggunung di ruangan itu membuatnya seketika menegang. Nafas nya memberat, dada nya terasa terhimpit oleh sesuatu.

Ruangan ini...

Di angkat nya kasur tipis yang menjadi alas nya tidur di kamar ini ah lebih tepat nya gudang yang dijadikan kamarnya.

Tunggu.. Tangannya.. Mengecil?

Barcode rasa nya ingin menangis. Kenapa dia lagi lagi berada di sini dengan tubuh yang menyusut?

Ia kembali mengais benda yang ia cari d bawah kasur tipis tersebut, memastikan apakah ia benar-benar kembali ketempat itu.

Tangan nya bergetar. Benda itu... Ada.

Di tatap nya pintu kayu tanpa cat itu lamat lamat.

Tidak lama lagi...

Brakk

Pintu tersebut benar-benar terbuka, memperlihatkan sesosok yang belakangan ini menghiasi mimpi buruk nya. Sesuai dugaan, wanita itu datang dengan wajah merah padam tanda akan kemarahannya yang sudah diujung tanduk.

"DASAR ANAK SIALAN!!!"

"Mae Khab... " Ujarnya menggantung lalu kembali menunduk takut. Tubuh nya bergetar. Padahal setelah bangun di rumah sakit lalu ia sudah sering memimpikan hal ini, namun respon tubuh nya selalu saja seperti ini.

Wanita yang dipanggil Mae oleh nya itu mendekat dengan wajah mengeras. Ia merampas kasar surat surat yang ada di genggaman Barcode kecil.

"Mae... Hiks"

"Tidak,, tidak. Mae.. Jangan" Tangan kecil Barcode berusaha menggapai surat surat tersebut.

"Kenapa kau sangat nakal Code! Saya sudah pernah bilang untuk tidak berhubungan lagi dengan laki-laki itu" Bentak nya sembari merobek kertas itu hingga berkeping keping. Tak menyadari bahwa hati Barcode juga ikut hancur bersama rusak nya surat dari ayah nya.

Air mata mengalir hingga membasahi pipi dan baju anak itu. Dada nya bergemuruh, nafas nya memburu. Dia marah.

"Mae!!"

Plakk

"Berani sekali kamu membentak saya!!"

Wanita itu menjepit kedua pipi Barcode, membuatnya meringis pelan dengan gigi bergemelatuk kesal.

"Kau harus nya sadar diri, kalau bukan karna saya mau menampungmu, kau pasti sudah mati kelaparan diluar sana"

Cuih

Barcode meludah tepat kewajah wanita itu. Membuat kepalanya menoleh karna baru saja di hempaskan oleh tangan kasar ibunya. "Memangnya aku yang minta untuk kau tampung?!"

"BARCODE!!!" Wanita itu meraung marah mendapati perlakuan anak nya yang tidak sopan.

"APA? Aku benar kan?! Aku tidak pernah minta untuk kau tampung. Lagipula hidup di luar sana bersama ayah pasti lebih baik ketimbang bersamamu yang hanya tau menyiksa ku setiap hari"

Wanita itu tertawa saking marah nya. "Kau sangat ingin bersama laki laki brengsek itu kan?" Tanya nya dengan nada rendah yang malah terdengar seperti desisan. Sudut bibir nya terangkat menjadi senyum remeh. "Kalau begitu pergi sana, temui ayah baik mu itu. Dan jangan pernah kembali lagi"

Barcode menghapus sisa air mata nya kasar. Mata nya berkilat akan keseriusan. Dia pergi, meninggalkan sosok sang ibu yang kini malah menarik rambut nya frustasi.

Bontot (Finish) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang