Rasanya baru kemarin Barcode bermain kejar kejaran ditaman bersama Apo dan kedua orang tuanya. Kini ia sendiri, menyiapkan hati dan memperbaiki mental yang telah hancur tak berbentuk.
Barcode bukan lagi anak baik yang penurut juga bukan bocah nakal yang cengeng dan pembangkang secara bersamaan, namun hanya seorang anak remaja yang mulai memperbaiki hidupnya kemudian coba berdamai dengan masa lalunya.
Semua yang telah terjadi seolah membuka mata pemuda itu untuk melihat dunia dengan perspektif lain yang tentu saja jauh dari kata naif.
Dia yang terlalu bodoh selama ini, dia terlalu denial untuk mengakui bahwa cara pandang dan orang yang bersalah dalam hidupnya bukanlah seperti yang ia pikirkan.
Kali ini dia siap. Siap akan konsekuensi dari tindakannya yang nekat keluar dari sayap sang kakak.
Dunia luar berbahaya, Code. Itu yang selalu Apo dan phi phi nya yang lain katakan.
Tapi bagaimana lagi, pemuda berumur 18 tahun itu ingin mandiri. Ia ingin menghadapi semuanya sendiri... Sambil menunggu janji seseorang padanya untuk ditempati.
"Kopi ok, cake ok, cemilan... Oke saatnya naik" Gumamnya sembari mengangkat sepiring cake, segelas kopi panas dan beberapa keripik kentang secara bersamaan.
Barcode bukan pencinta kafein, tapi untuk malam ini ia merasa membutuhkannya. Ia masih ingin menikmati sisa sisa rasa sakit yang ia rasakan. Anggaplah ini sebagai penebusan rasa bersalahnya karna telalu cepat menyimpulkan.
Belum juga menginjakkan kaki di anak tangga yang pertama, seseorang mengetuk pintu mau tidak mau ia harus berbalik arah untuk membuka pintu mengecek siapa orang yang bertamu di jam selarut ini.
"Iya sebentar~"
Cklek
Prang
Tubuhnya membeku, mulutnya kelu, tak menyangka sosok pria paruh baya yang sudah sangat lama tidak ia lihat ini kembali menyambangi nya secepat ini.
Sosok nya yang dulu gagah kini dihiasi oleh beberapa keriput meskipun hal itu tidak memudarkan ketampanannya.
Ini terlalu cepat, Barcode belum siap!! Ia tanpa sadar berjalan mundur memberi jarak aman antara dirinya dengan seseorang yang pernah ia elu elukan.
"Nak"
Pemuda itu tak lagi mundur, ia kembali bisa menguasai dirinya "Berhenti disana" Ucapnya dingin.
"Barcode"
"DIAM!" Bentak Barcode dengan tubuh gemetarnya, memori pahit itu terulang di pikirannya, disaat dirinya merasa jijik dengan apa yang mereka lakukan padanya.
Sang ayah berjalan mendekat tanpa memperdulikan pecahan kaca yang disebabkan anaknya tadi.
"AKU BILANG BERHENTI DI SANA!!"
Ada sedikit rasa nyeri yang menjalar di dada pria paruh baya itu mendapati respon Sang anak.
"Barcode pho~"
"AKU BILANG DIAM BRENGSEK!!!"
Air mata pria paruh baya itu tak terbendung, mata nya kian basah tiap menatap sorot mata anaknya yang penuh kemarahan, kebencian, serta jijik.
"Bisakah kita memulainya dari awal Code? Pho janji akan berusaha menjadi ayah yang baik untukmu"
Barcode tertawa hambar mendengar penuturan sang ayahnya. Yang benar saja. Apakah orang itu sedang melucu? Demi Tuhan Barcode terhibur dengan kalimatnya barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bontot (Finish)
Fiksi PenggemarCerita ini dilatar belakangi oleh author yang gemas akan 2 oknum yang semalam upload lagi bareng sambil karaokean naik mobil berdua doang di jam2nya orang lain lagi istirahat🤧 Yaaa walaupun aslinya buat ngerayain ✨legal day✨ si dedek yang udah masu...