Para pelayan langsung membuka jalan ketika Janu berjalan ke arah mereka."....." Tidak ada yang berani memberi tahu Janu apa yang terjadi, mereka gelisah tidak tahu harus merespon apa.
Janu penasaran mengapa banyak pelayan yang berdiri di depan kamar Rizky. Melihat mereka yang hanya diam membuat rasa penasaran Janu semakin bertambah. "Apa yang terjadi?" Tanyanya.
"Tuan muda kami dari tadi tidak mau keluar kamar kami khawatir padanya dan ketika kami-" Salah satu pelayan memberanikan diri untuk menjelaskan apa yang dia ketahui suara tangisan kembali terdengar membuatnya berhenti dan menatap Janu dengan tatapan khawatir.
Janu yang juga mendengar suara itu langsung membeku, pikiran negatif mulai bermunculan di kepalanya. Ia segera bergerak untuk membuka pintu tapi pintunya terkunci dari dalam.
"Tuan, kami akan memanggil para penjaga agar pintu ini bisa di dobrak-" tawar salah satu pelayan, ia sudah bergerak ingin memangil penjaga. Tapi dihentikan oleh Janu.
"Tidak perlu, hari ini kalian bisa pulang lebih awal,"
"Tapi tuan-" mereka ingin membantah, bagaimana mungkin mereka pulang begitu saja sedangkan tuan mereka sedang dalam kondisi yang memprihatinkan?
"Aku akan mengurusnya sendiri, aku tidak bisa membiarkan kalian melihat dia dalam keadaan yang dia sendiri tidak ingin menunjukkannya kepada orang lain." Ucap Janu penuh penekanan. Ia menegaskan bahwa untuk keadaan seperti ini hanya dirinyalah yang boleh berada di samping kekasihnya.
Karena para pelayan menyadari bahwa apa yang dikatakan oleh Janu benar mereka pun segera bergegas untuk menuruti perintah Janu agar mereka segera meninggalkannya dan mempercayakan Riki pada Janu.
Janu menarik nafas, bergerak untuk mengambil kunci cadangan yang selalu ia bawa. Benar, selama ini Janu memiliki kunci cadangan yang bisa ia gunakan ketika menghadapi situasi seperti sekarang.
Alangkah terkejutnya Janu ketika membuka pintu ia melihat seseorang yang tengah memeluk lututnya, menyembunyikan wajahnya diantara kedua lututnya. Terlihat sangat menyediakan ditambah keadaan ruangan yang porak poranda.
Ketika Janu ingin melangkah ia kembali tersentak ketika Riki mengangkat pandangannya, terlihat air mata yang masih mengalir membuat hati Janu seperti teriris pisau.
Dengan cepat Janu menghampiri Riki yang masih menatapnya, kemudian memeluknya dengan erat. Riki tidak meronta ia bahkan membalas pelukan Janu dengan erat, tangisan pilunya kembali terdengar membuat hati Janu semakin teriris.
Awalnya Janu merasa bahwa kejadian ini terjadi akibat ulahnya disekolah yang tidak bisa menahan diri. Tapi ternyata salah, matanya tidak sengaja membaca tulisan yang berada di buku dekat dengan kaki Riki. Kemudian Janu menendang buku itu agar menghilang dari pandangannya.
"Jangan menangis," Janu berniat untuk menenangkan.
Riki tersadar, matanya membulat terkejut ketika melihat orang yang memeluknya adalah Janu. "Kau! Kau tidak mengerti!" ucapnya seraya mendorong tubuh Janu agar menjauh darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Obsession! [Sunric Lokal]
FanfictionRiki awalnya berniat untuk balas dendam atas kematian adik kembarnya, namun malah terlibat dalam hubungan percintaan adiknya yang rumit. Warning⚠️ Bijaklah dalam membaca sebuah karya. Cerita ini memiliki unsur dewasa, adegan kekerasan, serta bahasa...