24. Taruhan

782 65 4
                                    

Tidak terasa hari sudah berlalu, kondisi Riki pun sudah membaik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tidak terasa hari sudah berlalu, kondisi Riki pun sudah membaik. Akan tetapi ia enggan untuk pergi ke sekolah, apa jadinya jika ia pergi ke sekolah sedangkan tempo hari lalu ia sudah berpamitan? Astaga memikirkannya saja sangat memalukan. Alhasil ketika ia merasakan tangan Janu menepuk nepuk pipinya ia malah berpura pura tertidur, padahal sebelumnya ia yang membuka mata dan memandangi wajah Janu terlebih dahulu.

"Kiki, bangun sayang..." Janu mendudukkan dirinya, tangannya bergerak dengan perlahan untuk mengusap wajah Riki kemudian sedikit mengguncang bahunya agar kekasihnya itu segera membuka matanya lagi.

"......" Namun Riki tidak menjawab ia malah menarik selimut hingga menutup wajahnya.

"Tidak mau bangun?" Janu sedikit mengintip kedalam selimut, dilihatnya Riki yang menundukkan pandangannya dengan rasa malas. Maka Janu hanya bisa menghela nafas. "Kita bisa telat pergi ke sekolah-"

"Siapa yang mengatakan aku ingin pergi? " Riki menyembulkan kepalanya dan menjawab dengan ketus. Ternyata dia sangat mudah dipancing.

"Kau tidak ingin? Kenapa?" Tanya Janu dengan wajah polos tampa dosa.

Mendengar pertanyaan Janu barusan membuat Riki kesal. "Masih bertanya? Bagaimana aku bisa keluar dengan keadaan seperti ini.. Ck, menyebalkan!" ucapnya sembari memperlihatkan kepada Janu kissmark yang telah dia buat dengan cara menunjuk satu persatu tanda tersebut.

Wajah Janu langsung memerah padam ketika menyadari apa yang telah ia perbuat, ia  salah tingkah dan akhirnya hanya menutup wajahnya dengan tangan karena merasa malu.

Setelah kembali ke akal sehatnya, Janu pun berusaha bersikap tenang. "Baiklah Aku tidak bisa memaksa jika kau tetap ingin dirumah,"

"Tunggu!" Cegah Riki ketika melihat Janu bangkit dan ingin pergi ke kamar mandi. Sedangkan Janu ia langsung berhenti dengan raut wajah penuh tanya.

"Apa kau masih tidak sadar jika aku seperti ini karena perbuatanmu-" Janu langsung membeku. Tentu saja ia sadar dengan apa yang telah ia perbuat oleh karena itu ia bersikap lembut agar Riki memaafkannya.

"Lalu mengapa kau tidak bertanggung jawab, Bantu aku bodoh!" Sekarang Janu mengerti apa yang Riki ingin sampaikan, ia langsung tersenyum kemudian melangkah mendekati Riki. Setelahnya mengangkat tubuh Riki yang sudah mengulurkan tangannya.

Namun ketika selimut sudah tidak menutup tubuhnya, Riki pun menyadari sesuatu yang janggal.

"Apa yang kau lihat!" Riki panik ketika menyadari bahwa dirinya hanya mengenakan kemeja sehingga bagian bawahnya hampir terlihat, alhasil ia berusaha sekuat tenaga untuk menutupinya dengan cara menarik kemejanya sedikit ke bawah.

Janu yang tidak sengaja melihat langsung gelagapan, wajahnya kembali berubah menjadi merah padam. Sial ia tidak bisa menyembunyikan hasratnya.

"Tidak perlu malu aku sudah melihat semuanya," ucap Janu berusaha bersikap tenang.

Love Obsession! [Sunric Lokal]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang