Prolog

4.7K 213 14
                                    

Di hari minggu pagi, Andin sedang duduk manis di ruang keluarga rumah pondok pelita bersama mama Rosa,mereka sedang berbincang santai mengenai banyak topik menarik yang disukai para wanita. Televisi yang menyala sedang berada di saluran bisnis dan politik.

Sedangkan Reyna dan Askara tengah sibuk bermain lego dan mobil-mobilan yang baru saja dibelikan oleh Andin sebagai oleh-oleh dari bisnis tripnya ke Bali 2 hari lalu.

Askara yang merupakan buah cinta Aldebaran dan Andin sekarang sudah tumbuh menjadi balita pintar dan menggemaskan. Diumurnya yang belum menginjak dua tahun, ia sudah pintar berceloteh dan aktif berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

Sampai kadang-kadang Andin sendiri kuwalahan saat Askara sedang di mode sangat aktifnya. Sungguh menggemaskan.

Mainan favorit Askara yang tidak boleh terlewatkan adalah mobil-mobilan dan dinosaurus yang sudah memenuhi isi kamar balita tersebut.

Ya, Andin memang sedikit memanjakan anak-anaknya, dia merasa dengan memberikan banyak mainan kepada Askara akan sedikit mengisi kekosongan dari sosok yang sebenarnya tidak mungkin bisa tergantikan dengan mainan semahal apapun.

___

"Kakak, adeknya dijagain ya.. mainnya juga jangan jauh-jauh mama lagi ngobrol sama oma dulu ya nak" Andin yang masih duduk ditempatnya menginstruksi Reyna untuk menjaga adiknya. Meskipun Andin masih bisa mengawasi Askara secara langsung, tapi ia ingin mendidik Reyna agar bisa menjadi kaka yang bertanggung jawab dan bisa menjaga adiknya.

Reyna tentu saja dengan senang hati mengindahkan perkataan mamanya "iya ma, kaka akan jagain adek terus kok".

"Pinter banget kaka Reyna anaknya mama sama papa" Dengan senyum yang merekah Andin memberi pujian kepada Reyna.

"Aduh pinter-pinter banget cucu oma ini, persis papa mama nya" Sahut mama Rosa yang tak ingin kalah memberi pujian kepada cucunya.

___

Obrolan dua wanita kesayangan Aldebaran masih berlanjut, bincang-bincang santai mereka kini beralih ke bisnis dan pekerjaan.

"Ndin, gimana kemarin pertemuan dengan perwakilan galeri seni Garuda II di bali? Udah deal kan?" Tanya mama Rosa kepada Andin.

"Alhamdulillah, semua lancar ma.. aku ketemu langsung sama anak dan menantu pemilik galerinya. Kita emang belum deal sih ma, soalnya masih ada beberapa poin-poin yang harus ditinjau dan dievaluasi langsung sama papa dan kakaknya".

"Ohhh mama kira udah deal, tapi syukurlah semuanya lancar". Jawab mama Rosa menimpali Andin.

Tiba-tiba terdengar suara Askara yang sudah berada di depan layar televisi sambil menyebut "Papaaa.. pa.. papaaa..".

Pandangan mata Andin, mama Rosa, dan Reyna otomatis tertuju ke Askara dan layar televisi berukuran besar tersebut.

"Papaa.. ma itu papa kan? Papaa" Reyna ikut maju menyusul Askara di depan televisi.

Andin dan mama Rosa tertegun, lidah mereka kelu. Masih tidak percaya dengan apa yang mereka lihat mereka pun turut maju agar pandangan mereka semakin jelas.

Andin melirik Askara yang setia membelai layar televisi dengan tangan mungilnya. Andin terduduk sambil membungkam bibirnya sendiri yang tak segan ingin menjerit, tapi ia tahan dia memilih merengkuh tubuh Askara dan memeluknya.

Dalam pelukan Andin Askara tak berhenti berucap "Papa papaaa papaa pa paaa..".

"Ma.. oma.. bentar lagi aku bisa ketemu papa kan? Aku mau ketemu papa". Rengek gadis kecil itu.

"Mass.. itu beneran kamu?".

___

To be continue..
___

Hehe akhirnya jadi nulis juga. Ini wattpad pertama aku, mohon maaf dan pemaklumannya kalo masih amburadul baik dari segi penulisan, alur dan settingnya ya temen-temen..

Kalau berkenan, sangat dibutuhkan saran dan ide dari temen-temen semua.. terimakasih sudah mau membaca😘

Ohh ya aku kan udah janji bakal ada 21++ nya, tapi sabar yaa.. kita bangun alur dan setting ceritanya dulu biar lebih dapet feelnya gak asal grasak-grusuk eksekusi.
Alon-alon asal kelakon wkwkwk.
Lop lop sekebon😘

Remember YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang