"Hahhh.. enak gak hadiahnya?". Tanya Andin jail.
"..kuranghh.. huhh".
"Haha..". Dan berakhir dengan tawa renyah yang mengisi kamar mereka.
Masih tetap pada posisi yang sama, mereka saling bergurau dan mengobrol santai.
"Jadi hadiahnya masih kurang?". Tanya Andin pada sang suami.
Tanpa menjawab Aldebaran hanya tersenyum manis dan mengedipkan matanya pelan seolah mengiyakan.
"Emang mau yang mana lagi mas?". Andin sok polos deh..
"Yang ini.. ini ini.. semua..". Jawab Aldebaran sambil menunjuk sesuatu yang membuat Andin melotot.
"Mahsss hahaha..". Andin benar-benar dibuat tertawa oleh suaminya.
Bagaimana tidak, Aldebaran yang Andin kenal selama ini adalah pria yang kaku, jaim, gengsian, sekarang bisa berubah begitu frontal di hadapannya..
Meski heran dan belum terbiasa, Andin tetap menyukai bagaimanapun rupa dan sifat Aldebaran sang suami sekarang.
"Kan kamu tanya, saya cuma jawab aja.. memang gak boleh ya?". Tanya Aldebaran dengan raut wajah menyelidik.
"..ya sudah kalau gak boleh, gak apa-apa". Aldebaran mengatakannya sambil berusaha bangkit dan memindahkan Andin dari pangkuannya, dengan wajah sedih dan kecewa, membuat Andin seketika merasa bersalah.
Namun belum juga Aldebaran berdiri Andin sudah menahannya kembali untuk tetap duduk di tempatnya.
"Ihhh siapa sih yang bilang gak boleh, kan aku cuma kaget terus ketawa.. emang ada aku bilang gak boleh?". Terang Andin mengenai maksud tawa nyaringnya.
Aldebaran hanya diam menatap bola mata indah milik Andin.
"..boleh mas, sangat boleh.. aku ini udah jadi hak kamu, kamu boleh lakuin apapun yang kamu mau sama aku.. asalkan itu kamu, aku akan dengan ikhlas menjalaninya". Andin berusaha menjelaskan agar suaminya ini tidak salah paham.
Tangan Andin aktif membelai dada bidang Aldebaran dan beralih ke rahang tegas Aldebaran yang mulai ditumbuhi dengan rambut halus.
"Sayangg.. ngomong dong masak diem aja, kan aku jadi malu". Protes Andin pada Aldebaran.
"Padahal kita baru saja bertemu kemarin, mungkin saya terlihat hanya memikirkan hawa nafsu dan seperti memanfaatkan kamu..".
"..saya sendiri tidak tahu, saya merasa begitu dekat dan intim saat bersama kamu.. memandang kamu seperti ini membuat sesuatu dalam diri saya sangat bergejolak, saya hanya ingin jujur dengan diri saya sendiri bahwa saya menginginkan kamu..".
"..tetapi saya juga tidak mau kamu menganggap saya sebagai laki-laki yang hanya mementingkan kebutuhan batiniah saja".
Aldebaran menjelaskan perasaanya panjang lebar kepada Andin, berharap Andin memahami maksud hatinya.
"Hehehe.. bukan kamu aja kok mas yang merasakan hal itu, aku juga sama..".
"..hanya saja kamu dengan berani mengungkapkan keinginan hati kamu, sedangkan aku masih takut dan malu-malu".
"Makasih ya mas udah mewakili isi hati aku..". Andin tersenyum sangat manis pada suaminya.
"Lagi pula mana mungkin aku tahan kalau suami ku aja seganteng ini". Andin berusaha menggoda dengan menoel hidung mancung suaminya.
"Terus gimana, hadiahnya jadi nambah gak?". Tanya Andin menantang.
"Kamu jangan mancing ya Andin, kalo saya sudah lepas kendali bisa kuwalahan kamu". Jawab Aldebaran sombong membuat Andin tertawa dan langsung mendaratkan sebuah kecupan manis di lesung pipi suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember You
RomantizmCerita ini berlatar setelah kepergian Aldebaran ke Amerika, pesawat yang ditumpangi Aldebaran jatuh dan hilang bersama puluhan penumpang lainnya. Hingga 2 tahun berselang sosok Alexander Biru Bachtiar muncul. Andin mengisi kekosongan suaminya dalam...