3. Saya Nyaman

2.1K 240 33
                                    

Andin terpaku, bibir dan lidahnya kelu. Dengan susah payah dia mengeluarkan suara. "..Mass..". Air matanya sudah siap tumpah.
Apa yang ia ingin ucapkan tertahan di kerongkongan.

Mencoba untuk sadar dengan keadaan Andin perlahan berjalan menghampiri pria itu, meskipun dengan langkah kaki yang goyah akibat rasa tak percaya dan bahagia.

Di sisi lain, pria itu masih di tempat berdirinya mengulas senyum tipis dengan sedikit kerutan di keningnya menandakan ada rasa heran terhadap reaksi yang diberikan oleh Andin.

Pria itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana yang dia kenakan. Dia kembali memandang lukisan di hadapannya. Meskipun heran, tapi dia masih terus melanjutkan apa yang ingin dia katakan.

"Apa anda baru pertama kali ke musium?". Tanpa menunggu jawaban dari Andin dia tetap melanjutkan kalimatnya.

"Ayah saya pernah berkata, jika ingin menikmati sebuah lukisan akan lebih baik melihatnya dari jarak kira-kira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayah saya pernah berkata, jika ingin menikmati sebuah lukisan akan lebih baik melihatnya dari jarak kira-kira.. segini, agar anda dapat melihat dengan lebih jelas pesan yang ingin disampaikan". Dia menjelaskan sambil mengira-ngira jarak yang pas, dengan senyum yang tak pernah sirna dari wajah tampannya.

Dan di sinilah Andin saat ini, tepat di hadapan Alexander.. ya pria asing yang sedari tadi membius netra Andin adalah Alexander.

Merasa tidak ada respon dari orang yang diajak bicara, dan dengan jarak sedekat ini Alexander merasa salah tingkah merasa telah mengganggu ketenangan pengunjung yang sedang menikmati karya seni di sini.

"Ma.. maaf.. saya tidak bermaksud mengganggu.. sa..".

Belum selesai dia berkata Andin tiba-tiba bersuara, "tolong biarkan aku menikmati karya seni ini sebentar saja..".

Tiba-tiba saja kalimat gombalan nan absurd itu keluar dari bibir indah milik Andin. Andin memandang Alexander dengan mata haru dan penuh cinta.

"Ayah anda sepertinya salah.. jika ingin menikmati suatu karya seni, paling tidak kita harus melihatnya dari jarak sedekat ini. Jika perlu kita bisa menyentuhnya..". Sambung Andin yang benar-benar hanya berjarak selangkah saja dari hadapan Alexander.

Alexander kini yang dibuat mematung oleh Andin, belum hilang keterkejutannya.. tanpa aba-aba Andin langsung menyergap tubuh tinggi tegap Alexander dan memeluknya.

Bingung harus bereaksi seperti apa dia justru tanpa sadar mulai menaikkan tangan kanannya untuk mengusap bahu Andin yang tampaknya sedikit bergetar. Benar, Andin sekarang tengah menangis di pelukan Alexander ehh bukan Aldebaran..

Di sisi lain Alexander menyadari ada yang aneh dengan dirinya sendiri saat Andin memeluk tubuhnya, hatinya tiba-tiba menghangat. Dia merasakan damai yang tidak pernah dia rasakan selama hampir 2 tahun ini.

Saat suasana hening dan damai, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang memanggil nama Alexander.

"Bang Biru..?". Suara perempuan yang mengintrupsi kegiatan Alexander dan Andin, dia Jingga.

Remember YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang