𖧷5𖧷

779 50 0
                                    


"Eoh, kemana para pelayan?"  Bocah itu pun berjalan ke dapur untuk mencari pelayan rumah itu hingga saat akan memasuki dapur mata sipitnya menatap pada seseorang yang berdiri tak jauh darinya.

"Ayah?"

Grep

Jungkook menarik tangan Jimin ke arah kamar tamu dimana letaknya jauh dari ruangan dimana ayah Jeon dan ayah Kim berada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jungkook menarik tangan Jimin ke arah kamar tamu dimana letaknya jauh dari ruangan dimana ayah Jeon dan ayah Kim berada. Tak perduli jika Jimin kesakitan akibat eratnya genggaman tangan darinya dan berakhir keduanya masuk ke dalam kamar itu.

Bruk

"Akh! Ayah A-appo!" Keluh Jimin saat tubuh mungilnya di hempaskan begitu saja ke lantai oleh Jongkook.

"Sakit huh? Bagaimana dengan ini?!"

Plak

"A-ayah hiks.. s-sakit.. hiks.. hiks.." sebuah tamparan Jimin dapatkan hingga pipi kirinya memerah.

"Kenapa kau sangat menyusahkan huh? Kau membuat ku repot dengan hilangmu. Kenapa masih juga kembali! Seharusnya kau menghilang saja dari hidupku. Karena kau semua jadi berantakan, hidupku berantakan!" Ucap Jungkook dengan amarah yang meluap-luap setelah beberapa waktu lalu ia tahan.

Jimin pun menangis sesenggukan namun dengan bibir yang terkatup rapat dengan salah satu tangan yang berada di pipinya yang terasa kebas akibat tamparan sang ayah tak main-main. Hatinya tentu sakit dengan ucapan ayahnya. Sebenci itukah ayahnya padanya? Pikirnya. Dan tanpa Jungkook tahu mental Jimin perlahan jatuh dan sejak saat itu Jimin selalu beranggapan jika dia tak di inginkan oleh sang ayah.

✰✰✰

6 tahun telah berlalu Jimin kini tumbuh menjadi pemuda manis dan ramah namun berbeda jika di rumah. Ia akan menjadi pendiam dan berbicara seperlunya apalagi jika berhadapan dengan sang ayah ia akan banyak menunduk.

Saat ini tepat tanggal 13 Oktober di mana Jimin berusia 15 tahun. Namun, entah mengapa ucapan sang ayahnya semalam membuatnya lebih memilih untuk membenci hari ulang tahunnya.

"Besok adalah hari kematian ibumu. Jangan pernah melakukan apapun selain berkabung. Tak perduli jika itu hari kelahiran mu, yang jelas kelahiran mu telah membuat istriku mati. Ingat itu!"

Jimin pun menghela nafasnya. Saat ini ia tengah duduk di dekat jendela kamarnya. Menekuk kedua kakinya dan memeluknya. Menatap keluar jendela dengan tatapan kosongnya. Jimin melakukannya hampir dua jam yang lalu, betah berdiam diri di kamarnya setelah pulang sekolah.

Tok Tok Tok

Cklek

"Tuan muda makan malam sudah siap." Ucap sang pelayan yang baru saja membuka pintu kamarnya.

"Aku tidak lapar." Ucap Jimin datar.

"Tapi, tuan muda sudah melewatkan makan siang."

"Sudah ku bilang aku tidak lapar paman."

[D.I.S] Daddy, I'm Sorry  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang