𖧷 29 𖧷

831 46 0
                                    

Yok siapin tisunyaaaa....😌

Pip

Pip

Pip

Pip

Bunyi dari Monitor holter di samping bed pasien berbunyi nyaring di ruangan itu. Layarnya memberitahu keadaan pasien yang saat ini tengah terbaring lemah di atas ranjang dengan alat bantu pernafasan.

Seokjin berdiri kaku di depan ruangan yang mana terdapat pemuda mungil yang tengah tak sadarkan diri hingga sekarang. Pria itu tak pernah menduga jika pada akhirnya kondisi Jimin turun drastis. Padahal untuk operasi transplantasi telah terjadwal bulan depan sebab kondisi Jimin yang kian stabil. Lalu apa ini semua? Haruskah Seokjin menyalahkan dokter sebab prediksi nya begitu melenceng dari yang mereka tuturkan? Atau... menyalahkan Tuhan untuk harapan semu itu?

Tidak, tentu saja Tuhan tak pernah salah. Tuhan hanya memberikan takdir dan garis kehidupan yang sudah semestinya dan manusia hanya bisa menerima dan bersyukur atas segala kesempatan yang Tuhan berikan pada umatnya. Namun, kali ini seolah harapan besar yang begitu di nantikan terasa hanya sebuah fatamorgana yang tercipta dari angan yang sulit terwujud.







"Dokter bagaimana?"

"Maaf tuan Seokjin, saya pun tak menyangka keadaan pasien tiba-tiba turun sangat drastis." Wajah dokter pun menyendu dengan raut penyesalannya.

"L-lalu bagaimana dengan operasi nya?"

"Maaf tuan, operasi tidak bisa di jalankan jika keadaan pasien seperti ini. Sekali lagi saya minta maaf."







Masih teringat jelas percakapan yang ia lakukan dengan dokter yang menangani Jimin. Seketika bulir-bulir bening pun jatuh dari kedua netranya. Wajahnya pun basah karena air mata yang semakin mengajak sungai.

Bruk!

Seokjin jatuh terduduk di lantai dengan isakan yang kian mengeras.  Sesak yang tak tertahankan akhirnya meledak saat itu juga. Tangisannya memenuhi keheningan ruangan itu.

Cklek

"Seokjin hyung, waeyo? Katakan apa yang terjadi pada Jimin?! Katakan Hyung!"

Seokjin pun menoleh pada pria itu, pria yang telah menyesali segalanya. Bahkan telah memohon ampun pada putranya atas kebodohan yang selama ini ia lakukan.

"Jungkook, kondisi Jimin menurun dan di nyatakan koma."

"MWO?! Jangan bercanda! Kau tahu aku tak menyukai lelucon mu! Katakan yang sebenarnya sialan! KATAKAN!!!" Jungkook dengan emosi mengguncang tubuh bergetar sepupunya. Hingga perlakuan Jungkook membuat kedua orang tuanya berusaha melerai keduanya.

"Jungkook tenangkan dirimu nak.."

"Ayah Seokjin Hyung bilang putraku koma! Aku tak percaya ayah! Satu Minggu yang lalu kami masih bicara lewat telepon, tidak mungkin Jimin koma! Tidak mungkin!"

Donghae dan Min-yeong begitu sedih mendengar hal itu. Mereka juga mengerti bagaimana perasaan Jungkook saat ini. Melihat putranya yang kini menangis dan frustasi tuan Jeon tak bisa melakukan apa-apa dan hanya bisa menenangkan putranya. Bahkan Jisoo yang kini ikut menenangkan Jungkook ikut menangis mendengar kabar itu.

Begitu banyak hal yang terjadi sebelum mereka datang ke London. Awalnya mereka telah di buat emosi dengan wedding planner yang membawa kabur uang mereka.  Lalu tak lama kabar mengejutkan dari Jimin yang collapse dan di larikan ke rumah sakit.

"Tuhan... Mengapa kau memberikan cobaan ini pada kami? Sungguh.. kami tak sanggup untuk menerimanya.."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[D.I.S] Daddy, I'm Sorry  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang