𖧷 30 [Last Part] 𖧷

1.3K 55 2
                                    

"Ayah, aku ingin ke pantai.." pinta si mungil dengan suara lemahnya. Menatap pada pria dewasa dengan memohon agar keinginan nya terpenuhi.

"Pantai?"

Kepala si mungil mengangguk lemah.

"Um.. b-bolehkah?"

"Baiklah nak.."

Selangkah demi selangkah kaki Panjangnya dengan ujung kain dari celana yang terlipat, menyusuri bibir pantai Botany bay dengan pemuda mungil yang memakai mantel tebal berwarna crem di punggungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selangkah demi selangkah kaki Panjangnya dengan ujung kain dari celana yang terlipat, menyusuri bibir pantai Botany bay dengan pemuda mungil yang memakai mantel tebal berwarna crem di punggungnya. Suara debur ombak meriuhkan suasana sore itu dengan angin pantai yang cukup kencang. Menikmati keindahan pantai itu dengan senyum yang merekah di bibir keduanya namun, air mata telah menetes di wajah yang mulai memunculkan keriput. 

"B-bagaimana kabar ayah?" Lirih Jimin dengan senyum lembutnya dan dagu yang bertumpu pada bahu kokoh sang ayah.

"Ayah baik-baik saja. Bagaimana kabar putra ayah ini?" Sahut Jungkook dengan kepala yang menoleh ke sampingnya dengan senyum yang merekah kala sebuah kecupan di pipinya ia dapatkan dari sang putra.

"J-Jimin baik yah, um.. Jimin dengar... Ayah.. akan menikah..."

"Hum, semuanya batal."

Sebuah kerutan di kening terlihat pada Jimin.

"Waeyo?"

"Sesuatu terjadi nak."

"A-apa karena Jimin?"

Langkah kakinya terhenti, Jungkook tersentak mendapati Jimin yang kembali menyalahkan dirinya sebab pernikahan sang ayah yang tiba-tiba batal. Si mungil menyembunyikan wajah pucatnya

"Apa yang kau katakan? Kenapa menyalahkan dirimu?" Sahut Jungkook yanf tak suka dengan apa yang di katakan oleh putranya.

"Karena ... Semua kesialan ....yang menimpa ayah adalah... Kesalahan Jimin."

Jungkook kembali melangkahkan kakinya dan mengangkat sedikit tubuh mungil Jimin untuk membenarkan posisi putranya.

"Semua sudah di takdirkan. Mungkin Tuhan inginkan ayah untuk menjagamu."

"T-tapi setelah Jimin pergi, lanjutkan niat baik itu."

"Kau sudah berjanji—

"Janji bisa saja di ingkari ayah," Ucap Jimin dengan senyum tipisnya, beberapa kali mengerjap saat merasa netranya mulai memberat.

"Ayah... Bolehkan Jimin meminta satu hal?"

Senyuman terpatri indah di bibir tipisnya, rautnya menyendu dengan setitik air mata yang kembali membasahi wajah lelah itu.

Jungkook kembali melangkah menyusuri bibir pantai dengan beban punggung yang semakin memberat. Tanpa adanya pergerakan, dengan netra sipitnya yang telah tertutup begitu rapat enggan terbuka.

[D.I.S] Daddy, I'm Sorry  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang