"Annyeong Jiminie!"
Ketiga orang yang berada di ruang tamu itu menatap pada seorang pemuda berbahu lebar yang kini mematung di pintu.
"Yak! Mulut mu Kim Seokjin!" Pekik tuan Jeon saat melihat keponakannya yang datang dengan suara berisiknya.
"Ck, aku telat!" Ucap Seokjin yang kini masuk dengan menghentakkan kakinya untuk mendekat ke arah Jimin yang tertawa melihat pamannya dengan tingkah absurdnya itu.
"Hihihi.... Selamat datang paman!" Ucap Jimin yang kini turun dari sofa dan memeluk Seokjin dengan erat.
"Uh... Bantet kesayangan paman~ sudah tumbuh besar eoh." Seokjin pun menggendong tubuh mungil Jimin dan menatap bocah yang kini tersenyum itu.
"Paman Jimin rindu~ kenapa paman lama tidak ke sini?"
"Pamanmu terlalu sibuk dengan kekasihnya." Sahut sang kakek membuat Jimin mengerucutkan bibirnya.
"Paman ish! Jangan mengada-ngada, aku baru saja pulang dari LA karena Appa memintaku untuk mengurus cabang baru di sana. Maka dari itu Jiminie sayang, paman tidak bisa datang satu minggu ini." Ucapnya dengan memeluk tubuh mungil Jimin yang bergetar.
"Sudah.. Sudah.. Sini Jimin kembali duduk di dekat nenek. Habiskan kue mu sayang." Jimin pun mengangguk lalu turun dari gendongan Paman Seokjin nya untuk kembali duduk di samping sang nenek.
"Oh ya, apa Jungkook belum pulang?" Tanya Seokjin yang kini melihat ke sekitarnya.
"Belum. kata Jimin, Jungkook selalu pulang larut. Entah apa saja yang ia kerjakan." Sahut Tuan Jeon yang kini menatap cucunya yang melanjutkan acara makan kuenya.
"Ck, benar-benar."
Seokjin benar-benar tak habis pikir bagaimana sepupunya itu meninggalkan putranya sendirian. Ah benar, Seokjin lupa satu fakta jika Jungkook membenci Jimin dan pastinya pria itu tega meninggalkan Jimin di rumah sendirian.
"Paman Jeon, apa Jungkook masih sama?" Tanya Seokjin yang kini mendudukkan diri di sofa single yang berada di samping sang paman.
Tuan Jeon pun menghela nafasnya. "Masih. Aku tak tahu sampai kapan dia bersikap seperti itu pada putranya. Padahal semua yang terjadi adalah takdir dari Tuhan."
"Semoga saja ia segera berubah paman, kasihan Jimin."
"Ne Seokjin-ah. Semoga saja.
✰✰✰
Pagi pun tiba, Jimin saat ini sedang berada di kamarnya bersiap ke sekolah di temani Hyung kesayangannya Kim Taehyung.Pemuda berusia 17 tahun itu adalah putra dari salah satu sopir pribadi Jungkook. Taehyung tidak bekerja di rumah itu. Dia hanya menjaga dan menemani Jimin saja. Ia juga sesekali akan mengantar jemput anak dari majikan ayahnya ke sekolah.
Jimin tentu saja senang akan hal itu dan sedikit mengalihkannya dari sang ayah.
"Hyung, apa sudah terlihat rapi?" Ucap Jimin sambil merentangkan kedua tangannya di depan Taehyung.
"Sudah rapi, Jiminie sudah tampan sekarang. Jja, sekarang saatnya Jiminie sarapan!" Ucap Taehyung sambil tangan kirinya menggandeng tangan kanan Jimin sementara tangan kanannya menenteng tas milik Jimin.
"Hyungie, apa ayah ikut sarapan?" Tanya Jimin seraya berjalan keluar dari kamar.
"Sepertinya iya, tadi hyungie melihat tuan besar ada di ruang tamu. Mungkin sekarang sudah ada di ruang makan. Waeyo Jiminie?" Ucap Taehyung menoleh pada Jimin.
"Lusa ada pertemuan orang tua di sekolah Jimin. Aku ingin ayah datang."
Kini Jimin dan Taehyung sudah berada di ruang makan dan dapat Jimin lihat di sana ayahnya duduk dengan secangkir kopi yang menemaninya dengan koran di tangannya. Jimin tersenyum senang saat mendapati ayahnya berada di rumah karena biasanya sang ayah akan berangkat lebih pagi dan melewatkan sarapan bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
[D.I.S] Daddy, I'm Sorry ✔
FanfictionAbout, Family violence kisah seorang pemuda berusia 16 tahun yang setiap harinya mendapat kekerasan dan tekanan dari sang ayah. bahkan di sekolah ia menjadi korban bullying hingga pada akhirnya memilih untuk melakukan Self harm. Park Jimin (16) Jeon...