𖧷 7 𖧷

716 54 0
                                    





Drttt... Drrttt...

Sebuah notifikasi pesan masuk ke ponselnya. Jimin yang saat ini sedang mengikuti pelajaran tambahan dengan guru pembimbing di rumahnya pun melirik ke arah benda pipih itu.

"Eoh, Kai?" Gumamnya dan tangannya akan meraih ponselnya.

Tak

"Akh!" Jimin mengusap tangannya sesaat setelah sebuah penggaris besi mendarat di punggung tangannya.

"Tidak di perbolehkan bermain ponsel!" Ucapan tegas itu keluar dari mulut guru pembimbing nya, tuan Lee.

"Mianhe pak Lee, saya hanya ingin melihat pesan yang masuk saja." Ucap Jimin yang kini menunduk.

"Baiklah, saya beri waktu 10 menit untuk istirahat." Jimin pun tersenyum dan langsung meraih ponselnya.

"Terima kasih."

Jimin pun beranjak berdiri dari duduknya berjalan keluar dari kamarnya untuk segera menghubungi teman sekelas nya itu.

"Kai? Waeyo?"

"Hei, kau sialan! Kenapa tak mengangkat teleponku hah?!"

"M-mianhe, aku sedang melakukan bimbingan belajar saat ini."

"Rajin sekali kau, heh? Nanti malam datang ke tempat biasa."

"Tapi, Kai-

"Heh, sialan! kau tidak datang aku akan membuatmu hancur seketika. Jadi, datang dan bawa Soju seperti biasa."

Jimin pun menghela nafasnya pasrah.

"Baiklah aku akan datang."

Sambungan terputus dan Jimin pun menunduk dengan tangannya yang lemas kini jatuh ke sisi tubuhnya dengan ponsel di genggamannya.

'Bagaimana ini? Ayah ada di rumah. Bagaimana caranya aku bisa keluar tanpa sepengetahuan nya?' Ucap Jimin dalam hati dan ia kembali menghela nafas, dan berlalu kembali ke kamarnya untuk melanjutkan bimbingan belajarnya.

 Bagaimana caranya aku bisa keluar tanpa sepengetahuan nya?' Ucap Jimin dalam hati dan ia kembali menghela nafas, dan berlalu kembali ke kamarnya untuk melanjutkan bimbingan belajarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pukul 7 malam, Jimin sudah bersiap keluar dengan hoddie hitamnya mengambil dompet dan memasukkannya ke dalam saku celananya. Dan tak lupa masker hitamnya yang kini ia kenakan.

Jimin sudah berada di halaman rumahnya, setelah ia berhasil keluar dari rumah saat setelah memastikan ayahnya berada di ruang kerjanya.

Kini pemuda mungil itu pun berjalan menyusuri jalanan yang lumayan sepi untuk sampai di tempat yang di sebut markas, dimana Kai dan kawanannya berada.

Cklek

Pintu sebuah ruangan yang berada di dalam sebuah gedung kosong pun terbuka. Di mana di dalam ruangan itu terdapat sekitar 8 orang pemuda dengan Kai salah satunya.

"Kau sudah datang rupanya." Sambut Kai dengan kekehan keluar dari bibirnya.

"Ini aku sudah membawanya." Ucap Jimin seraya meletakkan kantong plastik yang berisi beberapa botol Soju di atas meja.

[D.I.S] Daddy, I'm Sorry  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang