[ ONLY | Lee Hi ]
Apa yang sebenarnya terjadi?
Sasuke ingat dengan sangat jelas bahwa Naruto masih bisa mendengar di kondisinya ketika menjadi patung.
Ekspresi kebingungan, ketakutan, dan kepanikan tercampur aduk jadi satu di wajah Naruto yang bisa Sasuke teliti ketika ia bertanya tadi.
Naruto adalah orang yang jujur melalui ekspresinya selama yang Sasuke perhatikan.
Terlintas bayangan kejadian para bandit itu menyerang rumah mendiang ibunya malam lalu, mereka yang tersisa saling menodongkan pistol mempertahankan diri. Dan—
Sial, Sasuke tidak mengingat begitu jelas. Dirinya saat itu tidak dalam kondisi sehat. Bayangan itu masih mengabur di pikirannya.
Sasuke curiga bahwa Naruto terluka akibat kejadian malam lalu memengaruhi pendengaran Naruto, sebab, demi apa pun, dirinya menyaksikan sendiri di depan kedua matanya kalau Naruto tidak bisa tersentuh sedikit pun dari peluru yang si pirang sengaja tembakan ke kepalanya sendiri.
Tapi Sasuke tidak tahu dari mananya Naruto bisa terpengaruh dari lengannya yang terluka dengan pendengarannya.
Sasuke mengeluarkan napas berat, tak sengaja matanya melirik perban yang ada di lengan Naruto.
Ia akan mengesampingkan masalah pendengaran Naruto. Yang harus ia lakukan sekarang adalah mengecek luka Naruto.
Sasuke mengulas senyum pada Naruto yang sedari tadi diam memerhatikannya yang sibuk dengan isi pikirannya, mengerjap polos.
“Ayo kita cek lukamu.”
Sasuke meminta Naruto untuk menunggunya di sofa dan tidak ke mana-mana selama ia mengambil kotak obat. Setelah itu Sasuke kembali duduk di sebelah Naruto dengan kotak obat yang kini diletakkan di meja.
Sasuke dengan sangat hati-hati membuka gulungan perban yang melingkari lengan Naruto yang terluka.
Sedangkan Naruto anteng dengan video di ponsel Sasuke yang sengaja Sasuke berikan untuk mengalihkan perhatian Naruto agar Naruto tidak merasakan sakit selama ia mengurus lukanya.
Naruto menonton video yang Sasuke pastikan aman. Bahkan sekarang si pirang tertawa dan mengoceh tiap scene yang ada di video.
Perban seutuhnya terlepas dari kulit lengan Naruto dan Sasuke tertegun pada kulit yang tidak meninggalkan jejak luka sedikit pun. Luka goresan peluru yang terakhir Sasuke lihat tidak ada lagi di sana. Kulit Naruto tampak mulus seperti sedia kala.
“Lukanya hilang...” Gumam Sasuke.
Naruto mendengar apa yang dikatakan Sasuke, mendongak ke samping melihat wajah Sasuke yang tertegun pada lengannya yang telah sembuh.
“Lukanya hilang, Sasuke!” Naruto bertepuk tangan senang merayakan lukanya sembuh. Sasuke tidak ikut merayakan kesenangan Naruto atas hilangnya atau sembuhnya Naruto dari luka itu. Ia diam menatap Naruto.
“Naruto, kau baik-baik saja?”
Tepukan tangan Naruto berhenti. Mengerjap tak mengerti. Diam memproses pertanyaan Sasuke. Kemudian Naruto mengangguk cepat dengan ekspresi cerianya. “Tentu! Aku baik-baik saja, Sasuke. Lihat, lenganku sudah sembuh—“
“Kau baik-baik saja?” Ulang Sasuke. Naruto mengerjap bingung, jelas-jelas telah menjawab pertanyaan Sasuke tetapi tidak tahu kenapa Sasuke mengulangnya jadi Naruto juga mengulang jawabannya. “Sasuke, aku baik-baik saja. Lenganku—“
“Aku tidak bertanya untuk lenganmu, aku bertanya untuk dirimu.” Sasuke memotong lagi jawaban Naruto.
Pertanyaan Naruto pada dirinya sendiri di dalam video mereka kemarin mengusik Sasuke lagi. Apa yang terjadi hari itu selama ia bercerita dan Naruto tidak mendengarnya juga semakin mengusik batin dan pikiran Sasuke.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M AT 9 PM [ SasuNaru ] ✓
FanfictionSasuke patah hati untuk pertama kalinya ketika ibunya, Uchiha Mikoto, meninggal dunia akibat kecelakaan tunggal. Sasuke stres berat karena duka yang mendalam. Ibunya adalah segalanya baginya, dunianya, hidupnya, napasnya. Maka ayahnya, Uchiha Fugak...