Sasuke melepaskan pelukan sepihaknya dari Naruto. Menangkup pipi Naruto dan menyatukan dahinya dengan dahi keras Naruto.
“Kau akan bebas.” Sasuke menatap langsung mata biru Naruto yang berkaca-kaca yang Sasuke lihat secara jelas pada jarak sedekat itu. “Aku pastikan kau akan bebas.” Ujarnya yakin. “Kau tunggu di sini, okay?” Meski tahu tidak akan mendapat jawaban, Sasuke tetap bertanya, untuk kesediaan Naruto.
Sasuke melepaskan tangkupan tangannya di pipi Naruto, mengambil selimut di kasurnya dan membungkus Naruto dengan selimut itu agar Naruto tidak kedinginan.
“Tolong tunggu di sini.” Sasuke berbisik lagi di telinga Naruto saat tahu Naruto tidak akan pergi ke mana-mana, sambil merapatkan selimut di tubuh Naruto agar tidak turun.
Sasuke menjeda, menjadi tidak yakin untuk kata-katanya selanjutnya. “Aku akan kembali.” Pandangan Sasuke melembut, seperti mengartikan meminta maaf dan siap akan apa yang terjadi padanya nanti.
Tapi siapa yang akan menjaga Naruto nanti?
Siapa yang akan menemani Naruto saat Naruto kembali menjadi manusia biasa... seutuhnya, saat ia berhasil membebaskan Naruto.
Siapa yang akan menatap Naruto tanpa menilai dan menganggapnya aneh nanti?
Apakah Naruto akan bertemu keluarganya setelah—jika saja, tapi mungkin memang dirinya tidak selamat saat mencoba mencari cara— pemakamannya?
Apakah keluarganya, kecuali Kakashi yang telah mengetahui tentang Naruto, akan membawa Naruto bersama mereka atau meninggalkannya di sini atau lebih buruk... menjadikan Naruto sebagai eksperimen karena kondisi yang pernah dialami Naruto.
“Kau akan baik-baik saja, Naru.”
Walau akan mengulangi kejadian yang sama yang terjadi pada ibunya, Sasuke tidak bisa mundur. Sasuke ingin menolong Naruto dan Sasuke yakin Naruto sendiri pun sangat ingin seperti dirinya yang biasa, yang bebas.
“Kau akan baik-baik saja.” Suara Sasuke lebih yakin.
Sasuke mendaratkan kecupan lembut di dahi Naruto sebelum meninggalkan Naruto yang berdiri menghadap foto Mikoto dan Sasuke menutup pintu kamarnya secara perlahan.
Sasuke tidak tahu bagaimana cara mencari untuk memulai tetapi Sasuke memiliki satu tempat yang akan Sasuke coba.
Loteng.
Sasuke menaiki anak tangga menuju loteng. Sasuke membuka pintu yang tidak terkunci itu setelah sampai di depan pintu kayu. Sasuke menyalakan lampu lalu masuk lebih ke dalam dan membiarkan pintunya terbuka. Sasuke meneliti ruangan itu di tempatnya berdiri di tengah ruangan.
Ruangan itu tidak lebih dari sebuah loteng biasa yang terisi beberapa barang tak terpakai yang kebanyakan dari barang-barang lama yang terlihat antik, Sasuke tidak tahu sudah berapa lama barang-barang itu ada di sana karena rumah ini hanya dikunjungi Sasuke dua atau tiga kali ketika kecil bahkan Sasuke tidak pernah ke ruangan ini saat berkunjung—bahkan tidak tahu bahwa ruangan ini pernah ada— dan kenangan itu hampir memudar dan jika saja ayahnya tidak menyarankannya untuk ke rumah ini Sasuke tidak akan ingat tentang rumah ini, dan ini adalah pertama kalinya Sasuke ke rumah ini saat dirinya dewasa juga pertama kalinya Sasuke menginjakkan kaki di loteng saat melihat Naruto dalam wujud patung yang berdiri di belakang jendela namun seingat Sasuke, rumah mendiang ibunya ini turun-temurun dari ayahnya ayah ibunya.
Mata kelam Sasuke yang awas berhenti di sebuah lemari pendek yang memanjang dekat jendela yang ada di ruangan itu. Sasuke segera mendekat pada lemari tersebut.
“Ibu mengajariku berhitung, membaca, menulis, menggambar, mewarnai,”
Sasuke membuka pintu lemari itu, mencari buku-buku Naruto mengingat perkataan Naruto yang mengatakan bahwa ibunya telah mengajarinya beberapa hal yang berhubungan dengan buku. Sasuke pikir mungkin Naruto pernah menuliskan atau menggambarkan sesuatu lain di salah satu buku itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M AT 9 PM [ SasuNaru ] ✓
FanfictionSasuke patah hati untuk pertama kalinya ketika ibunya, Uchiha Mikoto, meninggal dunia akibat kecelakaan tunggal. Sasuke stres berat karena duka yang mendalam. Ibunya adalah segalanya baginya, dunianya, hidupnya, napasnya. Maka ayahnya, Uchiha Fugak...