23 : Diary

86 19 3
                                    

Hawow minasan!
Note: typo terdeteksi langsung komen ya anak-anak baik<3






















Kekhawatiran Nusa mengenai pembicaraan kemarin dengan Sam ternyata benar-benar terjadi, Sam sangat sulit menahan diri.

Selama hampir satu jam dua cowok itu bertemu Sastra, Sam terus-terusan menampilkan ekspresi dan tingkah yang mencurigakan membuat Nusa mau tak mau harus banyak bicara agar Sastra tidak curiga.

Tadi pagi saat baru sampai di parkiran Sam nyeletuk. "Sahabat sejati adalah sahabat yang selalu berbagi." Dengan bodohnya.

Untung Sastra tidak curiga maupun menanyakan hal-hal yang aneh.

Saat jam istirahat tiba Nusa dibuat kaget dengan Sam yang menjemputnya dan melewatkan kelas Sastra begitu saja.

"Udah gue bilang jangan bertingkah mencurigakan!"

Sam manyun, "gue kesel makanya kelas Sastra gue lewatin, siapa suruh boong."

"Jangan aneh-aneh deh, kalo gini justru Sastra bakalan ngerasa sendirian."

"Bukannya itu keinginan dia ya."

Nusa mendelik mengacuhkan Sam lalu berjalan lebih dulu tapi tetap terkejar Sam.

Terlihat dari jarak beberapa meter Sastra baru keluar dari kelasnya, "woi!" panggilnya nyaring.

Sam dan Nusa menghampirinya dengan Sam yang sedikit melongok melihat kedalam kelas Sastra yang nampak tenang padahal sedang jam istirahat.

"Hari ini mau makan apa?" tanya Nusa sambil berjalan ditengah-tengah antara Sastra dan Sam.

"Gue sih pengen bakso," jawab Sam dengan pandangan yang sesekali tertuju pada ponsel.

"Kalo gue pengen batagor, kayaknya enak apalagi bumbu kacangnya," tambah Sastra sambil membayangkan rasa manis dan gurih didalam mulutnya.

Nusa mengangguk-angguk, "oke kalo gitu gue mi ayam," putus Nusa membuat keduanya menoleh.

"Lah kirain mau samaan kayak gue," ujar Sam.

Nusa nyengir, "kemarin liat Erika makan itu terus ikutan eh ternyata emang enak, selera cewek cantik emang beda."

"Idih!" Sam tak tahan mendorong pelan Nusa.

"Gaya lo udah kayak Sam aja," kata Sastra sambil terkekeh.

Nusa sendiri baru tersadar lalu melihat kanan kiri takut ada yang mendengar percakapan mereka.

Saat ketiganya melewati belokan terlihat seorang cewek berjalan dari arah berlawanan membuat muka Sam yang awalnya kusut langsung cerah seketika.

"Jihannah!"

Jihan yang baru tersadar langsung menghampiri mereka, lebih tepatnya menghampiri Sastra.

"Aduh Sas, bisa-bisanya lo bikin tulisan sebagus itu," puji Jihan dengan semangat.

Sastra melebarkan matanya lalu tersenyum, "bisa aje lo."

"Gue serius, sampe temen-temen gue pada gak percaya kalo lo yang nulis itu," puji Jihan lagi.

"Jihan disini ada ayang lo masa dikacangin sih," celetuk Sam ringan.

Nusa sampai melotot jijik.

Jihan mendelik, "lo diem sebelum rahang lo gue pites," ancam Jihan galak pada Sam.

Sastra terkekeh, "lo abis dari kantin?"

Jihan yang awalnya memasang wajah galak kembali tersenyum manis membalas pertanyaan Sastra, "iya, kenapa?"

The Theory of The Trio [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang