12 : Khawatir

218 21 1
                                    

Mohon maaf baru up dikarenakan author sedang dalam kondisi kurang sehat :)

Budayakan vote sebelum baca. ^_^



























Nusa merapikan rambutnya sebentar lalu membuka bagasi mobilnya dibantu Tiwi dan sopirnya menurunkan ransel serta perlengkapan berkemahnya.

"Pak bantuin bawa barangnya ke lahan yang ada tulisan sebelas IPA empat," titah Nusa sembari menunjuk lahan yang lumayan luas siap didirikan tenda.

Meskipun barang bawaannya sebagian besar dibawa sopirnya tapi tetap saja Nusa masih kesulitan membawa sisanya ditambah Tiwi sama sekali tidak berguna. Adiknya itu mengeluh ini itu mengatakan tak kuat dan berat padahal ia kesini dibawa untuk membantunya.

Nusa melebarkan matanya melihat Sam yang melambaikan tangan tinggi dari arah lapangan tapi antusiasme itu langsung luntur ketika Sam melewatinya dan menyapa adiknya dengan riang.

"Hei! Apa kabar Tiwi??"

Tiwi membalasnya dengan sopan berusaha mengakrabkan diri sementara Nusa justru mendelik.

Nusa mendengus menghalangi Tiwi dari pandangan Sam. "Woi! Gue disini, bantuin napa!"

Sam meringis menatap Nusa lalu tersenyum seolah baru melihat Nusa, "eh Nus dari mana aja???"

"Setan ya lo!"

"Kak Sam bantuin Aa dong, kasian," pinta Tiwi dan Sam langsung memberikan hormat padanya.

"Siap!" Sam berlari ke dekat bagasi menurunkan beberapa Tote bag.

Nusa lagi-lagi dibuat mendelik lalu menatap adiknya dengan tajam, "udah sana masuk mobil aja!"

Tiwi cemberut sambil menghentakkan kakinya, "mau ketemu Kak Sastra ih."

"Aa kan udah bilang akhir-akhir ini tuh bocah sibuk," kata Nusa mulai lelah menjelaskan karena sedari berangkat mula adiknya terus menanyainya perihal temannya yang satu itu.

"Eh eh gue gak salah denger?? Kok sama Sastra sih?? Dek Tiwi gak kamu sadar dek dihadapan kamu ini sudah ada pangeran??" Sam mulai mendrama sembari memegang kedua pipi Tiwi seolah menyadarkan dan berkat aksinya itu Sam mendapat tendangan keras di tulang keringnya dari Nusa.

"Jangan pegang-pegang adek gue!" kata Nusa tak berdosa melihat Sam yang mengaduh memegangi kakinya.

Tiwi terkikik gemas, "maaf Kak Sam bukan tipe aku," katanya malu-malu.

Sam merasa di double kill menampilkan wajah masam tapi tetap membantu Nusa menenteng barang bawaannya.

"Sana masuk mobil!" titah Nusa galak dan Tiwi mengangguk setelah menutup bagasinya.

Sam menoleh kebelakang masih mencuatkan bibirnya kesal, "lo sister complex apa gimana si gitu aja gak boleh??"

Lagi-lagi Nusa menabok pantat Sam dengan keras, "ayo ngomong sekali lagi, abis lu!"

"Ya gue gak ngerti Nus, dari sekian banyaknya lanang dimuka bumi ini kenapa adek lo malah suka cowok no effort macam Sastra Nugraha." Sam heboh mengguncangkan lengan Nusa.

Nusa menepiskan tangan Sam, "kalo Sastra cowok no effort terus lo cowok apaan? No skill??" tanya Nusa galak tapi tiba-tiba ia jadi diam ketika Sam lagi-lagi mengomel.

Membahas Sastra mengingatkan Nusa perihal pemuda itu yang entah kenapa terasa mencueki Nusa dan Sam akhir-akhir ini.

Tadi saat baru sampai Sastra sudah terlihat survey lapangan tapi sama sekali tidak menyapanya. Apakah Sastra sedang dalam masalah?

The Theory of The Trio [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang