27 : Babak Belur

208 26 6
                                    




































Setelah hampir tiga puluh menit aksi adu jotos dua remaja di rooftop sekolah itu akhirnya selesai.

Nusa menerima luka lebam yang nyaris keunguan disekitar wajahnya dengan darah segar menetes disekitar pelipisnya serta sudut bibirnya karena Sam terus-menerus menyerang wajahnya.

Sementara wajah Sam sendiri tak kenapa-kenapa namun badannya sempoyongan karena sekujur tubuhnya menahan linu akibat mati-matian berusaha melindungi wajahnya.

Nusa membopong Sam saat berjalan menuju UKS. Murid-murid yang masih berkeliaran diluar kelas dibuat terkejut dengan penampilan berantakan dua orang itu.











"Halo Mbak Sania," panggil Sam saat membuka pintu UKS dengan senyum cerianya padahal tubuhnya bisa tumbang kapan saja.

"Astaghfirullah! Samudra, Nusantara. Ada apa ini???" tanya Mbak Sania panik menghampiri Sam.

"Kangen sama mbak," celetuk Sam membuat Nusa hampir saja menendang betis cowok itu kalau saja keadaannya tidak seperti sekarang.

"Kamu itu! Jangan becanda mulu, ayo sini rebahin badannya," cerca Mbak Sania membantu Nusa merebahkan tubuhnya Sam.

"Jihan bisa bantu Mbak bersihin lukanya Nusa, nggak?" tanya Mbak Sania pada seseorang dibalik tirai diranjang sebelah.

"Lah ada Jihan?" tanya Sam menoleh kesampingnya.

"Biasa, lagi dateng bulan," balas Mbak Sania sambil mengambil obat-obatan dinakas.

Srek

Tirai terbuka menampilkan wajah Jihan yang nampak kesal tapi cewek itu langsung membulatkan matanya melihat dua cowok yang dikenalnya babak belur. "Kalian kenapa?" tanyanya sambil turun dari ranjang.

Nusa menoleh pada Jihan lalu cowok itu berjalan menuju ranjang yang digunakan Jihan tadi dan memilih duduk disana.

Sam melirik Nusa, "abis berantem."

"Sama siapa?" tanya Jihan lagi.

"Tuh," tunjuk Sam pada Nusa dengan dagunya.

"Kalian gila???" Jihan tak habis pikir bisa-bisanya dua cowok yang lengket satu sama lain itu bisa bertengkar sampai babak belur begini.

Sam terkekeh, "cie khawatir ya sama gue?" tanyanya sambil menaik turunkan alisnya.

Jihan malah mendelik tajam ke arah Sam lalu mengambil obat luka dengan kain kasa yang dibawa Mbak Sania lalu menghampiri Nusa duduk disebelah cowok itu.

"Woi! Lo gak mau obatin gue?" tanya Sam tak terima karena ternyata Jihan memilih mengobati Nusa.

"Diobatin apaan muka kamu masih mulus begitu!" cerca Mbak Sania.

"Meskipun mukanya masih ganteng tapi badan saya remuk, Mbak," adu Sam dengan menyebalkannya cowok itu memanyunkan bibirnya.

"Iya, ini minum obat pereda nyeri dulu," ujar Mbak Sania, "coba tunjukkin bagian yang sakit."

Wajah Sam langsung cerah. Enggak sama yang seumuran, sama Mbak Mbak bening macam Mbak Sania pun bolehlah.

Sam mengangkat sedikit celananya menunjukkan memar keunguan disekitar betisnya lalu melepaskan almamaternya yang robek dibagian sikutnya akibat tergesek ke lantai semen saat dipukul menyisakan sikut Sam yang memar kemerahan namun tak berdarah banyak, dan terakhir adalah bagian lengan atas Sam yang hampir semua nampak lebam.

Mbak Sania merapatkan bibirnya merasa ikut ngilu, "ini serius Nusa yang mukul?"

Sam terkekeh, "Nusa tuh melihara khodam didalam tubuhnya," celetuknya ringan.

The Theory of The Trio [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang