The Theory of The Trio [On Going]

21 : Kesiangan

Trio ubur-ubur

Nusa: ini pada dimana nih gw udah dipertigaan SMP

Nusa: jangan bilang masih pada molor

Sastra: :)

Sastra: mending lu samper gw aja

Nusa: Sam kmna?

Nusa: rumah lu Deket sekolah

Nusa: naik angkot kasih Gope aja cukup

Sastra: ini jam berapaa

Sastra: angkot udah pada lewat:)

Sam: Eh

Nusa: lu kmna aja nyett??

Sastra: lelah gw

Sam: abis met sm temen virtual

Sam: ternyata rumahnya masih daerah sini ^_^

Nusa: pagi gini? Sehat Lo?

Sam: cuma met ga sempet ngobrol

Sastra: buruan jalan njir jangan main HP

Sam: otw

Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Dua motor baru saja sampai di gerbang SMA Harapan.

Sekedar info saja, meskipun SMA Harapan bukan sekolah dengan segudang peraturan yang menjengkelkan tapi disini para murid seakan memiliki gengsi tersendiri dimana mereka harus tetap terlihat lebih berkelas satu sama lain.

Itu juga yang membuat sekolah ini sangat minim dengan yang namanya siswa kesiangan, paling siang itu tepat saat gerbang mau ditutup dan jika sudah ditutup  tapi belum masuk area sekolah maka mereka seakan menjatuhkan harga diri mereka sendiri.

Sekolah sudah hening menjadi bukti bahwa kegiatan belajar mengajar sudah dimulai. Nusa dan Sastra menepuk dahinya penuh rasa penyesalan.

"Wadoh wadoh generasi penerus bangsa kok kesiangan??" sindir pak Hamdan satpam gerbang utama SMA Harapan. Pria dewasa dengan seragam putih birunya itu membukakan gerbang sekolah.

Dua motor tadi langsung memasuki area parkiran yang sudah penuh, dengan penuh kesabaran mereka memarkirkan motor dicelah yang tersisa.

"Siswa yang telat ayo berbaris dilapangan!" perintah pak Willy membuat ketiga cowok yang baru turun dari motor itu mau tak mau mengekori berjalan memasuki are lapang yang luas.

"Emang guru BK kemana? Kenapa harus sama pak Willy?" gumam Sastra yang langsung dapat sautan dari pak Hamdan.

"Sekarang yang mendisiplinkan para siswa itu beliau, makanya jangan macam-macam."