22 : Berbagi Kecurigaan

91 19 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

























"Setelah pertemuan tadi pagi gue sama temen virtual gue memutuskan ketemuan lagi."

Nusa memandang Sam datar sedangkan Sastra justru melebarkan matanya.

Sam meringis melihat dua reaksi berbeda dari temannya. "Ya begitulah. Lagian hari ini lo berdua ada kegiatan kan??"

Nusa memutar bola matanya ketika diingatkan lagi pasal ide aneh dari Sastra tadi pagi. Tidak aneh bagaimana coba tiba-tiba Sastra meminta untuk mewawancarai Nusa perihal keunikan namanya dan akan dirilis di Mading sekolah.

Sastra mengangguk-angguk, "bagus, dengan  gak adanya Sam berarti gue bisa sepuasnya wawancara."

Maksudnya nanti Sastra bila lebih fokus juga, mengingat Sam sering berisik minta pulang kalau soal beginian.

Nusa menghela nafas pasrah. Tadi pagi badannya sudah banyak gerak gara-gara dihukum pak Willy dan sekarang malah harus wawancara. Tak ada lagi mode hemat energi.

"Udah-udah." Sam menepuk bahu Nusa, "siapa tau abis ini Erika notice lo, gue cabut duluan. Doain biar lancar." Sam mengedipkan sebelah matanya penuh arti lalu berjalan sambil melambaikan tangannya.

























Wawancara yang Nusa kira akan sebentar ternyata berlangsung cukup lama. Sastra dengan bak seorang wartawan profesional mempertanyakan hal-hal penting sampai yang detail pada Nusa.

Alhasil mereka berdua baru keluar dari area sekolah saat senja. Matahari sudah terbenam dengan langit yang perlahan menggelap.

Motor matic milik Nusa berhenti dipekarangan rumah Sastra yang nampak terlihat lebih terang daripada rumah-rumah lain disampingnya.

"Sas perasaan rumah lo jam segini udah rame aja," ujar Nusa basa-basi.

Sastra menoleh mengangkat alisnya sebelah, "oh ... Itu karena gue tingga sendiri jadi sengaja, biar pas pulang gak repot ngidupin lampu."

Nusa mengangguk-angguk, "gue cabut langsung kalo gitu."











Baru keluar dari kompleks perumahan Sastra tiba-tiba ponsel Nusa berbunyi nyaring membuat Nusa hampir oleng membawa motornya.

"Astaghfirullah apalagi sih ini!" Nusa sudah gondok sendiri.

Nusa menghela nafas menahan segala emosinya lalu mengangkat teleponnya dan segera mendekatkannya kemulut.

"Apaan?"

"Mampir sini, Nus."

"Gue gab-"

"Nus plis ini urgent! Gue lagi butuh temen ngobrol nying."

The Theory of The Trio [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang