200 comments for next chapter :)
Joanna cuti kuliah selama satu tahun. Dia ikut kursus bahasa asing di Jakarta, serta menulis artikel agar bisa tetap mandiri dan tidak merepotkan ayah dan ibunya. Sembari rutin mendatangi tempat konseling setiap bulan.
Jaga kesehatan! Nanti pingsan lagi seperti dulu!
"Iya, Bu. Ibu dan Ayah juga jaga kesehatan. Aku baik-baik saja, kok. Sudah sarapan dan minum vitamin juga. Sekarang mau olaharga."
Ya sudah. Hati-hati. Uangmu masih? Kalau habis bilang saja. Nanti Ibu kirim.
"Masih. Ibu tenang saja."
Ya, sudah. Ibu matikan sekarang.
Setelah panggilan video dimatikan, Joanna mulai memakai jaket kebesaran warna hitam yang biasa dipakai olahraga. Dengan legging berwarna hitam juga. Tidak lupa dengan sneakers warna biru muda. Senada dengan karet rambut yang dikenakan.
Ceklek...
Joanna keluar kamar. Lalu membuka gerbang. Berjalan pelan menuju taman yang ada di dekat perumahan kosannya. Sendirian. Karena dia memang lebih suka sendirian. Agak mengkhawatirkan memang. Mengingat dia tidak memiliki siapa-siapa di sana.
Joanna sudah menghapus semua sosial media. Mulai menerapkan hidup sehat setiap harinya. Olaharga minimal setengah jam setiap pagi. Masak makanan sehat dan bergizi. Serta, melakukan semua hal yang disuka namun tetap produktif.
My body's calling, calling. Can you pick up? (Can you pick up?) One on one. Your body's talking, talking. Say what you want (Say what you want) Girl, who are you waiting for? You know that you wanna---BRAK!!!
Joanna yang sedang berjalan pelan di tepi jalan sembari mendengarkan lagu dari earphonenya, tiba-tiba saja ditabrak mobil dari belakang. Membuat tubuhnya tersungkur dan luka-luka. Sebab dia jatuh di atas aspal cukup kencang.
Beruntung banyak orang yang menyaksikan. Sehingga Joanna dan si penabrak bisa langsung diamankan. Lalu dibawa ke rumah sakit terdekat.
6. 30 AM
Joanna masih diobati oleh seorang perawat. Luka di siku dan lututnya sedang diperban menggunakan kain kasa. Namun, tiba-tiba saja terdengar langkah kaki seseorang yang mengagetakan mereka.
"Kamu tidak apa-apa? Bagian mana yang luka?"
Rosaline yang sedang berdiri di depan Joanna langsung menenangkan pacarnya. Jeffrey yang kini masih berwajah bantal dan rambut berantakan. Karena baru bangun tidur sekarang.
"Aku tidak kenapa-kenapa. Dia yang terluka."
Rosaline menunjuk Joanna. Membuat Jeffrey ikut menantapnya. Menatap wanita berwajah polos dan berambut panjang yang kini dikuncir kuda.
"Pasti dia yang salah! Jangan mentang-mentang dia yang luka, kamu jadi disalahkan!"
Seru Jeffrey sembari menatap tajam Joanna. Seolah sedang mengintimidasi dirinya. Dengan tatapan mata saja.
"Jeffrey! Kamu apa-apaan, sih!? Aku yang salah! Bukan dia! Aku yang tidak hati-hati sampai tidak sengaja menabrak dia yang sedang berjalan di piggir jalan! Minta maaf sekarang!"
"Tidak perlu, ini juga salah saya karena tidak lebih hati-hati sebelumnya."
Ucapan Joanna semakin membuat Rosaline merasa bersalah. Sedangkan Jeffrey, dia diam saja. Bingung harus bereaksi apa. Agak malu juga, karena telah berkata seperti itu tanpa pikir panjang.