200 comment for next chapter.
2. 10 AM
Joanna baru saja pulang. Jeffrey bergegas turun dan menghadang. Bertanya banyak hal hingga membuat wanita itu kesal.
"Dari mana?"
"Ada keperluan apa?"
"Kalian melakukan apa?"
"Haruskah semua ini kujawab?"
Jeffrey diam saja. Lalu menatap Jeno yang baru saja datang setelah memasukkan kereta.
"Maaf, Tuan. Saya yang mengantar Nona Joanna keluar. Nona mendatangi rumah tabib yang ada di dekat pasar. Mungkin karena luka di tangan kanannya."
Jeffrey langsung menatap tangan Joanna. Benar saja, dia lupa jika wanita itu memiliki luka sekarang. Luka yang katanya hanya terkena goresan kaca.
"Aku akan mencalonkan diri menjadi pemimpin Utopia. Jadi, kamu harus lebih menjaga sikap! Jangan keluar malam apalagi berduaan saja dengan pria!"
Joanna diam saja. Lalu lanjut berjalan. Karena dia tidak sadar jika Jeffrey sedang menyindir dirinya. Akan pekerjaan di masa lalunya.
Jeno, dia diam saja dan menunduk dalam. Sebab merasa bersalah juga. Karena telah lancang menjawab seperti itu tanpa Joanna minta.
Ceklek...
Setibanya di kamar, Joanna hanya bisa melamun saja. Mencerna apa yang telah Drako ucapkan. Jika dirinya di kehidupan ini adalah jawaban dari doanya yang ingin istirahat dari hidupnya di dunia.
Namun tidak tahu sampai kapan. Karena Joanna juga tidak tahu apa yang sedang terjadi pada dirinya di dunia. Tetap melewati hari seperti biasa dengan jiwa Joanna dari Utopia, atau justru menganggap ini hanya sebagai mimpi saja.
"Kalau aku di sini karena pernah putus asa dan ingin mati, lalu apa yang dilakukan Ibu di sini? Apa yang membuat Ibu sampai ikut berada di sini?"
Tanya Joanna sembari menatap Aletta yang sudah terlelap. Tidur nyanyak dan tidak bangun bahkan ketika digelitiki kakinya.
Beberapa minggu kemudian.
Joanna hanya hidup mengikuti alur saja. Mendukung Jeffrey yang kini gencar melakukan kampanye di pasar. Sebab pemilihan presiden akan dilakukan secara voting sekarang. Tidak langsung dilantik sesuai rencana awal. Karena kini, Utopia memiliki dua kandidat yang sama-sama kuat.
Ramon yang merupakan anak Dimitri dan Jeffrey yang merupakan menantu Dimitri.
Keduanya sama-sama terkenal hebat sekali. Jika Dimitri hebat dalam berperang. Maka Jeffrey hebat dalam berbisnis. Keduanya sama-sama memiliki kekuatan masing-masing.
Namun Jeffrey jelas lebih unggul karena memiliki istri. Sebab para rakyat Utopia percaya jika pemimpin negara akan sukses jika memiliki istri. Sama seperti Dimitri yang dulu bijak sekali namun berubah jahat sekali setelah sang istri pergi. Meninggal karena sakit.
Suka menindas buruh tani. Semena-mena dan mengotak-kotakkan negara ini. Hingga banyak rakyat yang sengsara di sini.
"Aku yakin, Jeffrey pasti menang nanti. Secara, kamu berhasil merebut hati orang-orang di sini!"
Bisik Aletta pada Joanna yang sedang mencuci tangan. Sebab mereka baru saja selesai makan siang dan setelah ini akan meghitung hasil voting yang telah dilakukan di Utopia Tengah. Sebab di sana adalah satu-satunya tempat yang paling besar di Utopia. Sehingga bisa menampung seluruh rakyat.
"Kamu yakin?"
"Yakin, lah! Coba ingat-ingat, apa yang telah kau lakukan selama kampanye dilangsungkan!?"
![](https://img.wattpad.com/cover/318945838-288-k95987.jpg)