4

383 27 2
                                    

Sekarang adalah waktu nya istirahat yang kedua. Gempa dkk, Hari dkk pergi ke taman belakang sekolah memakan makanan yang mereka beli di kantin terkecuali Hali yang sibuk berbincang dengan seseorang melalui telepon.

"Kau tahu lah ya? Oh ya. Apakah mereka sudah menemukan ku?"

"Sejauh ini belum. Mereka masih mencari mu. Tapi tidak sampai ke tempat tinggal mu sekarang."

"Alhamdulillah. Kalau begitu akan ku hubungi lagi nanti. Oh ya. Apakah kau bisa menemaniku dua hari ke depan ke pemakaman?"

"Kenapa tidak bersama saudara mu saja?"

"Kalau sampai aku ketahuan sama mereka kau akan ku hajar nanti di alam mimpi."

"Iya iya. Kalau kau tidur mari kita bermain lagi."

"Baiklah. Sampai jumpa."

"Sampai jumpa."

Hali menutup telepon nya secara sepihak lalu menyimpan handphone di dalam saku celana seragam nya dan menenggelamkan wajah nya di antara kedua lutut nya dengan kedua tangan nya yang memeluk lutut nya sehingga menutupi seluruh wajah nya.

Gempa dkk yang melihat itu merasa heran kepada Hali. Pasal nya tidak pernah Hali bersikap seperti ini seolah olah diri nya tidak memiliki tujuan hidup.

"Kenapa semakin hari semakin sulit saja?" Gumam Hali lirih.

"Kak. Kau kenapa? Kalau kau punya masalah cerita kan saja kepada kami." Ucap Gempa dengan raut khawatir karna sikap kakak sulung nya yang tidak seperti biasanya.

"Tidak ada." Jawab Hali lirih.

"Tinggal cerita masalah mu apa susah nya sih! Tinggal cerita 'kan bisa! Pakai acara drama segala!" Ujar Sarah yang masih sibuk dengan makan nya.

"Sudah ku bilang tidak ada ya tidak!!" Bentak Hali yang mendongak kan kepala nya sejenak lalu menenggelam kan nya kembali di antara kedua lutut nya.

"Hei! Kau kenapa? Kau tahu 'kan kalau kau itu sedang sakit. Kalau kau terlalu memikirkan banyak hal di saat kau sedang sakit, maka sakit mu akan semakin parah." Ujar Fang yang sedang menasihati Hali.

"Kak, dengar. Ayah sudah tidak mau pernah pulang. Kami tidak punya siapa siapa lagi yang bisa menjaga kami lagi selain diri mu. Hanya kau yang kami bertujuh punya. Kau kakak sulung kami dan kami tidak ingin kehilangan mu juga setelah Bunda dan Ayah. Jika kau punya masalah, cerita kan saja kepada kami. Kami pasti akan membantu mu untuk menemukan solusi nya." Ujar Gempa sembari mengelus elus punggung kakak sulung nya itu.

'Bunda.'

'Ya. Bunda.'

"Bunda... Hiks.. Hiks.."

Entah kenapa tiba tiba saja Hali menyebutkan Bunda lalu menangis di antara kedua lutut nya yang ia peluk dengan kedua tangan nya untuk menutupi wajah nya agar orang yang ada di sekitar nya tidak mengetahui kalau ia sedang menangis sekarang ini.

Tapi, mungkin Hali lupa kalau Gempa ada di samping dan Gempa yang ada di samping nya itu mendengar suara tangis Hali dan langsung panik.

"Kak? Kau kenapa? Kenapa kau menangis? Apakah ada perkataan ku yang menyinggung mu tadi?" Tanya Gempa dengan panik nya lalu memeluk kakak nya itu berharap agar kakak nya itu bisa berhenti menangis.

"Hei ayolah. Tidak ada apa apa sudah menangis. Bagaimana seorang Ketua Kelas yang di kenal garang di sekolah nya bisa menangis seperti ini? Sangat memalukan!" Cibir Sarah yang lalu di cubit pinggang nya oleh Hari.

"Auh..!"

"Kau itu! Orang sedang menangis bukan nya menenangkan nya malah mencibir tidak jelas." Ceramah Hari.

"Hiks.. Hiks.. Bunda.. Kalau mereka berhasil menemukan ku apa yang harus aku lakukan? Hiks.. Tidak mungkin aku bisa melawan mereka. Hiks.. Aku tidak bisa melawan mereka karna mereka karna mereka main nya kelompokan. Hiks.. Jika saudara ku tahu kalau mereka mengincar ku maka mereka juga akan terlibat. Hiks.. Aku tidak ingin mereka tiada hanya gara gara aku. Hiks.. Sekarang ini hanya mereka yang aku punya. Hiks.." Ujar Hali terisak lirih namun masih bisa terdengar oleh orang yang ada di sekitar nya terutama Gempa yang ada di samping nya.

"Semuanya ku hadapi. Semua ku lalui Hiks.. Hiks.. Bunda benar. Hiks.. Tidak semua orang baik. Hiks.. Jangan pernah mudah untuk mempercayai orang lain. Itu yang Bunda katakan dulu yang sekarang masih ku pegang. Hiks.. Walaupun ada murid baru di sekolah ku baik itu murid nya baik atau pun tidak aku tidak pernah ingin tahu siapa mereka. Hiks.. Karna.. Hiks.. Semua murid di sekolah ku saat ini sangat membenci semua saudara ku. Hiks.."

Hali merasakan tubuh nya mulai menghangat dari semua sisi. Ia pun menoleh ke arah semua adik nya yang memeluk nya dari segala sisi.

"Kak, dengar. Kami semua ada di sini untuk mu. Dan dengar. Murid baru yang baru masuk kemarin itu semua nya baik. Mereka semua akan baik jika kakak mau menceritakan semua masalah kakak kepada mereka." Ujar Thorn.

"Dan sekarang tersenyumlah! Jangan selalu memasang wajah datar yang terkadang menyeramkan seperti itu. Kami merindukan senyum mu yang selalu kau tunjukkan pada kami dulu saat waktu kita kecil. Keep smile!!" Ucap Taufan sembari menarik mulut nya sendiri membentuk sebuah senyuman.

Hali yang mendengar itu pun langsung menyeka air mata nya lalu berkata "Bagaimana aku bisa tersenyum seperti dulu kalau sifat ku yang sekarang ini adalah sifat ku yang asli? Kau itu tidak berubah dari dulu." Lalu melepaskan pelukan keenam adik nya dan berdiri dan menggeliat kan tubuh nya yang terasa kaku lalu menatap Hari dkk.

"Hmm.. Hai. Nama ku Halilintar. Jika menurut kalian nama itu kepanjangan, kalian bisa memanggil ku Hali. S-salam kenal." Ujar Hali sembari menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal itu karna gugup karna sudah lama ia tidak pernah berkenalan dengan siapa pun.

"Salam kenal juga. Nama ku Hari Koo. Yang itu Kanglim, Hyunwoo yang satu kelas dengan adik mu Taufan juga Ian dan Heewon, Doori yang satu kelas dengan adik mu Thorn juga Shinbi dan Gumbi, ini Sarah, Ryon, dan juga Gaeun."

"Hali. Tolong maaf kan Sarah jika cibiran nya menyinggung mu." Ucap Hari.

"Tidak apa. Maafkan aku juga karna menangis tanpa alasan. Sarah benar. Aku ini Ketua Kelas. Tidak seharus nya aku menangis. Aku... Hanya mengingat tentang Bunda ku." Balas Hali.

"Tenang saja kak. Semua orang berhak menangis. Tidak hanya anak kecil dan perempuan saja. Lelaki juga berhak menangis." Ujar Ice yang tidur kembali dengan paha Fang yang di jadikan bantal.

"Hei! Kenapa paha ku yang di jadikan bantal?!" Cibir Fang.

"Sekarang tenang saja Lili-chan." Ucap Taufan dengan nada nakal yang langsung di berikan tatapan horor plus listrik yang mengitari tubuh dari sang sulung.

"Bilang sekali lagi temui aku di ruang latihan setelah EASY A." Balas Hali dengan penuh penekanan di setiap kata nya.

"Wah.. Ampun kak!" Ucap Taufan yang langsung lari menghindari sulung yang justru malah di kejar oleh sang sulung.

"Jangan lari kau!!"

BRAAKK

BRUUKK

BZZTT

GEDEBUK

MEOONG

#Bersambung#

Sekian dari cerita saya.

Tolong beri pendapat kalian tentang cerita ini.

Sekian, terima kasih

Tanggal publish:Minggu, 14 Agustus 2022

Jumlah kata:1090

Boboiboy×Shinbi HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang