3. Pembawa Sial

23.7K 2.1K 64
                                    

"Kau benar-benar pembawa sial!" Mallory mengutuk Lyria. "Semua orang yang terlibat denganmu pasti akan mendapatkan bernasib buruk!"

Lyria telah mendengar neneknya mengutuknya seperti ini beberapa kali. Dia pikir dia kebal, tapi rasanya masih tetap menyakitkan.

"Ayahmu tewas, Ibumu terbaring seperti orang mati, perusahaan mengalami krisis, dan sekarang Ramos yang akan menikahimu ditangkap polisi. Lyria, kau seharusnya tidak dilahirkan ke dunia ini!"

"Nenek, jika sesuatu tidak berjalan sesuai dengan kehendak Nenek, jangan menyalahkan orang lain. Terima saja kenyataan." Lyria membalas acuh tak acuh.

"Lyria, ini semua karena kau! Jika masalah perusahaan tidak teratasi, aku pasti akan membuat kau membayarnya!" Eugene, bibi Lyria menatap Lyrian bengis.

"Bibi, apakah kau mengalami masalah dengan otakmu? Kenapa aku yang harus bertanggung jawab atas ketidakmampuan suamimu?"

"Pelacur sialan!" Mallory menghentakan tangannya ke meja dengan marah. Dia benar-benar ingin merobek mulut Lyria saat ini.

"Nenek, jangan terlalu bersemangat, itu tidak akan baik untuk kesehatanmu," seru Lyria.

"Lyria, kau benar-benar berani! Aku akan memerintahkan rumah sakit untuk mencabut semua peralatan yang menempel di tubuh ibumu!" ancam Eugene.

"Lakukan saja, maka kalian tidak akan bisa menjadikan aku alat tawar menawar untuk keuntungan kalian." Lyria tahu lebih dari siapapun bahwa bibinya tidak akan berani menghentikan pengobatan ibunya karena wanita licik itu masih perlu menggunakannya sebagai senjata untuk mendapatkan keuntungan.

"Bu, lihat pelacur kecil ini semakin berani setiap harinya!" Eugene mengeluh pada ibu mertuanya. Dia sangat ingin menusukan sebilah pisau ke dada Lyria karena dia sangat membenci Lyria.

Mallory memelototi Lyria tajam. "Lyria, jangan banyak bertingkah. Jika bukan karena keluarga ini kau pasti akan menjadi gelandangan!"

"Nenek, aku lebih suka tidak tinggal bersama kalian dan menjadi alat pencitraan kalian. Bukankah kalian sangat menikmati dipuji oleh orang lain tentang betapa murah hatinya kalian yang membiayai biaya pengobatan Ibu dan juga membiarkan aku tinggal bersama kalian?"

Wajah Mallory dan Eugene menjadi semakin jelek. Keduanya benar-benar ingin mencekik Lyria saat ini juga. Kata-kata yang diarahkan Lyria pada mereka benar-benar tepat sasaran. Mereka memang memperlakukan Lyria dan ibu Lyria seperti seseorang yang menerima kebaikan mereka, dan mereka menikmati orang-orang memuji mereka karena sangat murah hati.

"Aku harus pergi sekarang. Nenek dan Bibi silahkan berdiskusi mengenai pria mana yang akan kalian nikahkan denganku untuk menyelamatkan perusahaan," seru Lyria dingin. "Oh, benar, sebaiknya Nenek dan Bibi berhenti membeli barang-barang mahal, berhemat akan membantu keuangan keluarga ini."

"LYRIA!" Mallory dan Eugene berteriak sampai wajah mereka memerah karena marah.

"Pelacur sialan! Aku pasti akan membuat kau menderita!" geram Eugene. Berani sekali Lyria menyebut dirinya terlalu boros.

Lyria tidak memedulikan kemarahan nenek dan bibinya, dia hanya pergi meninggalkan ruang keluarga dengan perasaan mati rasa.

Wanita itu masuk ke dalam mobil murahnya, lalu mengemudi dengan suasana hati yang buruk menuju ke rumah sakit. Hari ini dia tidak bekerja karena sebelumnya dia telah mengajukan libur untuk pernikahannya dengan Ramos yang seharusnya diadakan hari ini.

Lyria tidak mungkin menghabiskan waktunya seharian di kediaman keluarga Chaister karena tempat itu sama saja dengan neraka baginya.

Hujan turun dengan lebatnya, Lyria sangat membenci hujan, itu karena ada banyak hal yang menyedihkan yang terjadi padanya ketika turun hujan. Pembatalan pertunangan, kecelakaan orangtuanya, semua itu terjadi ketika turun hujan.

Terikat PadamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang