Prolog

490 49 0
                                    

Udara malam makin menusuk kulit sepasang insan yang sedang menatap gedung-gedung pencakar langit jauh di depan mereka. Senyum dan tawa kini menghiasi wajah keduanya, kendati sebelumnya mereka memasang aksi siaga satu sama lain. Kaki mereka kini terasa berat usai berjalan belasan kilo meter hingga akhirnya memilih beristirahat. Mereka memutuskan duduk ketika melihat bangku kosong di area trotoar yang di sebelahnya terdapat ruko-ruko yang sudah mulai tutup.

Mereka lalu mendesah panjang bersamaan, ketika mengingat nasib masing-masing. Bisa sampai rumah jam berapa kalau begini ceritanya?

"Pacaran, yuk!" Lelaki di sebelah perempuan itu bergeming, lebih tepatnya bengong seolah masih berusaha mencerna informasi apa yang baru saja masuk ke telinganya.

Namun alih-alih memberi jawaban, lelaki di sampingnya menanyakan perihal waktu pada perempuan itu. "Bahkan belum genap 2 jam kita kenal, kamu udah ngajak saya pacaran."

"Memang apa salahnya?" tanya si perempuan sambil memasang tampang polos. Faktanya, ia sadar betul bahwa apa yang dilakukannya adalah hal yang nekat dan berbahaya. Namun, ia seolah mencoba mencari peruntungan malam ini, barangkali nasib percintaannya tidak seburuk hari-harinya.

"Ya, enggak ada salahnya sih, tapi apa kamu enggak takut dicap cewek gampangan? Dan lagi, kamu enggak takut juga kalau bisa aja saya bukan cowok baik-baik?"

"Kalau aku cewek enggak bener, kamu bukan aku ajak pacaran lagi, tapi aku ajak ke sana." Perempuan itu memperhatikan raut wajah lelaki di sampingnya dengan saksama ketika ia menunjuk bangunan yang bertuliskan Iris Hotel. Mata lelaki itu bahkan kini sudah membulat hingga membuat si perempuan memandangnya lekat. Lelaki itu justru tampak salah tingkah ditatap intens. Namun akhirnya, sang lelaki pun tertawa melihat polah si perempuan yang terkadang membuatnya tidak bisa berpikir waras.

"Kenapa kamu ngeliatin saya kayak begitu sih?" tanya si lelaki pada akhirnya.

"Aku mau mencoba mengingat wajah kamu, kalau semisalnya kamu memang beneran orang jahat. Nanti aku gambar, terus kukasih hasilnya ke polisi. Ini karena ponselku ketinggalan di toko aja, ya. Kalau enggak gitu, udah kufoto wajahmu dari tadi."

"Dengar, ya, wajah model begini tuh enggak sembarang orang bisa motret lho."

"Iya-iya, Masnya memang ganteng banget makanya saya ngajak pacaran." Lelaki itu menggelengkan kepalanya. Lama-lama jantungnya meledak mendengar kalimat-kalimat ajaib dari isi kepala si perempuan. "Oh, ya, nama kamu siapa? Kalau aku, Yola."

Lelaki itu tergelak beberapa detik sampai kelopak matanya menipis. Ia mendekati Yola lalu akhirnya menjawab, "Kamu nanya nama setelah ngajak saya pacaran? Ajaib kamu tuh." Ia pun tersenyum lalu kembali berkata, "Satrya. Panggil saya, Satrya!"

 Panggil saya, Satrya!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


18 September 2023

Thursday I'm In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang