Satrya masih sibuk memeriksa beberapa konsep pada program baru yang akan tayang bulan depan menggantikan program yang berakhir bulan ini. Sejauh ini, konsep yang dimiliki timnya cukup matang. Satrya pikir, akhir-akhir ini masyarakat sedang senang membahas hal yang berhubungan dengan dunia kuliner. Betapa menyenangkannya menciptakan kreasi makanan buatan sendiri di rumah. Memasak untuk diri sendiri maupun orang terkasih akan menjadi kepuasan tersendiri bagi mereka yang menyukainya.
Sewaktu kecil, Satrya dan keluarganya terbiasa menonton acara televisi bersama saat malam hari ditemani kue soes buatan sang mama. Kendati banyak makanan serupa di pasaran sana, buatan mamanya memiliki ciri khas tertentu. Satrya paling suka mamanya memberikan aneka isian pada kue soesnya. Ada cokelat, keju, stroberi bahkan bluberi dan ia menyukai semua rasa itu.
Namun, makin ia dewasa, kebersamaan itu kian jarang dilakukan karena kesibukan masing-masing. Tidak hanya kebersamaan yang hilang, camilan buatan mamanya juga terlupakan. Sejujurnya, ia merindukan momen itu. Momen di mana ia bisa mendengar gelak tawa keluarganya dalam satu ruangan. Momen di mana mereka bisa saling membagi keluh kesah yang dirasakan selama seharian beraktivitas di luar rumah. Momen di mana mereka menikmati camilan bersama.
Sebagai anak tunggal, Satrya mendapatkan banyak limpahan kasih sayang dari kedua orangtuanya. Mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, semuanya diperhatikan oleh sang mama. Mamanya sangat detail dalam mengurus anak lelaki satu-satunya itu.
Namun setelah lulus kuliah, peran sang papa lebih mendominasi kepadanya terutama dalam hal memilih pekerjaan. Tidak ada orangtua yang menginginkan anaknya gagal dalam mencapai cita-citanya tentu saja, dan Satrya percaya akan hal itu. Namun, agaknya terlalu mengandalkan cara orangtua menjalani hidupnya terlalu berlebihan dan sejujurnya ia tidak suka bergantung kepada seseorang. Maka dari itu, ia memutuskan mencari jalan kariernya sendiri.
Satrya pernah bergantung pada cinta pertamanya, tetapi ia harus dikecewakan oleh cita-cita perempuan itu. Sebenarnya ia tidak mempermasalahkan apa pun impian perempuan itu, karena menurutnya cita-cita dan cinta bukanlah sebuah pilihan. Ia yakin manusia bisa mendapatkan keduanya secara seimbang.
"Mas, ini naskah buat acara Story of My Cake. Oh ya, itu Mas Satrya beneran sudah dapat calon chef untuk pekan kedua nanti, ya?" tanya Alfa saat Satrya baru saja selesai membuat kopi. Lelaki itu kemudian duduk di kursi kerjanya usai menyesap sedikit kopinya.
"Masih dibicarakan. Saya baru ketemu sama CEO-nya saja kemarin."
"Jadi belum pasti, ya, Mas? Apa saya harus cari chef lain untuk pekan berikutnya? Biar bisa reschedule kalau tiba-tiba ada yang batal tampil."
"Good idea, karena kita juga sudah mulai syuting Minggu depan, Fa. Oh ya, tapi kamu cari rekomendasinya dari beberapa chef yang memenuhi kriteria program kita saja, ya. Itu kamu bawa apa?" tanya lelaki itu ketika matanya menangkap map di tangan juniornya.
"Oh iya, ini berkas untuk Story of My Cake pekan pertama, Mas. Chef Kila Gunawan."
"Jadi? Katanya jadwalnya bentrok."
"Jadwal beliau ke Bangkok di reschedule ke satu bulan lagi gara-gara salah satu talent-nya kecelakaan."
"Ah, begitu." Lelaki itu memasang tampang simpati. "By the way, ini Chef Kila yang menang kontes masak dua tahun lalu, ya?" lanjut Satrya mengajukan pertanyaan pada Alfa.
"Iya. Kenapa, Mas? Harusnya kita tanya chef yang baru menang kemarin, ya?" Satrya melihat Alfa mendadak cemas usai mendengar pertanyaannya.
"Bukan. Saya enggak masalah mau kontes tahun berapapun, yang penting adalah mereka mau tampil di acara kita. Kamu sudah jelaskan tema kita ke mereka kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Thursday I'm In Love
Romance[On Going] Silakan follow untuk membaca! Tidak seperti kebanyakan karyawan yang memiliki waktu istirahat di akhir pekan, Yola hanya bisa tidur menghabiskan jatah liburnya di hari Kamis. Dalam satu minggu, ia hanya punya jatah libur satu hari. Bekerj...