Part 2: Cemara

247 39 1
                                    

Yola sedang makan mi ayam dengan Wiwid di depan Best Mart sambil menahan panas efek dari cuaca dan mi yang baru saja dihidangkan. Yola terbilang jarang sekali makan siang jauh, karena tidak berani meninggalkan toko lebih lama, kecuali ia dan Wiwid mau bergantian satu sama lain. Kalau dulu sebelum Lova pindah toko, ia selalu makan siang dengannya. Lova lebih sering membawa bekal dari rumah dan Yola selalu dibagi. Itu bisa membuat Yola berhemat dan tidak terlalu memikirkan soal makan siangnya.

Namun, Yola harus ikut senang dengan kemajuan karier teman baiknya yang satu itu. Lova sudah naik jabatan, dan ia ikut bangga. Perempuan itu memang karyawan teladan dan sangat menghargai waktu. Lova adalah salah satu panutannya ketika ia baru-baru mengenal sosoknya yang anggun, tetapi juga bisa menjadi sangat manja.

Selesai makan mi ayam di depan Best Mart, Wiwid masih menempeli Yola seraya melempar kata maaf. Namun, satu hal yang Yola membuatnya sebal adalah gadis itu melupakan janjinya atau mungkin sengaja lupa. Entahlah, Yola makin pusing kalau sudah berhubungan dengan polah partner kerjanya yang satu ini.

"Apaan sih, nempel-nempel begini, Wid? Gerah, tau!" Yola mengibaskan rambut panjangnya hingga mengenai wajah Wiwid yang masih berdiri di sampingnya. Namun, Wiwid tidak menyerah. Gadis itu berusaha merangkul lengan Yola.

"Sumpah, La, kemarin tuh gue lupa beli cokelatnya."

"Iya, iya, demi bulan dan bintang yang ada di angkasa gue percaya kok, Wid."

"Ih, Yola! Besok deh, gue traktir makan sebagai gantinya."

"Enggak usah janji-janji manis melulu kalau cuma bisa ingkar. Udah kayak caleg aja Lo! Lagian ya, gue juga masih mampu kok buat beli makan sendiri."

Tiba-tiba Wiwid menarik tangan Yola untuk menahannya masuk ke dalam toko, tetapi karena tubuhnya sedang tidak seimbang sehingga menyebabkan gadis itu jatuh terduduk. Yola meringis, bokongnya terasa perih. Ia lalu bangkit berdiri sembari menepuk-nepuk celananya yang kotor dari debu.

"La, maaf. Gue enggak sengaja." Gadis di depan Yola tampak panik dengan wajah yang sudah memerah seperti akan ada hujan turun di matanya.

Yola hanya bergeming memandang Wiwid penuh kebingungan. Ia tidak menyangka bisa berteman dengan perempuan berwajah imut ini. Perempuan yang Yola kira polos, ternyata bisa sangat menyebalkan.

Kira-kira, harus Yola apakan rubah kecil ini?

Yola memilih masuk ke dalam toko dan melakukan pekerjaannya. Tak lama kemudian, datang kurir pengantar stok barang. Ia meminta Wiwid mengawasi dan memeriksa barang yang masuk sementara Yola memilih selonjoran di anak tangga, karena mereka belum kedatangan pelanggan.

Yola melihat Wiwid sedang sibuk bergelut dengan tumpukan karung berisi ayam utuh sembari memeriksa catatan di tangannya. Usai menghitung dan mencatat, kurir tersebut pergi meninggalkan Wiwid yang kini sedang menyeret satu per satu karung berisi ayam ke dalam toko. Jumlahnya tidak main-main ada 10 karung, meski begitu Yola masih belum mau bergerak membantu sang teman. Di sisi lain ia bersyukur, karena Wiwid cukup tahu diri tidak meminta bantuan kepadanya.

Salah siapa hari ini tidak membawa cokelat seperti yang perempuan itu janjikan kepadanya. Yola sih, sudah paham polah Wiwid yang sering mengingkari janji demi merayunya. Oleh karena itu, kali ini ia akan bersikap sedikit egois.

Wiwid mengeluarkan ayam dari dalam karung ke pendingin besar dengan fokus dan hati-hati, sementara Yola sedang menerima telepon dari Mama Mia. Keduanya tidak menyadari kehadiran seseorang sampai akhirnya sindiran orang tersebut mengalihkan atensi mereka. Lebih tepatnya, sindiran tersebut ditujukan kepada Yola.

"Begini ya, cara kerja kamu selama ini!"

Mampus gue!

"Selamat siang, Bu Indy. Apa kabar, Bu? Makin glowing aja." Yola buru-buru bangkit seraya menghampiri perempuan yang disapanya itu.

Thursday I'm In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang