Yola bekerja dalam diam seharian ini. Sejak sampai toko dan mulai melakukan pekerjaannya, gadis itu bahkan belum memulai percakapan santai dengan Wiwid sampai membuat partner-nya yang satu itu bertanya-tanya dalam hening.
Selama beberapa hari ini Yola sudah berpikir matang perihal keputusan yang akan diambil demi masa depannya. Ia belum memberitahu Wiwid, karena takut gadis itu akan menjadi heboh dan menceritakan ke mana-mana. Yola ingin pergi dari perusahaan tempatnya bekerja saat ini dengan tenang dan baik-baik. Yola berniat memberi tahu gadis itu minimal satu minggu sebelum pergi saja. Meski begitu, ia harus siap mendengarkan protes dari Wiwid untuknya.
"Mau makan siang di mana, La?" tanya Wiwid saat jam istirahat sudah tiba.
"Lo aja, Wid. Gue lagi males makan."
"Gue traktir deh."
"Enggak perlu bercanda!"
"Dih, serius, La. Kalau cuma makan batagor depan toko mah, duit gue masih cukup kali."
"Enggak usah. Gue lagi enggak nafsu makan, Wid."
"Lo lagi ada masalah, ya, La?" Meskipun terbilang ceroboh dalam hal pekerjaan, nyatanya Wiwid cukup peka terhadap kondisi teman dekatnya. Yola bersyukur untuk sifatnya yang satu itu. "Ada apaan sih?"
"Lagi sumpek aja sama orang rumah," ujar Yola sambil menaruh ponsel di saku kemejanya.
"Lo lagi marahan sama orang rumah, ya?" Setelah diam beberapa saat, Yola akhirnya mengangguk pelan. "Memang tuh, enggak enak banget kalau lagi marahan sama orang rumah. Mau tetep diem-dieman, tapi mereka keluarga. Mau bersikap seolah enggak terjadi apa-apa, tapi sakitnya terasa nyata. Serbasalah banget. Kalau gue sih, sekarang cuek aja, La."
"Tapi kadang enggak semudah itu, Wid. Katanya, kita juga harus hormat sama orang yang lebih tua."
"Cuek yang gue maksud adalah fokusin ke diri sendiri aja dulu. Kalau gue enggak suka sama sikap mereka, ya, gue bakalan marah sama mereka. Sekarang gue enggak mau mendam-mendam lagi perasaan enggak enak cuma, karena mereka berstatus sebagai keluarga atau mereka lebih tua dari kita. Kalau bukan gue yang sayang sama diri gue sendiri, siapa lagi kan, ya?!"
Kata-kata Wiwid membuat Yola kembali berpikir, apa benar sikapnya kemarin tidak jadi masalah. Kalau diingat-ingat ke belakang, ia memang selalu bersikap legowo terhadap perlakuan Mama Mia dan Yayu kepadanya. Mungkin karena hal itulah juga Yola sering menyepelekan perasaannya sendiri.
Sepulang kerja Yola bertemu dengan Lova di depan minimarket langganan mereka. Keduanya duduk saling berhadapan sembari menyesap teh dingin kemasan botol. Yola menghela napas beberapa kali. Hal itu tentu saja mengalihkan perhatian Lova dari ponsel di genggaman tangannya.
"Udah packing, La?"
"Udah, sebagian. Lagian barang gue sedikit."
"Tetep aja. Lo harus detail lho. Jangan sampai ada satu barang pun yang ketinggalan. Bisa berabe urusannya. Lo kan, ke Ausi bukan seminggu dua minggu, tapi lebih dari itu."
"Iya, Nyonya. Bawel lo!"
"Dikasih tau malah bilang gue bawel lo!"
"Ih, sensi. Kenapa lo, Va? Muka lo kusut banget."
"Biasa lah."
"Kenapa lagi sama laki lo?"
"Sepele sih. Kemarin pas berangkat kerja playlist gue disetop sama dia."
"Diganti lagu dangdut?" tanya Yola sambil menahan senyum, perempuan itu hanya mengangguk pelan. Yola tahu betul musik favorit Lova berbanding terbalik dengan pasangannya. Oleh karena itu, setiap hari mereka bertukar playlist demi menjaga kerukunan rumah tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thursday I'm In Love
Romance[On Going] Silakan follow untuk membaca! Tidak seperti kebanyakan karyawan yang memiliki waktu istirahat di akhir pekan, Yola hanya bisa tidur menghabiskan jatah liburnya di hari Kamis. Dalam satu minggu, ia hanya punya jatah libur satu hari. Bekerj...