Part 3: Tragedi

215 40 0
                                    

Yola mengucek matanya ketika keluar dari kamarnya. Ia berkeliling rumah, tetapi tidak menemukan siapapun. Mungkin penghuni rumah sudah beraktivitas masing-masing. Yola lalu berjalan menuju dapur. Perutnya butuh asupan kalori pagi ini. Nasi hangat dengan telur ceplok dan sambal matah sepertinya akan nikmat, pikirnya. Namun saat ia membuka lemari pendingin, tidak ada stok telur. Ia lalu mencari-cari ke bagian bawah lemari pendingin, stok sayuran pun kosong.

Memangnya, sudah berapa lama Mama Mia tidak berbelanja? Padahal belum lama ini perempuan itu meminta uang belanja tambahan, tetapi telur saja sudah tidak ada sisa. Yola mendesah lemah. Lantas ia memilih menyeduh minuman berenergi untuk sarapan paginya, daripada perutnya keroncongan.

Usai mandi dan rapi-rapi, Yola memutuskan untuk berbelanja bahan masakan. Ia juga ingin bereksperimen mencoba resep baru yang belum sempat dicobanya. Sejauh ini, satu per satu kue dan roti yang ingin dibuatnya sudah terealisasi. Belum lama ini, Yola membuat roti sobek, isinya ia beri kismis dan cokelat. Saat itu ia meminta Wiwid mencicipi dan meminta masukan dari gadis itu. Syukurnya, Wiwid mengatakan hasil karya Yola lumayan enak.

"La, ternyata lo pinter bikin roti. Ini kalau dijual bisa jadi cuan lho!"

"Doain aja, Wid, suatu hari nanti gue punya toko roti."

Hampir satu jam, Yola masih asyik mengadon tepung dan bahan-bahan lainnya untuk membuat kreasinya hari ini. Namun, suara pintu terbuka mengalihkan perhatiannya karena ia lumayan terkejut.

"Kamu libur?"

"Iya, Ma. Ini kan, hari Kamis."

"Tau begitu, kamu bantuin Mama di tempat laundry. Kiki lagi enggak masuk soalnya. Itu kamu lagi ngapain?" tanya perempuan itu sambil melirik pekerjaan Yola.

"Nyoba bikin croissant, Ma."

"Kamu tuh, libur kerja bukannya bantuin orang tua malah ngacak-ngacak dapur terus. Mending ya, kamu bikin itu makanan yang jelas. Ini makanan apa tuh tadi namanya? Namanya saja susah, pasti rasanya enggak jelas juga. Sebaiknya, sekarang kamu beres-beres terus bantuin Mama di laundry!"

"Tapi, Ma. Yola kelarin ini dulu, ya. Tanggung soalnya udah beli bahan-bahannya."

"Yola, kamu tuh, kalau diminta bantuin orang tua enggak perlu banyak alasan. Harus gerak cepat begitu, bisa enggak sih?!" Mama Mia melempar tatapan tajam saat Yola tidak mampu berkata-kata lagi, kemudian perempuan itu langsung pergi seolah tidak ingin ucapannya mau dibantah.

Yola mendesah panjang. Ini yang membuatnya tidak menyukai hari Kamis. Walaupun libur kerja, tetapi ia tidak bisa melakukan apa pun sesuai dengan keinginannya bahkan berkreasi di dapur.

Sejak dulu, Yola tertarik dengan kue dan roti yang cantik. Saat usianya masih tujuh tahun, sang mama sering sekali mengajaknya membuat kue bersama. Kue favorit buatan mamanya adalah croissant dengan isian krim manis. Namun, sampai saat ini Yola masih belum bisa membuat croissant yang rasanya mirip dengan buatan mendiang mamanya.

Sesampainya di tempat laundry Mama Mia, Yola langsung diminta mengantar pesanan. Ya, Yola memang tidak berharap akan diberi waktu untuk sekadar beristirahat atau duduk. Beruntungnya, tujuan pengirimannya tidak terlalu jauh dari tempat laundry. Yola menyusuri kawasan komplek cluster usai meminta izin kepada pihak keamanan di depan gerbang utama tadi. Pelanggan jasa laundry Mama Mia boleh juga, gumam Yola dalam hati.

Setelah menemukan nomor rumah yang dicari, Yola menekan bel agar seseorang bisa keluar menemuinya. Tak lama kemudian, keluar perempuan muda dengan rambut dikuncir bertanya kepadanya.

"Permisi, Mbak. Saya mau antar hasil laundry."

"Oh, tunggu sebentar ya. Saya ambil uangnya dulu." Sambil menunggu, sepasang mata Yola berkeliling memandang rumah-rumah elite di sekitarnya. Ia takjub. Harus punya gaji berapa agar ia bisa tinggal di rumah seperti ini, batin Yola miris.

Thursday I'm In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang