CHAPTER 32 : HOLIDAY

6.7K 701 73
                                    

JENNIE POV

Aku yang sedang asyik memasak sarapan tiba-tiba dikejutkan dengan uluran tangan yang begitu panjang di pinggangku sampai ke perut dari belakang. Aku tersenyum ketika sebuah dagu bertumpu di pundak kiriku. Aku meliriknya dengan mataku dan tentu saja siapalagi kalau bukan makhluk yang paling kusayang.

"Jika kau masih mengantuk kenapa sudah bangun?" tanyaku karena melihatnya masih memejamkan mata dengan sempurna.

"Kenapa aku malah mendapatkan omelan bukan ucapan selamat pagi?" rutuknya kesal dengan mengerutkan kedua alisnya.

Aku menatapnya dari samping dan mencium bibirnya, "Morning, honey." satu kecupanku membuatnya tersenyum lebar.

Dia mengangguk, "Eeemmmm, morning too, my lovely." balasnya dengan suara serak bangun tidur.

"Aku mau satu lagi." rengeknya dengan mengeratkan pelukannya di tubuhku.

"Apa?"

"Ciumanmu." jawabnya polos.

Aku memukul kepalanya pelan, "Ini masih pagi tapi otakmu sudah sangat kotor."

"Ciuman bukan hal yang kotor, baby." dia selalu punya alasan untuk menjawabku.

"Terserah. Sekarang cepat mandi lalu sarapan sebelum kita pergi ke kantor." perintahku sambil terus melakukan aktifitas memasakku.

"Kau juga belum mandi, kan? Aku akan menunggumu saja seperti ini. Jadi kita bisa mandi bersama." jawabnya lagi dengan polos.

"Lalisa, jangan buat aku marah." aku sengaja membuat nada suaraku datar agar dia takut.

"Baby~" dia malah merengek seperti anak-anak.

"Cepat mandi atau kau tidak akan mendapatkan ciuman dariku sepanjang hari." aku mengancamnya dan biasanya itu berhasil.

Dia menghela nafasnya kasar, "Kau selalu tahu kelemahanku." lirihnya sambil memajukan bibirnya.

Akhirnya dia melepaskan pelukannya setelah mencium pipiku dengan begitu gemasnya. Dia pikir aku ini boneka sehingga dia bisa menciumku dengan sekeras itu.

Hari ini aku memasak gyeran jjim. Kekasihku suka sekali makanan olahan telur, jadi untuk sarapan aku sering menggunakan telur sebagai bahan utama. Bukankah aku sudah seperti istrinya yang melayaninya setiap pagi?

Aku tidak pernah keberatan sama sekali memasak sarapan untuknya setiap hari. Aku merasa itu sudah menjadi tugasku sebagai kekasihnya, apalagi apartemen kami bersebelahan. Aku selalu merepotkannya setiap malam dengan meminta ini dan itu. Tentu saja aku juga tidak akan merasa terganggu hanya dengan memasak untuknya. Simbiosis mutualisme?

Hari-hari kami begitu menyenangkan. Seperti pekerjaan seberat apapun kurasa akan selalu terasa ringan jika Lisa disampingku. Dia bukan hanya membantu secara fisiknya saja, tapi dalam urusan mental dia juga ada di dalamnya. Kasih sayang yang dia berikan padaku selalu membuatku merasa hangat dan nyaman. Setiap sentuhannya, pelukannya, ciumannya selalu membuatku menjadi lebih tenang seberat apapun beban yang aku punya.

Aku sudah menyelesaikan masakanku dan menaruhnya di meja makan kecil kami. Beberapa saat kemudian Lisa keluar dari kamar dan dia sudah sangat siap dengan pakaiannya. Dia menggunakan turtleneck berwarna putih dibalut dengan blezeer cokelat kotak kotaknya serta celana hitam. Dia menaruh tasnya di sofa dan ponselnya di meja. Dia mendekatiku dan membalikan tubuhku sehingga aku bisa menghadapnya. Aku sudah tahu apa yang akan dia lakukan.

Wajahnya sangat dekat denganku dan ekspresinya menunjukan rasa memohon. Dia benar-benar maniak.

"Kau sengaja belum mengolesi bibirmu dengan apapun?" tanyaku karena melihat bibirnya masih polos.

THE LOVELY NEIGHBOUR - JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang