EPILOG

8K 635 71
                                    

LISA POV

"HONEY DIMANA KAU MENYIMPAN BAJU TIDURMU KEMARIN!!!" teriakan Jennie dari lantai dua sudah terdengar. Sekarang aku berada di dapur untuk membuatkan susu untuknya. Namun belum lima menit aku di bawah, dia sudah berteriak seperti orang gila.

Ya! Lama-lama aku yang bisa gila berada di rumah ini. Tiada hari tanpa teriakan istriku. Tiap menit selalu saja ada alasan untuknya berteriak. Hal sekecil apapun maka dia akan berteriak jika aku tidak berada di sampingnya. Jadi bulan lalu aku memutuskan untuk lebih baik bekerja di rumah saja dibanding harus pergi ke kantor karena Jennie bisa menelfonku ratusan kali dalam sehari hanya untuk meneriakiku.

Eomma dan Mommy bilang ini bawaan bayi di dalam perutnya. Dia sudah hamil lima bulan dan dalam tiga bulan ini teriakannya terus menggema tidak tahu waktu. Seperti sekarang, padahal ini sudah larut namun dia tidak peduli. Untungnya rumah yang kubeli dengan uang tabunganku ini cukup besar, jadi sekeras apapun Jennie berteriak, tidak akan mengganggu tetangga sebelah.

Walau telingaku yang akan panas.

Aku terkadang ingin juga memarahinya ketika dia sudah diluar batas, namun aku tidak berani untuk melakukannya lagi. Pernah suatu waktu aku marah padanya karena dia membentakku di depan Appa dan Eomma hanya karena aku lupa tidak membuatkannya susu. Waktu itu kami menginap di rumah orangtua Jennie, dan pekerjaanku sangat menyiksa. Jadi mungkin waktu itu aku juga sedang kesal, sehingga ketika Jennie marah dan membentakku, aku justru lebih marah padanya. Membentaknya balik karena itu hanya masalah kecil tapi dia berlebihan.

Dia menangis semalaman dan aku menyesal marah padanya. Dia berjanji tidak akan melakukannya lagi saat itu. Tapi janji tinggalah janji. Hari-hari berikutnya aku tetap dalam keadaan yang masih sama. Tapi tidak apa-apa, aku rela melakukan apapun demi Jennie dan calon bayi kami.

Bicara tentang calon bayi, aku dan Jennie melakukan program IVF dimana sumsum tulang belakangku menjadi pengganti sperma pria. Aku terkejut ketika itu bisa dilakukan. Pada awalnya aku tidak percaya dan karena memang tidak terlalu mengerti  jadi berpikir bahwa itu akan sia-sia. Namun Jennie terus meyakinkanku bahwa kami bisa memiliki anak dari kami sendiri.

Dan itu benar-benar terjadi, sekarang Jennie sudah hamil lima bulan meski perjuangan untuk bisa hamil memerlukan waktu tiga tahun. Beberapa kali gagal dan sedikit membuatku frustasi. Tapi Jennie selalu ada untuk menyemangatiku. Dia selalu berkata bahwa setiap usaha akan mendapatkan bayarannya.

Aku mencintai istriku, sifatnya berubah setelah menikah denganku. Berubah menjadi lebih baik tentunya. Dia menjadi lebih penyabar, sangat sayang padaku, dan menjadi lebih dewasa.

Tapi tidak saat dia masuk masa kehamilan. Moodnya naik turun, emosinya meningkat apalagi padaku. Aku yang harus belajar lebih sabar dalam menghadapinya.

Aku membuka pintu kamar kami di lantai dua dan meletakan susu yang baru kubuat di meja. Aku melihatnya hanya menggunakan pakaian dalamnya saja. Kebiasaannya adalah menggunakan pakaian yang aku pakai kemarin sebelum tidur.

"Ada apa, wifey?" ucapku lembut dan menghampirinya.

"Dimana bajumu!!!" dia sudah bertolak pinggang.

Aku mencium keningnya, "Tadi pagi saat aku bangun, aku berkeringat. Jadi aku langsung memasukannya ke dalam tempat pakaian kotor." semalam Jennie tidak bisa tidur karena kedinginan jadi aku matikan AC di kamar kami. Alhasil aku berkeringat dan bajuku tidak mungkin aku simpan.

"Kau tahu aku tidak bisa tidur jika tidak menggunakan bajumu, Lisa!!!!" dia mulai marah padaku. Aku hanya menghela nafas dan mencoba untuk menjadi lebih sabar lagi.

THE LOVELY NEIGHBOUR - JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang