CHAPTER 41 : ACCIDENT

5.8K 649 71
                                    

JENNIE POV

"Pertemuan hari ini cukup sampai disini. Terimakasih atas waktu kalian semua." Appa berdiri kemudian diikuti oleh semua orang yang berada di ruang rapat ini, termasuk aku. Semua memberi hormat pada Appa dengan membungkuk kecil kemudian berjalan satu per satu meninggalkan ruang rapat. Sekarang tinggal tersisa Appa di ruangan ini namun moodku semakin buruk meski sekarang dia tersenyum padaku.

Bagaimana moodku tidak berubah menjadi buruk, Appa mengumumkan bahwa lusa aku ditugaskan dengan beberapa direksi perusahaan untuk memantau perkembangan kerjasama
perusahaan kami dengan perusahaan ternama di Paris yang waktu itu melakukan perjanjian kerjasama dengan Appa. Yang menjadi masalah adalah kenapa harus aku!

Aku tidak masalah jika Lisa ikut, tapi Appa mengatakan ini hanya aku dan beberapa direksi tanpa ada yang lain. Itu berarti aku tidak bisa bersama Lisa untuk beberapa hari ke depan? Appa bercanda.

"Kemarilah.." Appa menggerakan tangannya supaya aku menghampirinya namun egoku sangat tinggi jadi aku hanya diam saja di kursiku. Aku sedang kesal padanya, kenapa tidak dia saja yang pergi ke Paris. Lagipula ini tidak ada urusannya dengan cabang perusahaan yang sedang kupegang.

"Kau marah pada Appa karena Appa menugaskanmu ke Paris?" tanyanya lembut. Aku masih enggan menatap wajahnya.

"Lisa akan baik-baik saja disini. Appa akan menjaganya dari para wanita yang mengejarnya, tenang saja." ucapnya sambil terkekeh. Aku menatap Appa dengan tajam. Dia pikir ini lucu? Aku mempersalahkan jarak tapi sepertinya Appa tidak mengerti.

Padahal semalam aku baru saja mendapatkan kebahagiaan yang paling membahagiakan dalam hidupku saat dimana Lisa melamarku. Aku juga berniat untuk menceritakannya pada Appa hari ini. Namun dengan penugasan mendadak seperti ini membuatku tidak ingin berbicara banyak pada Appa.

"Ayolah, Jennie. Jika bukan kau, siapalagi yang bisa melakukan pekerjaan ini dengan baik. Appa hanya percaya padamu." ucapnya dengan lembut.

Aku menghela nafas dengan kasar. Aku ingin sekali menolak tapi disisi lain juga aku tidak mungkin membuat Appa kecewa. Tapi bagaimana bisa aku berjauhan dengan Lisa dalam waktu yang lama. Ini benar-benar membingungkanku.

"Kenapa aku tidak bisa pergi dengan Lisa?" tanyaku, berharap Appa masih mengizinkan aku membawa Lisa.

"Jennie, ini hanya memantau kerjasamanya, kau tidak memerlukan Lisa disana. Lisa lebih dibutuhkan di perusahaanmu. Appa tidak bisa menggantikanmu disana karena beberapa pekerjaan yang tidak bisa Appa tinggalkan." tidak memerlukan Lisa katanya? Apa aku tidak salah dengar? Hidupku benar-benar membutuhkannya.

"Tolong profesional. Bedakan mana yang pekerjaan dan mana kehidupan pribadimu." sekarang dia berkata dengan tegas. Appa justru sudah mengusik kehidupan pribadiku dengan mengatakan seperti itu.

Tapi aku tidak bisa melawannya. Cabang perusahaan yang aku pegang masih atas namanya jadi aku tetap harus mengikuti apa yang dia katakan meskipun sekarang aku jengkel setengah mati.

"Kita bicarakan saja nanti." jawabku dengan malas.

"Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Tiket sudah siap dan kau harus pergi besok lusa." aku membulatkan mulutku ketika Appa mengatakannya. Dia sudah mempersiapkan ini bahkan sebelum dia mengatakannya padaku.

"Ck! Setidaknya Appa harus bicarakan ini dulu padaku!" bentakku padanya. Dia tidak menjawabku melainkan mengusap kasar wajahnya. Aku kesal dan untuk menghindari emosiku yang semakin tinggi aku meninggalkan ruangan rapat dan berniat kembali ke kantorku. Aku membutuhkan Lisa sekarang juga sebelum emosiku memuncak. Appa memanggilku namun aku menolak untuk menolehnya lagi.

THE LOVELY NEIGHBOUR - JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang