CHAPTER 45 : HEARTBREAK

5.2K 635 211
                                    

LISA POV

Aku tidak tahu sama sekali apapun yang Jennie kerjakan di Paris. Bertanya pada Appa pun rasanya tidak etis karena ini memang murni karena pekerjaan. Tapi semenjak hari itu, dimana saat aku menghubunginya, Jennie benar-benar berubah.

Tidak banyak waktu yang dia miliki untukku. Meskipun memang setiap hari kami bertelfon atau melakukan panggilan video namun tidak pernah sampai lebih dari dua menit. Dia hanya mengucapkan selamat pagi atau selamat malam. Dia tidak pernah menanyakan kabarku, ataupun menanyakan bagaimana aku.

Selama lima hari ini dia hanya mengucapkan dia merindukanku kemarin. Itupun aku yang bertanya terlebih dahulu apakah dia merindukanku atau tidak.

Setiap harinya dia selalu mengeluhkan pekerjaannya disana sangat melelahkan meskipun dia tidak pernah mengatakan apa yang dia kerjakan. Aku hanya bisa berpikir positif saja bahwa dia seperti ini karena pekerjaannya mungkin?

Jika ya, aku mungkin bisa memakluminya. Aku tahu dia bekerja disana dengan teamnya tapi dia sendirian. Aku tidak mau terlalu mengganggu fokusnya sekarang hanya karena keegoisanku mengeluhkan sikapnya walaupun sebenarnya itu wajar saja jika aku mengeluh. Tapi bukankah cinta saling memahami? Jadi selama Jennie bukan berbuat sesuatu yang salah kupikir memaklumi sikapnya sekarang harus aku lakukan.

Hari ini dia pulang dan aku akan menjemputnya di bandara. Setelah lima hari berpisah aku akan segera bertemu dengannya lagi. Jujur aku sangat merindukannya. Kami belum pernah berpisah sangat lama seperti ini.

Aku baru selesai mandi dan menyemprotkan parfumku sangat banyak. Jadi ketika Jennie memelukku nanti dia akan merasa nyaman dan tidak mau melepas pelukannya. Aku benar-benar mempersiapkan penampilanku serapi mungkin. Tidak ada alasan khusus, hanya ingin bersanding dengan kekasihku yang luar biasa. Aku sadar diri jika aku bukan siapa-siapa dibandingkan Jennie yang adalah seorang CEO muda yang hebat. Jadi setidaknya aku hanya perlu memantaskan diriku sendiri, minimal dari penampilanku yang rapi.

Aku menyetir sendiri menuju bandara. Memutar lagu kesukaanku dengan Jennie. Selera musik kami sama, jadi kami sering bernyanyi di dalam mobil saat berkendara. Aku tersenyum sendiri membayangkan wajah kekasihku yang selalu ceria ketika bernyanyi bersamaku di dalam mobil. Astaga, aku semakin merindukannya.

Sesampainya di airport aku memilih untuk menunggu tidak jauh dari gate dimana Jennie akan keluar dari sana. Sebelum sampai di airport aku memilih untuk mengunjungi salah satu cafe dan membelikan Jennie segelas kopi dan menaruhnya di mobil. Dia pasti lelah jadi segelas kopi bisa membantu menyegarkan dirinya lagi setelah penerbangan yang melelahkan.

Sambil menunggu Jennie aku memasang airpods setidaknya menghilangkan kejenuhanku. Baru saja 4 lagu selesai diputar aku melihat banyak orang keluar dari gate yang aku nantikan. Aku yakin itu adalah penerbangan dari Paris. Aku langsung menaruh lagi airpods ku di tempatnya dan berdiri untuk mendekati gate. Senyumku merekah dengan sendirinya menantikan Jennie. Aku merindukan segala tentangnya, dan rasanya kekesalanku selama lima hari ini mungkin akan hilang ketika melihat lagi wajah cantiknya.

Saat aku berjalan tiba-tiba keluarlah Jennie dari sana. Namun jantungku kemudian berderu sangat cepat diiringi senyumku yang saat itu juga menghilang. Tanganku mengepal menahan rasa yang sama sekali tidak bisa kujelaskan.

Dia berjalan dengan seseorang yang ingin aku rusak wajahnya sekarang. Tidak ada rasa canggung atau apapun dari raut mereka. Jennie melihatku dari kejauhan dan melambaikan tangannya dengan gembira. Tapi aku tidak menunggu senyuman itu lagi, pikiranku sekarang teralihkan pada seseorang di sampingnya.

Aku tetap berjalan mendekat pada dua orang ini. Begitu dekat, namun lamgkahku tidak ku arahkan pada Jennie, melainkan pria brengsek yang sudah pernah menyakiti Jennie.

THE LOVELY NEIGHBOUR - JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang