CHAPTER 7 : NO CHOICE

5.7K 813 91
                                    

JENNIE POV

Kupikir penderitaanku berakhir tadi malam setelah mengerjakan pekerjaan yang begitu menguras tenaga. Namun hari ini aku harus dihadapkan kembali dengan beberapa masalah. Penjualan turun dan menyebabkan bulan ini keuntungan tidak sebagus bulan lalu. Kepalaku rasanya hampir pecah.

Aku dengan tegasnya memberikan pernyataan bahwa bulan depan tidak ada bonus untuk mereka. Ini terlalu kejam tapi menurutku wajar. Bonus bisa mereka raih jika keuntungan perusahaan melebihi target.

Aku melewatkan sarapan pagi ini. Tadinya aku ingin sarapan setelah briefing karena aku sudah membeli sandwich dan segelas kopi panas. Tapi melihat laporan hari ini rasanya aku ingin membuang sarapanku saja. Benar-benar tidak membuatku berselera sekarang.

Tok tok tok~

Ketukan dari balik pintu terdengar. Aku sudah yakin jika itu temannya miss Park karena sebelumnya dia mengingatkanku tentang temannya hari ini. Dan aku menyuruhnya untuk naik sekarang juga. Aku tidak tahu kapan aku punya waktu untuk mewawancarainya lagi selain pagi ini. Siang nanti aku akan mengadakan internal meeting dengan beberapa direksi dari cabang lainnya dan juga Appa di kantor pusat. Jadi kurasa sekarang waktu yang tepat.

"Yes? masuk." aku sedikit berteriak.

Beberapa detik terdengar pintu dibuka. Aku masih sibuk membuka email satu-satu. Hanya satu malam dan emailku sudah mencapai ratusan. Aku benar-benar ingin menangis sekarang.

"Kau temannya miss Park, kan? Silahkan duduk." aku menyuruhnya duduk karena dia tidak bersuara.

Aku berhenti membuka email dan melihat calon sekertarisku ini. Aku bertemu dengan matanya yang bisa membuatku pingsan detik ini juga.

Apa ini mimpi buruk?

Apa aku belum terbangun dari tidurku karena terlalu lelah bekerja semalam?

Aku mengerjapkannya beberapa detik, kupikir aku akan terbangun dari mimpiku. Nyatanya ini bukan mimpi. Tolong pukul kepalaku agar aku hilang ingatan.

Pertama, dia adalah orang yang menjatuhkan aku dengan tumpukan buku-bukuku tanpa meminta maaf sedikitpun. Kedua, dia adalah orang yang menyebutku wanita yang memiliki banyak masalah. Dan ketiga, dia adalah orang yang menuduhku mencuri ayamnya.

What the fuck!

Dan orang yang ada di hadapanku ini, dia orang yang sama!!!

"Ha..hai.. Kita.. bertemu lagi..." ucapnya dengan gugup. Aku hanya membeku menatapnya. Rasanya ingin berteriak dan mengusirnya sekarang juga. Tapi aku ingat ini adalah kantorku. Aku tidak bisa membiarkan emosiku terhadapnya merusak citraku sebagai CEO disini.

Aku berkali-kali menelan ludahku dengan susah payah karena tenggorokanku tercekat. Dia dengan wajah canggungnya duduk di hadapanku dengan senyum yang dipaksakan.

"Siapa yang menyuruhmu duduk?" tanyaku sebelum aku bisa meledak kapan saja.

"Jika aku tidak salah dengar, kau yang menyuruhku duduk tadi." jawabnya dengan takut-takut.

Kepalaku lebih pusing rasanya sekarang. Aku menyesal, sangat amat menyesal. Jika aku tahu orang yang di rekomendasikan oleh miss Park adalah manusia aneh yang sekarang di hadapanku, aku akan menolaknya saat itu juga.

Kenapa ini harus terjadi kepadaku?!?!

Dia menaruh map di atas mejaku dan berkata, "Ini CV milikku. Kau bisa membacanya dahulu. Terakhir aku bekerja di—"

"Bawa kembali. Aku tidak membutuhkannya." ucapanku memotongnya.

Aku tidak peduli jika dia akan marah atau apapun. Aku tidak ingin berada dengannya. Bayangkan saja, aku sudah muak baru berada dua hari di apartemenku karena dia. Bagaimana mungkin aku akan bertahan lebih lama lagi jika di kantorku pun aku bersama dia.

THE LOVELY NEIGHBOUR - JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang