CHAPTER 31 : MY BABY

7.7K 727 125
                                    

LISA POV

"Lisa, jangan bekerja terus! Aku sudah lapar~" ini rengekan Chaeyoung yang kesepuluh. Semenjak tadi dia merengek agar aku segera menyelesaikan pekerjaan. Tapi bagaimana lagi, aku tidak mungkin menunda pekerjaanku karena pacarku yang cantik akan memarahiku besok pagi jika aku tidak menyelesaikannya.

"Kau sudah memakan persediaan cemilanku, apa tidak cukup untuk mengganjal ususmu yang tidak tahu diri itu?!" aku memelototinya tapi dia malah mlemparku dengan notes kecil.

"Sialan! Popcorn saja tidak cukup. Itu hanya mengotori gigiku!" sekarang dia menghina makananku, padahal beberapa menit yang lalu dia kegirangan memakan popcorn karamel milikku.

Aku mematikan komputerku agar tupai ini tidak terus mengoceh. Aku dan dia akan pergi makan malam. Sebenarnya kami berempat, dengan Seulgi dan juga Irene. Namun ternyata di jam-jam menuju pulang, tanpa diduga mendadak ada pekerjaan yang harus Jennie selesaikan. Aku tidak mungkin membiarkannya bekerja sendiri jadi aku meminta maaf pada tiga temanku agar menungguku menyelesaikan pekerjaan. Seulgi dan Irene memilih untuk pergi dulu mencari hadiah untuk ulang tahun pernikahan orangtua Irene. Aku sudah menyuruh orang di depanku ini untuk ikut mereka tapi dia tidak mau. Kurasa dia lebih memilih untuk merecoki pekerjaanku disini.

"Aku sudah selesai. Aku pamit dulu pada Jennie." Chaeyoung hanya mengangguk.

Hanya Chaeyoung, Seulgi dan Irene yang tahu jika aku dan Jennie memiliki hubungan. Awalnya mereka semua terkejut karena mengapa bisa secepat itu. Dan Seulgi adalah orang yang paling bersemangat. Dia bilang jika boss nya itu memiliki kekasih di kantor, otomatis karyawan lainnya pun boleh. Jadi dia memintaku untuk mengatakan pada Jennie agar menghapus peraturan sesama pekerja tidak boleh menjalin hubungan. Tentu saja aku tidak berani mengatakannya. Aku tidak mungkin memerintah Jennie untuk melakukan ini dan itu mengenai perusahaan. Ini miliknya dan semua peraturan perusahaan adalah kewenangannya.

Aku mengetuk pintu dan masuk sebelum dia mempersilahkannya. Saat aku membuka pintu aku melihat wajahnya yang begitu lelah namun masih dapat tersenyum melihatku. Aku berjalan mendekatinya, memutar kursi kerjanya sehingga dia menghadapku sementara aku menyeimbangkan tinggiku dengan bertumpu pada kedua lututku.

Dia memiringkan kepalanya sambil tersenyum dan mengusap lembut pipiku. Sentuhan kecil darinya selalu membuatku merasa begitu dicintai olehnya.

"Masih belum selesai?" tanyaku ketika aku melirik pada komputernya yang masih menyala. Dia menggeleng dan memajukan bibirnya.

"Kau lapar?" tanyaku lagi. Aku berencana untuk membawanya saja bersama teman-temanku jika dia bersedia.

"Sangat, terakhir kita makan saat makan siang tadi dan itu membuatku terus memikirkan makanan." aku terkekeh mendengar jawabannya. CEO muda yang selalu terlihat menyeramkan bagi semua karyawannya, justru selalu menampilkan sisi menggemaskannya jika di hadapanku. Suaranya yang seperti anak-anak dan ekspresi wajahnya yang selalu membuatku ingin mencubit pipi gembulnya.

"Mau ikut denganku?" aku menggenggam tangannya.

Dia menaikan alisnya, "Kemana?"

"Aku berencana makan malam dengan Chaeyoung, Irene dan Seulgi. Jika kau mau ayo bergabung bersama kami semua." ajakku padanya.

Dia melepaskan genggaman tanganku sambil menatapku tajam. "Jika aku tidak lapar kau tidak akan mengajakku, begitu?"

Ow, kucingku marah.

"Aku akan tetap mengajakmu." ucapku dengan manja. Aku menariknya untuk berdiri dan dia mengikutiku. Aku merapikan rambutnya yang agak berantakan.

Kami saling melemparkan tatapan dalam satu sama lain. Inilah kelemahanku, aku tidak bisa ditatap seperti itu oleh Jennie terlalu lama. Jika terus seperti ini lama-lama aku akan terkena serangan jantung karena efek dari tatapannya. Seperti ini saja aku sudah merasakan jantungku akan melompat keluar.

THE LOVELY NEIGHBOUR - JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang